GESER UNTUK LANJUT MEMBACA
Daerah
Beranda / Daerah / Caca Selek di Rumah Gendang Todo: Syukuran, Simbol, dan Sinyal Politik dari Bupati Hery

Caca Selek di Rumah Gendang Todo: Syukuran, Simbol, dan Sinyal Politik dari Bupati Hery

Bupati Manggarai, Herybertus G.L. Nabit dalam balutan pakian adat Manggarai pada acara Caca Selek di Rumah Gendang Todo, Kabupaten Manggarai, Rabu (10/7/2025). Foto: ProkopimManggarai

RUTENG,SELATANINDONESIA.COM – Rumah Gendang Todo, jantung adat Manggarai tak sekadar menjadi tempat ritual pada rabu (10/7/2025). Ia menjelma menjadi panggung simbolik kepemimpinan. Di sana, di tengah denting gong dan dentuman gendang, Bupati Manggarai Herybertus G.L. Nabit memulai periode keduanya dengan upacara Caca Selek, ritual adat sebagai ungkapan syukur dan permohonan restu leluhur.

Tak hanya seremoni tradisi. Upacara di Kecamatan Satar Mese Utara itu menggambarkan suatu transisi batin dan politik. Sebuah pengakuan terhadap kemenangan Hery-Fabi dalam Pilkada 2024, dan sekaligus pernyataan bahwa arah baru sedang digariskan: lebih inklusif, lebih mendengar, dan lebih siap terhadap tekanan sosial-ekologis.

Di hadapan Wakil Bupati Fabianus Abu, Sekda Fansi Aldus Jahang, para tokoh adat, dan masyarakat lintas kampung, Bupati Hery menyinggung tiga poros utama: etika demokrasi, keadilan pembangunan, dan masa depan generasi muda.

“Pembangunan itu bukan soal kepentingan pribadi, tapi tentang kesejahteraan bersama,” ucapnya tegas. Sorot matanya menyeberang ke perbukitan Poco Leok, sebuah nama yang tak ia sebut, tetapi gema polemik proyek geotermal di kawasan itu terasa di balik kalimatnya.

Di tengah sambutannya, Bupati Hery memberi nada bijak kepada para pemuda: untuk tidak menyerah dalam proses, dan menjaga semangat belajar serta kepercayaan pada waktu. “Semua yang baik itu membutuhkan proses,” katanya, seperti berbicara bukan hanya kepada hadirin, tapi juga kepada dirinya sendiri, seorang pemimpin yang tahu bahwa jabatan bukan warisan, melainkan tanggung jawab yang harus terus diuji.

Reputasi Baru di Usia ke-63: Gubernur Melki Ingin Bank NTT Jadi Jantung Ekonomi Rakyat

Caca Selek hari itu menjadi lebih dari sekadar ritual adat. Ia adalah deklarasi. Bahwa dalam gelombang zaman dan perubahan iklim sosial-politik, Manggarai memilih untuk berdiri di atas akar budayanya, dan memaknai pembangunan bukan dari seberapa cepat, tapi seberapa dalam ia bisa menyentuh kehidupan rakyatnya.*/ProkopimManggarai/Laurens Leba Tukan

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

× Advertisement
× Advertisement