GESER UNTUK LANJUT MEMBACA
Berita Hari Ini NTT Kesehatan Politik Sumba Tengah
Beranda / Berita Hari Ini NTT / Sumba Tengah / Ketika Cinta Menjadi Kebijakan: 4000 Unit Rumah Mandiri Tak Cukup Menurunkan Kemiskinan, Bupati Sumba Tengah Cetuskan PK POM

Ketika Cinta Menjadi Kebijakan: 4000 Unit Rumah Mandiri Tak Cukup Menurunkan Kemiskinan, Bupati Sumba Tengah Cetuskan PK POM

upati Sumba Tengah, Paulus S. K. Limu ketika launching pembangunan Rumah Mandiri Terpadu di Desa Anajiaka, Kecamatan Umbu Raty Nggay Barat, Kabupaten Sumba Tengah, Selasa (2/9/2025) Foto: ProkopimST

Rumah Mandiri: Pondasi Keluar dari Lingkaran Kemiskinan

KUPANG,SELATANINDONESIA.COM — Lima tahun terakhir, wajah permukiman masyarakat kurang mampu di Kabupaten Sumba Tengah perlahan berubah. Melalui Program Pro Oli Mila, Bupati Sumba Tengah, Paulus S. K. Limu, membangun 4.000 unit Rumah Mandiri pada periode pertamanya. Program itu bukan sekadar membangun fisik rumah, tetapi memperkenalkan konsep hunian sehat: sanitasi layak, dapur sehat, dan ruang hidup yang aman.

Rumah Mandiri menjadi pondasi dari strategi besar penanggulangan kemiskinan. Data internal pemerintah menunjukkan, rumah dengan sanitasi memadai berbanding lurus dengan penurunan penyakit kulit, diare, hingga absensi sekolah anak. “Rumah yang sehat membuat keluarga lebih siap naik kelas secara ekonomi,” ujar Bupati Paulus di Kupang, Jumat (14/11/2025).

Namun, ia mengakui, rumah saja tidak cukup. “Rumah tidak menurunkan kemiskinan kalau penghuninya tidak punya pendapatan,” kata Bupati Paulus.

Kemiskinan Tinggi dan Panggilan Pelayanan

Pekarangan Pro Oli Mila, Jurus Bupati Paulus Turunkan Kemiskinan Sumba Tengah

Pada awal masa jabatannya tahun 2018, Sumba Tengah memiliki sekitar 90.000 penduduk dengan angka kemiskinan 35 persen, tertinggi di NTT dan termasuk yang tertinggi di Indonesia. Daerah itu berstatus 3T (tertinggal, terdepan, terluar).

“Menjadi pemimpin di kabupaten termiskin dan 3T membutuhkan panggilan khusus. Harus rela berkorban waktu, tenaga, pikiran, dan hidup untuk melayani,” ujar Bupati Paulus.

Selama lima tahun, angka kemiskinan berhasil ia turunkan menjadi 30 persen, rata-rata turun 1 persen per tahun.

Program unggulannya waktu itu meliputi pembangunan Rumah Mandiri, beasiswa bagi anak keluarga miskin (3.000 penerima), dan penguatan ketahanan pangan. Dukungan Presiden Joko Widodo melalui program food estate serta perhatian Gubernur NTT saat itu, Viktor Bungtilu Laiskodat, mempercepat perubahan di Sumba Tengah.

Satu Periode Tak Cukup

Honing Sanny Desak Kapolda NTT Pecat Oknum Polisi Penganiaya Siswa SPN

Meski 4.000 rumah telah terbangun, penurunan angka kemiskinan tidak bergerak signifikan. “Rumah membenahi tujuh dari 14 indikator kemiskinan. Tujuh lainnya masih kosong, terutama pendapatan dan lapangan kerja,” ujarnya.

Saat ini, jumlah warga miskin pada desil 1 dan 2 mencapai 24.000 jiwa, dengan desil 1 sekitar 4.000 jiwa.

Pada periode kedua, Bupati Paulus memasang target ambisius: menurunkan kemiskinan 2 persen tiap tahun atau 10 persen dalam lima tahun. “Kalau hanya satu persen, itu biasa saja. Pemimpin harus berani mengambil risiko,” tegasnya.

