WAINGAPU,SELATANINDONESIA.COM — Nilai-nilai Pancasila dan kebangsaan menemukan wujud baru di tangan generasi muda Sumba. Di tengah modernisasi dan derasnya arus digital, anak-anak muda di Pulau Sumba berupaya menjaga nilai gotong royong, toleransi, dan persatuan yang telah lama menjadi bagian dari budaya mereka.
Anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR RI) Dr. Umbu Rudi Kabunang menilai bahwa generasi muda Sumba telah menjadi contoh bagaimana Empat Pilar Kebangsaan dapat dihidupkan dalam kehidupan sehari-hari tanpa kehilangan semangat zaman.
“Pancasila adalah jiwa kita, UUD 1945 menjadi aturan yang harus dipatuhi, NKRI adalah rumah bersama, dan Bhinneka Tunggal Ika merupakan kekuatan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,” kata Umbu Rudi dalam Sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan di Payeti, Waingapu, Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur, Selasa (14/10/2025).
Menurutnya, di tengah perkembangan teknologi dan globalisasi, masyarakat perlu memiliki kesadaran bersama untuk tetap berpegang pada nilai dasar kebangsaan. Ia menggambarkan Empat Pilar Kebangsaan seperti sistem utama dalam perangkat digital yang menjadi dasar bagi berjalannya seluruh aplikasi kehidupan.
“Ibarat sebuah gawai, Pancasila adalah aplikasi utamanya. Sila-sila di dalamnya adalah fitur yang membantu kita memahami sekaligus menjadi filter dalam kehidupan bernegara,” ujarnya.
Modernisasi yang Berakar pada Budaya Lokal
Umbu Rudi menyebut, modernisasi di Sumba tidak menghapus jati diri masyarakat, tetapi justru memberi ruang bagi generasi muda untuk menafsirkan kembali nilai-nilai budaya dengan cara baru.
Di berbagai daerah di Sumba, anak muda mulai menggunakan media sosial untuk memperkenalkan tarian, musik tradisional, dan nilai-nilai lokal dalam bentuk konten kreatif. Melalui inisiatif komunitas seperti Sumba Creative Hub dan Rumah Literasi Prailiu, mereka menggabungkan tradisi dengan ekspresi modern untuk memperkuat identitas daerah.
“Gotong royong kini tidak hanya dilakukan lewat kerja bakti, tetapi juga melalui kolaborasi digital, kegiatan sosial, dan penggalangan dana online. Ini bentuk baru dari nilai Pancasila yang hidup di era modern,” kata Umbu, yang juga anggota Komisi XIII DPR RI.
Menjaga Persatuan di Tengah Keberagaman
Umbu menegaskan, Sumba adalah contoh kecil bagaimana Bhinneka Tunggal Ika diterapkan secara nyata. Di pulau ini, masyarakat dari berbagai latar belakang agama dan adat hidup berdampingan dengan damai.
“Kita berbeda dalam adat dan keyakinan, tetapi bersatu dalam semangat kebersamaan. Inilah kekuatan yang harus terus dijaga,” ujarnya.
Ia menambahkan, menjaga Empat Pilar Kebangsaan tidak cukup dilakukan melalui pendidikan formal, melainkan juga melalui kegiatan budaya, kreativitas, dan partisipasi aktif anak muda di ruang publik.
“Empat Pilar harus hadir di dunia mereka—di musik, film pendek, kampanye sosial, dan media digital,” katanya.
Generasi Baru Penjaga Kebangsaan
Umbu Rudi mengajak generasi muda Sumba untuk terus menjadi pelaku utama dalam menjaga nilai-nilai kebangsaan di tengah perubahan zaman. “Empat Pilar bukan sekadar hafalan, melainkan cara hidup. Kalau nilai-nilai itu dihayati, bangsa ini akan tetap kokoh menghadapi perubahan apa pun,” ujarnya.
Ia menilai, dari tangan generasi muda Sumba, api kebangsaan akan terus menyala—sebuah semangat yang menghubungkan tradisi dan kemajuan, lokalitas dan kebangsaan.*/llt



Komentar