GESER UNTUK LANJUT MEMBACA
Pendidikan
Beranda / Pendidikan / Dari Desa Bahagia ke Panggung 17 Agustus: Menempa Nasionalisme Paskibraka NTT 2025

Dari Desa Bahagia ke Panggung 17 Agustus: Menempa Nasionalisme Paskibraka NTT 2025

Paskibraka Provinsi NTT 2025 ketika berdiskusi bersama Pro 2 RRI Kupang, Sabtu (9/8/2025). Diskusi yang dipandu presenter Ishak Octavian itu menghadirkan nara sumber diantaranya Plt. Kaban Kesbangpol NTT Regina M. Manbait, Komandan Pelatih Paskibraka Provinsi NTT 2025 Ipda Venansio Da Costa, Pamong/Pengasuh pada pemusatan diklat Paskibraka Provinsi NTT 2025 Brigpol Emerentiana Crista Bria, Lurah Desa Bahagia Pemusatan Diklat Paskibraka Provinsi NTT 2025 Jovan Dore Gega dan Calon Paskibraka Provinsi NTT 2025 asal Flores Timur Valeria Yitu Kaju. Foto: SelatanIndonesia.com/Laurens Leba Tukan

Di balik barisan tegap pengibar bendera Merah Putih pada 17 Agustus mendatang, tersimpan kisah disiplin, kebersamaan, dan pengorbanan. Desa Bahagia menjadi kawah candradimuka yang menempa 44 pemuda-pemudi NTT menjadi pionir nasionalisme.

KUPANG,SELATANINDONESIA.COM – Di Desa Bahagia, aroma tanah basah bercampur suara hentakan kaki puluhan anak muda dari berbagai pelosok NTT. Setiap pagi, mereka memulai hari sebelum matahari menyapa, berdoa, berbaris di lapangan, menjalani pemanasan, lalu masuk ke jadwal padat: latihan baris-berbaris, pemantapan fisik, hingga pembelajaran nilai-nilai Pancasila.

Mereka adalah 44 calon Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) Tingkat Provinsi NTT 2025. Masing-masing mewakili 21 kabupaten/kota (minus Lembata). Di pundak mereka, pada 17 Agustus nanti, terletak kehormatan mengibarkan Merah Putih di halaman Rumah Jabatan Gubernur.

“Tanamkan terus cinta tanah air. Tidak semua orang punya kesempatan ini. Jadilah teladan di sekolah, keluarga, dan masyarakat,” pesan Plt. Kepala Badan Kesbangpol NTT, Regina M. Manbait, dengan suara mantap di sela diskusi bersama Pro 2 RRI Kupang, Sabtu (9/8/2025). Diskusi yang dipandu presenter Ishak Octavian itu menghadirkan nara sumber diantaranya Plt. Kaban Kesbangpol NTT Regina M. Manbait, Komandan Pelatih Paskibraka Provinsi NTT 2025 Ipda Venansio Da Costa, Pamong/Pengasuh pada pemusatan diklat Paskibraka Provinsi NTT 2025 Brigpol Emerentiana Crista Bria, Lurah Desa Bahagia Pemusatan Diklat Paskibraka Provinsi NTT 2025  Jovan Dore Gega dan Calon Paskibraka Provinsi NTT 2025 asal Flores Timur Valeria Yitu Kaju.

Regina menekankan, pembentukan Paskibraka bukan sekadar soal fisik dan teknik. Ini adalah proses membentuk karakter, disiplin, dan kebersamaan dalam keberagaman. “Di Desa Bahagia, ada anak dari berbagai suku, agama, dan adat. Mereka belajar hidup dalam semangat Bhinneka Tunggal Ika,” ujarnya.

Dari Peluh Umat, Berdirilah Rumah Bunda Selalu Menolong di Kambajawa

Latihan Ketat dan Seleksi Transparan

Menurut Ipda Venansio Da Costa, Komandan Pelatih Paskibraka NTT 2025, proses menuju desa karantina ini dimulai sejak awal tahun. Seleksi dilakukan berlapis di sekolah, kabupaten, hingga tingkat provinsi menggunakan aplikasi Transparansi Paskibraka.

“Kami ingin mereka berjuang, bukan ditunjuk. Tinggi badan, nilai akademik, tes fisik, dan wawasan kebangsaan semua jadi syarat. Sama ketatnya seperti seleksi masuk TNI/Polri,” ujar Venansio.

Sesampai di Desa Bahagia, mereka menjalani empat hari pembekalan wawasan kebangsaan oleh alumni Paskibraka sebelum masuk latihan lapangan. “Ini tugas negara, bukan sekadar upacara,” tegasnya.

Kisah dari Dalam Karantina

Gubernur NTT Dorong Digitalisasi untuk Tingkatkan Kualitas Layanan Publik

Bagi Brigpol Emerentiana Crista Bria, pamong yang sehari-hari mendampingi peserta, Desa Bahagia bukan sekadar lokasi, melainkan konsep pembinaan. “Jadwal padat dari pagi sampai malam. Ada ibadah, latihan fisik, materi kebangsaan, hingga inspeksi kebersihan kamar. Yang paling jorok kena sanksi sosial, yang paling rapi dapat penghargaan,” katanya sambil tersenyum.

Jovan Dore Gega, Pak Lurah Desa Bahagia yang memimpin para peserta pria, mengaku tantangan terbesar adalah menyatukan 22 karakter berbeda. “Awalnya banyak yang egois. Tapi di sini kami ajarkan kebersamaan. Hukuman pun diarahkan untuk membentuk rasa tanggung jawab,” ujar utusan dari SMA St. Arnoldus Janssen Kota Kupang.

Valeria Yitu Kaju, perwakilan dari Flores Timur, mengaku awalnya ikut Paskibraka karena dorongan orang lain. “Hari pertama seleksi, saya baru sadar ini kesempatan langka. Di sini berat, tapi setiap proses mulai senang, susah, bahkan hukuman kami jalani dengan bahagia,” ucapnya.

Paska 17 Agustus

Kesbangpol NTT memastikan para purna Paskibraka tak dibiarkan lepas begitu saja. Mereka akan masuk komunitas Purna Paskibraka Duta Pancasila, mendapat bimbingan berkelanjutan, dan bahkan difasilitasi untuk mendaftar ke sekolah kedinasan atau TNI/Polri.

Satu Nafas dari Perbatasan, Satu Nama untuk KONI NTT: Melki Laka Lena

“Targetnya, mereka jadi pemimpin pada Indonesia Emas 2045,” ujar Regina.

Menjelang 17 Agustus, latihan semakin intens. Setiap hentakan kaki dan kibasan tangan menjadi simbol janji: mengibarkan Merah Putih tanpa cela. Dari Desa Bahagia, para pemuda-pemudi ini akan melangkah ke panggung sejarah membawa pesan bahwa nasionalisme bukan sekadar kata, melainkan napas yang dihidupi setiap hari.*/Laurens Leba Tukan

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

× Advertisement
× Advertisement