Anggaran Turun, Evaluasi Cara Kerja

Tantangan terbesar justru hadir pasca pelantikan periode kedua. Tahun 2025, APBD Sumba Tengah mencapai Rp500 miliar. Pada 2026 turun menjadi Rp400 miliar, dengan 70 persen terserap belanja pegawai.

Di Ruang Kuning Golkar NTT, Pemuda Menyulam Masa Depan

Dana pembangunan yang tersisa hanya sekitar Rp50 miliar. “Anggaran kecil bukan alasan menyerah. Justru memaksa kita menemukan cara baru, itu baru pemimpin berjiwa petarung,” ujar Paulus.

Lahirnya PK POM: Pekarangan Pro Oli Mila

Hasil refleksi selama hampir satu tahun melahirkan program baru: Pekarangan Pro Oli Mila (PK POM). “Pro Oli Mila berarti solidaritas dan bela rasa kepada orang miskin,” kata Paulus.

Jika periode pertama fokus pada rumah, periode kedua menyasar pekerjaan, pendapatan, gizi, kesehatan, pendidikan, dan keberlanjutan.

  1. Pekerjaan untuk Setiap Keluarga

Setiap keluarga penerima mendapatkan empat sumber pendapatan:

-. 4.000 benih ikan lele

-. 11 ekor bebek produktif (1 jantan, 10 betina)

-. 3 ekor kambing (1 jantan, 2 betina)

-. Lahan hortikultura 2 are

Dengan perhitungan konservatif, pendapatan minimal keluarga dapat mencapai Rp1,2 juta per bulan. Dari telur bebek saja, potensi pendapatan mencapai hampir Rp3 juta per bulan. “Ini membuat warga naik kelas dari desil 1 ke desil 3,” ujar Paulus.

  1. Gizi dan Penanganan Stunting

Sumba Tengah masih memiliki 4.150 kasus stunting. Dengan PK POM, pangan bergizi — telur, ikan, sayuran — diproduksi langsung di pekarangan.

  1. Pendidikan yang Lebih Merata

Program pendidikan mencakup:

-. Beasiswa 300 mahasiswa di 2025, meningkat menjadi 500–1.000 di 2026

-. Paket C untuk orang tua penerima manfaat

-. Penguatan literasi-numerasi anak

-. Bantuan tas, seragam, dan perlengkapan sekolah

  1. Kesehatan dari Kehamilan hingga Lansia

Penerima PK POM dipantau sejak kehamilan, melahirkan, balita, hingga lansia. Program kesehatan mulai dari penanganan stunting hingga pemberian gizi bumil KEK terintegrasi di dalam PK POM.

  1. Partisipasi Masyarakat: Kunci Keberhasilan

Penerima manfaat wajib membangun kandang, kolam lele, dan kebun sendiri. “Jika tidak siap, mohon maaf, bantuan kami berikan kepada orang lain,” ujar Paulus.

Tidak ada bansos atau BLT baru. Semua digantikan dengan pemberdayaan, kemandirian, dan keberlanjutan.

Ia menambahkan, budaya gotong royong tetap menjadi roh program. Pembangunan rumah senilai Rp150 juta bisa ditekan menjadi Rp70 juta berkat kerelawanan warga. “Kalau saya bilang Bupati turun lihat pondasi, kampung harus siap. Jangan buat malu kampung,” ujarnya, mengenang tradisi lokal yang kini menjadi motor pembangunan.

  1. Bela Rasa Sebagai Landasan

Bagi Paulus, Pro Oli Mila bukan sekadar program, melainkan etos kepemimpinan. “Rumah mereka adalah rumah saya. Makan mereka adalah makan saya. Saya bahagia kalau mereka bahagia,” ucapnya.

Menutup Lingkaran Kemiskinan

PK POM ditargetkan menjadi tulang punggung penurunan kemiskinan Sumba Tengah hingga 2030. Dengan model integratif mulai rumah, gizi, pendapatan, pendidikan, kesehatan, partisipasi, dan bela rasa, pemerintah berharap keluarga miskin dapat keluar dari lingkaran kemiskinan secara berkelanjutan.

“Anggaran kecil bukan hambatan. Selama masih ada belas kasih yang menggerakkan, kita bisa,” kata Bupati Paulus.*/Laurens Leba Tukan

 

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

× Advertisement
× Advertisement