Gubernur Laiskodat: Terimakasih Bapak Presiden Telah Mengenakan Tenun NTT

971
Presiden RI Joko Widodo dalam dua kesempatan kenegaraan mengenakan pakian adat khas NTT. Pertama, mengenakan pakian tenunan adat dari Sabu Raijua saat mengikuti sidang tahunan MPR, Jumat 14/8/2020. Kedua, Presiden Joko Widodo ketika upacara detik-detik proklamasi Kemerdekaan RI ke 75 kembali mengenakan pakian adat tenunan dari Kabupaten Timor Tengah Selatan di Istana Negara, Jakarta, Senin (17/8/2020)

KUPANG,SELATANINDONESIA.COM – Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT), Viktor Bungtilu Laiskodat memberikan apresiasi khsus untuk Presiden Joko Widodo yang telah mengenakan pakian tenunan khas NTT pada khususnya tenunan adat dari Sabu Raijua saat mengikuti sidang tahunan MPR, Jumat 14/8/2020 silam.

“Atas nama pemerintah dan masyarakat Nusa Tenggara Timur, dari lubuk hati yang paling dalam, saya dan Wakil Gubernur Josef Nae Soi menyampaikan terima kasih kepada bapak Presiden Joko Widodo yang telah mengenakan tenunan adat Sabu Raijua pada tanggal 14 Agustus yang lalu. Dan apabila dalam upacara detik-detik proklamasi, Presiden memakai tenunan NTT lagi, kita tentu sangat berbangga sekali,” sebut Gubernur Laiskodat dalam pidatonya saat bertindak sebagai Inspektur Upacara pada Peringatan HUT ke-75 Kemerdekaan RI Tingkat Provinsi NTT di Lapangan Alun-Alun Rumah Jabatan Gubernur NTT, Senin (17/8/2020).

Rupanya, harapan Gubernur Laiskodat terwujud juga ketika upacara detik-detik proklamasi, Presiden Jokowi kembali mengenakan pakian adat tenunan NTT khsusunya dari Kabupaten Timor Tengah Selatan.

Pernyataan bangga dan apresiasi yang sama juga disampaikan Bupati Sabu Raijua, Nikodemus Rihi Heke dan Bupati Timor Tengah Selatan (TTS), Epy Tahun.

“Kami dari Pemda dan seluruh masyarakat Sabu Raijua mengucapkan terima kasih kepada Bapak Presiden Jokowi yang telah mengenakan pakaian adat dari Sabu Raijua pada saat sidang tahunan MPR RI 14 Agustus 2020,” ujar Nikodemus, seperti dilansir Kompas.com.

“Doa kami dari beranda selatan NKRI, Tuhan memberkati, menjaga dan melindungi bapak Jokowi dan keluarga dalam setiap tugas dan pelayanannya kepada rakyat Indonesia,” sambung Nikodemus.

Bupati Timor Tengah Selatan, Epy Tahun juga menyampaikan rasa syukur dan bangga karena Presiden Jokowi mengenakan pakian adat TTS.

“Atasa nama pribadi dan seluruh masyarakat TTS merasa sangat senang dan mengucapkan terimaksih kepada Ibu Julie Sutrisno Laiskodat yang memberikan perhatian serius sehingga kain tenun motif adat dari Kabupaten TTS bisa lolos di istana dan dikenakan oleh Bapak Presiden Jokowi,” sebut Bupati Epy Tahun yang dihubungi SelatanIndonesia.com.

Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat ketika mengenakan pakian adat Rote Ndao saat menjadi ispektur upacara HUT Kemerdekaan RI Ke 75 tingkat Provinsi NTT, Senin (17/8/2020) di Alun-Alun Rumah Jabatan Gubernur NTT. Foto: Aven

Dikatakanya, perhatian Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat dan Ibu Julie Sutrisno Laiskodat sangat besar untuk Kabupaten TTS. “Ini berkat perhatian Pak Gubernur dan Ibu Julie Laiskodat karena sangat memberikan perhatian untuk Kabupaten TTS. Sebagai orang TTS dari Amanatun dan Bupati pertama dari Amanatun, saya sangat bangga karena pada HUT RI ke 75 ini Bapak Presiden mengenakan tenun Amanatun. Kami bangga luar biasa,” ujar Epy Tahun

Ketua DPD II Golkar Kabupaten TTS ini menambahkan, pakian adat beserta kelengkapan yang dikenakan itu melambangkan kebesaran hati para pemimpin yang dikenakan oleh raja-raja yang bertahkta. “Namun saat ini karena ekonomi masyarakat mulai membaik, sehingga masyarakat biasa juga bisa membeli dan mengenakan pakian dan kelengkapan itu, yang pada dasarnya terbilang sangat mahal,” ujar Epy Tahun.

Ia menjelaskan, kain motif kaif berantai nunkòlo dan motif sedikit dimodifikasi dari bentuk belah ketupat (motif geometris) dengan batañg tengah  yang berartì sumber air dan bagian pinggir bergerigi melambangkan wilayah TTS yang berbukit dan berkelok.

“Didominasi oleh warna merah yang melambangkan keberanian, ikat kepala atau Pilu ada tiga jenis yaitu untuk Raja berbentuk 2 tanduk kecil yang artinya fungsi Raja yang melindungi dan mengayomi warganya. Dan ikat di kepala sebagai penutup kepala sebagai pelindung yang menjadi tanda kebesaran Raja sebagai Mahkota. Ada juga tas atau alkosu sebagai tempat menyimpan sirih dan pinang serta kapur karena budaya makan sirih pinang sebagai budaya pemersatu dan juga melambangkan tanda kasih dan hormat, maka kemanàpun selalu membáwa tas sirih pinang,” ujar Epy Tahun. ***Laurens Leba Tukan

Center Align Buttons in Bootstrap