KUPANG,SELATANINDONESIA.COM — Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) Emanuel Melkiades Laka Lena menegaskan pentingnya hilirisasi dan industrialisasi sebagai strategi kunci mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi daerah. Pesan itu ia sampaikan saat membuka Flobamora Business and Economic Forum 2025 di Aula El Tari, Kupang, Senin (24/11/2025), yang mengusung tema “Sinergi Aktualisasi Potensi Daerah untuk Ekonomi NTT yang Tumbuh, Inklusif, dan Berkelanjutan”.
Forum yang digagas Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT itu menghadirkan sejumlah pemangku kepentingan, antara lain Kepala BI NTT Adidoyo Prakoso, perwakilan Dewan Ekonomi Nasional Septian Hario Seto, Kepala Biro Perekonomian Setda NTT Selfi H. Nange, Ketua Departemen Ilmu Manajemen FEB UI Zaafri Ananto Husodo, serta Pemimpin Redaksi Bisnis Indonesia Maria Y. Benjamin.
Pertumbuhan Mulai Menguat
Mengawali sesi Leader Insight, Kepala BI NTT Adidoyo Prakoso memaparkan bahwa perekonomian NTT mulai menunjukkan momentum positif. Pada triwulan III tahun 2025, ekonomi NTT tumbuh 4,88 persen—menguat dibandingkan triwulan sebelumnya. Kenaikan konsumsi rumah tangga dan permintaan domestik menjadi faktor penopang utama.
“Kerja sama yang erat antara perbankan, pemerintah daerah, dan pelaku usaha akan memperkuat intermediasi perbankan sekaligus mendorong percepatan ekonomi NTT,” ujar Adidoyo.
Target Ambisius 2029
Dalam kapasitasnya sebagai Keynote Speaker, Gubernur Melki menekankan bahwa agenda hilirisasi dan industrialisasi merupakan fondasi bagi transformasi ekonomi NTT. Ia menyebut pemerintah daerah telah menargetkan pertumbuhan ekonomi 8 persen pada 2029, dengan prinsip pembangunan yang berkelanjutan, berkualitas, dan merata di seluruh wilayah.
“NTT sedang menarik perhatian banyak pihak. Dalam misi dagang dengan Jawa Timur, nilai transaksi mencapai Rp 1,882 triliun. Ke depan, NTT akan memperkuat kerja sama kawasan dengan NTB dan Bali untuk membangun ekonomi regional yang lebih solid,” kata Melki.
Hilirisasi dari Desa
Gubernur Melki menjelaskan bahwa Pemprov NTT fokus menyusun rantai nilai dari desa melalui program One Village One Product, One Community One Product, dan One School One Product. Hilirisasi, menurut dia, merupakan prasyarat bagi tumbuhnya industri lokal.
“Kalau hilirisasi berjalan, industri pasti ikut tumbuh. Sumber daya kita lengkap—peternakan, pertanian, perikanan, hingga kakao. Tinggal bagaimana kreativitas kita memberi nilai tambah,” tegasnya.
Kolaborasi Menjadi Kunci
Gubernur Melki menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor: pemerintah, Bank Indonesia, swasta, akademisi, UMKM, dan komunitas. Sinergi diperlukan untuk memperkuat rantai pasok, mendorong investasi, membangun ekosistem UMKM yang adaptif, memperluas digitalisasi ekonomi, serta menjaga stabilitas makro melalui kebijakan yang responsif.
“Saya mengajak para narasumber merumuskan strategi yang relevan dengan kondisi NTT. Forum ini harus menjadi momentum untuk memperkuat kolaborasi,” ujarnya.
Mengakhiri paparan, Gubernur Melki menyampaikan optimismenya bahwa percepatan transformasi ekonomi akan membawa NTT bergerak lebih cepat dan inklusif.
“Dengan sinergi yang kuat, NTT mampu membuka lebih banyak peluang ekonomi dan menghadirkan pertumbuhan yang dirasakan seluruh masyarakat,” kata Melki.*/Milka/Laurens Leba Tukan



Komentar