KUPANG,SELATANINDONESIA.COM – Suasana ruang kerja Gubernur Nusa Tenggara Timur, Emanuel Melkiades Laka Lena, Jumat (12/9/2025) siang itu berbeda dari biasanya. Empat wajah muda penuh semangat hadir memberi warna: Yohanes Barista Savento Rengka (SMAS St. Klaus Kuwu), Bernardino Aditya Lodo (SMAK Frateran Maumere), Philips Soubirus Hendrikus Ola (SMAK Giovanni Kupang), dan Ririn Amiarly Kameo (SMAS Advent Nusra).
Mereka bukan tamu sembarangan. Keempatnya baru saja menorehkan prestasi, terpilih mewakili NTT dalam ajang Dewan Parlemen Remaja. Dari Kupang, Maumere, hingga Manggarai, mereka melangkah ke Bogor dan Jakarta untuk mengikuti Simulasi Rapat Membahas Undang-Undang bersama para legislator Senayan, 15–20 September 2025.
Proses seleksi yang mereka lalui bukan perkara mudah. Setiap peserta diwajibkan mengumpulkan 20 sertifikat kompetensi, menyusun curriculum vitae, menulis esai tematik, hingga membuat video kampanye penelitian bertema Indonesia Bebas Emisi. Dari ribuan pelajar di seluruh Indonesia, empat anak NTT ini berhasil menembus barisan terpilih.
Dalam audiensi tersebut, Gubernur Melki Laka Lena didampingi Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan NTT Ambros Kodo, Karo Administrasi Pimpinan Setda NTT Prisila Parera, serta Plt. Kaban Kesbangpol NTT Regina Manbait. Guru-guru pendamping pun ikut hadir memberi dukungan moral.
“Saya bangga sekaligus menaruh harapan besar. Ini bukti nyata bahwa pelajar NTT mampu bersaing di level nasional, bahkan internasional,” kata Melki, sembari menyemangati mereka agar terus berani bermimpi besar. Ia menegaskan bahwa Pemerintah Provinsi NTT akan konsisten memberikan ruang dan dukungan bagi generasi muda yang ingin menorehkan prestasi.
Bagi Gubernur Melki, pencapaian ini lebih dari sekadar tiket ke Jakarta. Ia melihatnya sebagai inspirasi bagi ribuan anak muda NTT lain untuk percaya diri menatap masa depan. “Masa depan ada di tangan mereka. Jangan takut bermimpi dan berjuang untuk NTT dan bangsa,” ujar Gubernur Melki.
Ririn Amiarly Kameo, satu-satunya peserta perempuan dari NTT, mengaku pengalaman ini menjadi kesempatan berharga. “Kami ingin menunjukkan bahwa anak-anak NTT bisa bersuara dan berkontribusi dalam isu nasional, termasuk soal lingkungan. Saya berharap ke depan semakin banyak pelajar, khususnya perempuan, yang percaya diri mengambil ruang ini,” tuturnya penuh semangat.
Empat anak muda itu bukan sekadar membawa map berisi sertifikat dan esai. Mereka membawa harapan sebuah daerah yang sering dipandang jauh, sekaligus membuktikan bahwa mimpi bisa lahir dari pulau-pulau kecil di Timur. Dari lorong-lorong sekolah di Manggarai, Maumere, dan Kupang, kini langkah mereka menuju ruang parlemen di Jakarta, tempat suara bangsa dirajut.
Seperti layar perahu yang terbentang di Laut Sawu, perjalanan mereka masih panjang. Namun sekali layar terkembang, pantang mereka surut kembali. Di pundak generasi muda inilah NTT menambatkan harapan: bahwa masa depan tak hanya ditunggu, melainkan diperjuangkan dengan pikiran, keberanian, dan mimpi yang menolak dibatasi lautan dan cakrawala.*/Laurens Leba Tukan
Komentar