Tiga Refleksi Kemerdekaan Gubernur Melki di Malam Tos Kenegaraan
KUPANG,SELATANINDONESIA.COM – Malam merayap pelan di Aula Rumah Jabatan Gubernur NTT. Lampu kristal berpendar, menghiasi ruangan yang dipenuhi undangan berbusana resmi. Di panggung utama, segelas minuman lokal telah dituang, menanti aba-aba Tos Kenegaraan, penutup khidmat dari rangkaian peringatan Hari Ulang Tahun ke-80 Republik Indonesia.
Gubernur Nusa Tenggara Timur, Emanuel Melkiades Laka Lena, berdiri tegap. Di hadapannya, Wakil Gubernur Johni Asadoma, Anggota Komisi II DPR RI, Esthon L. Foenay, Ketua DPRD NTT Emiliana J. Nomleni, jajaran Forkopimda, pimpinan instansi vertikal, akademisi, tokoh masyarakat, pimpinan BUMN-BUMD, hingga para anggota Paskibraka 2025. Semua menyimak hening ketika ia membuka sambutan.
“Delapan puluh tahun kemerdekaan adalah momentum penting untuk memperkuat persatuan dan mempercepat pembangunan,” ucap Gubernur Melki, suaranya tegas, disambut anggukan hadirin.
Ia lalu menyebut kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka sebagai penopang semangat nasional: Bersatu, Berdaulat, Rakyat Sejahtera, Indonesia Maju. Namun, bagi rakyat NTT, kata Gubernur Melki, kemerdekaan punya tafsir yang lebih membumi.
“Dengan anugerah laut, energi terbarukan, dan budaya yang kaya, NTT harus dikelola cerdas, berkelanjutan, dan berpihak pada kesejahteraan rakyat,” ujarnya.
Lalu, ia mengajukan tiga refleksi kemerdekaan, sebuah renungan yang ia titipkan kepada tamu undangan malam itu.
Pertama, kemerdekaan adalah keberanian berdiri di atas kaki sendiri. NTT, menurutnya, harus berdaulat dalam pangan, energi, dan ekonomi rakyat. “Mandiri adalah harga diri kita,” ucapnya.
Kedua, kemerdekaan harus dimaknai sebagai ruang berkarya tanpa batas. Pemuda dan perempuan, tegas Melki, tak boleh lagi hanya jadi penonton pembangunan. Mereka harus tampil di garis depan, menjadi motor perubahan.
Ketiga, kemerdekaan harus terasa sampai ke meja makan setiap keluarga. Ia menyebut stunting, kemiskinan, dan keterbelakangan sebagai musuh nyata yang hanya bisa ditaklukkan dengan aksi bersama.
Di akhir sambutan, Gubernur Melki tidak lupa memberi apresiasi: kepada DPRD, Forkopimda, tokoh agama, akademisi, organisasi pemuda dan perempuan, media massa, hingga Paskibraka 2025 yang sukses menjalankan tugas kenegaraan. “Semoga kerja bersama ini menjadi kekuatan membangun NTT yang lebih sejahtera, maju, dan berdaya,” katanya.
Hadirin berdiri. Gelas pun diangkat. Tos Kenegaraan berkumandang, bukan sekadar ritual, melainkan tanda syukur atas rahmat kemerdekaan, penghormatan pada para pahlawan, dan harapan bagi masa depan bangsa.
Di tengah riuh tepuk tangan, NTT menutup perayaan HUT ke-80 RI dengan sebuah janji: bahwa kemerdekaan tidak hanya dikenang, tetapi juga dihidupi, dari ruang kebijakan hingga ke meja makan setiap keluarga.*/Fara Therik/Laurens Leba Tukan



Komentar