SOE,SELATANINDONESIA.COM — Di kaki perbukitan Mollo yang sejuk, Gubernur Nusa Tenggara Timur Emanuel Melkiades Laka Lena memulai sebuah langkah baru bagi ekonomi desa. Selasa (2/12/2025), di Desa Kesetnana, Mollo Utara, ia meresmikan NTT Mart by Dekranasda Kabupaten TTS, pusat pemasaran terpadu yang digadang menjadi simpul baru perdagangan UMKM dan IKM di wilayah selatan Pulau Timor.
Rombongan Gubernur disambut Natoni dan tarian para siswa SMK Negeri 2 Soe, sebuah penghormatan adat yang menegaskan bahwa pembangunan ekonomi di TTS dimulai dengan penghargaan terhadap budaya lokal.
Dalam sambutannya, Gubernur Melki merentangkan narasi panjang tentang perjalanan ekonomi Indonesia: dari Trisakti Bung Karno, gerakan “Aku Cinta Indonesia” di era Orde Baru, hingga pesan Presiden Prabowo Subianto mengenai kebanggaan pada produk lokal. Baginya, transformasi ekonomi dimulai dari desa.
Ia membeberkan data Bank Indonesia: NTT mengalami defisit perdagangan Rp51 triliun, selisih antara barang keluar senilai Rp8 triliun dan barang masuk Rp59 triliun. “Defisit ini lebih besar dari APBD Provinsi NTT,” ujarnya. Ia mencontohkan pembelian pinang dari luar daerah yang mencapai Rp1 triliun setiap tahun. “Kita bisa tanam sendiri,” katanya.
Gubernur Melki menegaskan, NTT Mart hadir menjawab minimnya pasar, bukan minimnya produksi. Fasilitas ini disiapkan untuk menampung produk One Village One Product (OVOP), kuliner lokal, kerajinan, tenun, kriya, dan berbagai komoditas olahan desa. Ke depan, NTT Mart akan dilembagakan menjadi platform digital ala “Shopee versi NTT”.
“Kalau pasar dibuka, produksi pasti mengikuti,” ucapnya.
Gubernur Melki meminta Dekranasda, PKK, dan pemerintah desa menjaga kesinambungan pasokan. “Produksi tidak boleh putus. Kualitas harus dijaga,” tegasnya. Ia sekaligus mendorong keluarga di desa mengolah produk mentah menjadi barang bernilai tambah tinggi mulai dari keripik jantung pisang hingga minuman sehat berbasis tanaman lokal.
Sebagai Wakil Ketua Umum Partai Golkar yang membina 17 provinsi Indonesia Timur, ia memanfaatkan jejaring luar daerah untuk membuka pintu pemasaran. “Di Papua Barat, kain Timor jadi mahar adat dengan nilai hingga Rp500 juta,” katanya, seraya meminta akademisi meneliti hubungan budaya Timor–Papua.
Di sektor pendidikan, Gubernur Melki menegaskan hampir separuh APBD sekitar Rp2,7 triliun tersalur ke sekolah menengah. Ia menginstruksikan SMA/SMK mengembangkan One School One Product (OSOP) dan mewajibkan produknya masuk NTT Mart. Komunitas hobi juga diminta menciptakan community product.
Pernyataan yang paling disorot datang saat Gubernur Melki mewajibkan 11.000 ASN TTS berbelanja minimal Rp100 ribu per bulan di NTT Mart, dengan potensi perputaran uang hingga Rp11 miliar. “Tidak ada ASN yang miskin karena seratus ribu,” ujarnya.
Momentum besar lainnya akan datang pada 26 Desember, ketika Presiden Republik Demokratik Timor Leste dijadwalkan merayakan ulang tahun di TTS. Melki meminta semua produk unggulan disiapkan dan NTT Mart dijadikan etalase utama.
Bupati TTS Eduard Markus Lioe memuji gotong royong masyarakat yang menyulap gedung NTT Mart dalam waktu tiga hari. “Ini pusat pemasaran yang menyambungkan produsen, pengrajin, petani, dan nelayan. Kita ingin rupiah tetap berputar di TTS,” katanya.
Kadisperindag NTT Soni Libing menambahkan, TTS menjadi daerah keempat yang mengoperasikan NTT Mart. Sebanyak 947 produk UMKM sudah dipajang, dari tenun hingga jahe merah. Pemerintah provinsi menyiapkan anggaran khusus pembelian produk lokal serta jalur pemasaran daring.
Peresmian ditutup dengan penekanan tombol sirine, menandai dimulainya operasi NTT Mart TTS—, sebuah simbol kecil dari ambisi besar: membangun kemandirian ekonomi dari desa, untuk NTT, dan untuk Indonesia.*/Jendral Purek/Laurens Leba Tukan



Komentar