KUPANG,SELATANINDONESIA.COM – Di bawah cahaya lampu Lippo Plaza Kupang, untaian benang warna-warni itu meluncur di atas panggung. Tenun ikat Flobamorata, yang sejak berabad lalu diwariskan dari jemari para perempuan desa, kini tampil sebagai simbol sekaligus motor penggerak ekonomi kreatif Nusa Tenggara Timur.
“Tenun ikat adalah mahakarya leluhur yang memiliki nilai filosofi dan estetika tinggi, dan melalui Exotic Tenun Fest 2025 ini kita ingin memperkenalkannya lebih luas, sekaligus menjadikannya sebagai salah satu motor penggerak ekonomi masyarakat,” ujar Gubernur NTT Emanuel Melkiades Laka Lena saat membuka 5th Exotic Tenun Fest (ETF) 2025, Rabu (10/9/2025).
Festival yang mengusung tema “Dari Flobamorata untuk Nusantara” ini menjadi etalase bagi UMKM daerah: dari wastra, kriya, kopi, hingga kuliner. Bagi Gubernur Melki, acara ini bukan sekadar pesta budaya, melainkan bagian dari Dasa Cita Pemprov NTT yang menempatkan penguatan ekonomi kreatif dan wisata budaya sebagai pilar pembangunan.
Ia menekankan, tenun bukan hanya produk dagang. “Mengembangkan tenun berarti menjaga martabat budaya dan peradaban bangsa,” katanya.
Bank Indonesia ikut menyokong gaung wastra Flobamorata. Kepala Perwakilan BI NTT Adidoyo Prakoso menyebut tenun sebagai representasi kekayaan budaya yang potensinya besar, meski penuh tantangan. Sementara Deputi Gubernur BI Ricky Perdana Gozali, lewat sambungan virtual, menegaskan kolaborasi BI dan pemerintah daerah dalam ETF adalah contoh sinergi nyata untuk memperkuat ekonomi inklusif.
Festival yang berlangsung hingga 13 September ini tak hanya menampilkan pameran 51 UMKM, tetapi juga talk show, masterclass, kompetisi musik dan tari, lomba kopi, kuliner, hingga Flobamorata in Motion.
Di ujung acara pembukaan, Gubernur Melki bersama Ketua TP PKK NTT, Mindriyati Astiningsih Laka Lena, meninjau deretan booth UMKM sambil meresmikan inovasi digital seperti Qris Parkir dan Qris TAP.
Seperti helai demi helai benang yang ditenun hingga membentuk kain utuh, ETF 2025 merekatkan warisan leluhur dengan visi masa depan. Di balik motif-motif tua yang lahir dari alam dan doa, NTT tengah menenun jalannya menuju kemandirian ekonomi, membuktikan bahwa wastra bukan sekadar busana, melainkan narasi peradaban yang terus bergerak.*/Fara Therik – Aldy Redo/Laurens Leba Tukan
Komentar