Dari Waibakul, Martabat Dibangun dari Pekarangan
WAIBAKUL,SELATANINDONESIA.COM – Mantan Rektor Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang, Prof. Frans Umbu Data, angkat bicara soal gebrakan pembangunan yang tengah digencarkan Bupati Sumba Tengah, Paulus S. K. Limu. Ia menilai, program Rumah Mandiri dan Pekarangan Pro Oli Mila bukan sekadar proyek infrastruktur, melainkan wujud pembangunan yang bertolak dari martabat manusia.
Program Rumah Mandiri merupakan inisiatif pemerintah Sumba Tengah untuk membangun hunian layak bagi keluarga miskin dengan memadukan aspek papan, pangan, dan gizi. Setiap rumah tidak hanya berdiri sebagai tempat tinggal, tetapi dilengkapi dengan lahan pekarangan produktif yang dikelola melalui gerakan Pro Oli Mila, pemanfaatan halaman untuk menanam sayur, buah, hingga beternak skala kecil. Konsep ini ditopang oleh kolaborasi 15 OPD, sehingga menyentuh aspek kesehatan, pendidikan, hingga pemberdayaan ekonomi.
“Di setiap rumah yang berdiri, terkandung denyut ekonomi keluarga, pemenuhan gizi, dan perbaikan kualitas hidup. Ini model pembangunan yang menempatkan manusia sebagai pusat, sekaligus menjadikan kearifan lokal sebagai fondasi transformasi,” kata Umbu Data, Selasa (9/9/2025).
Menurutnya, kolaborasi lintas sektor menjadikan program ini bukan hanya kebijakan, melainkan gerakan sosial. “Konsep KIS; Kolaborasi, Integrasi, Sinergi menjadikan Rumah Mandiri sebagai mesin pembangunan multidimensi yang relevan untuk menjawab tantangan kemiskinan dan stunting,” ujarnya.
Ia juga menyoroti aspek kepemimpinan. Di tengah keterbatasan anggaran, kata Umbu Data, Bupati Paulus berani menolak logika status quo dan menghadirkan inovasi. “Krisis bukan alasan untuk berhenti, melainkan momentum untuk membuktikan daya juang kepemimpinan. Pepatah lokal ‘orang miskin tidak boleh sendirian’ diwujudkan dalam program konkret yang memuliakan warga,” katanya.
Umbu Data menilai, dampak program ini akan jauh melampaui hari ini. “Rumah-rumah sederhana yang berdiri di Sumba Tengah sesungguhnya laboratorium masa depan. Dari pekarangan yang produktif lahir generasi sehat, anak-anak yang bisa bersekolah, dan keluarga yang berdaya,” katanya.
Ia bahkan menyebut model pembangunan berbasis kemandirian di Waibakul ini layak menjadi inspirasi nasional. “Dari pekarangan kecil yang dikelola penuh tanggung jawab, lahir transformasi sosial yang nyata. Jika direplikasi, inisiatif ini bisa menjadi sumbangsih besar menuju Indonesia Emas 2045,” ujarnya.*/Laurens Leba Tukan
Komentar