Rote Ndao resmi daftarkan karya peserta PKA ke ajang IGA Kemendagri
BA’A,SELATANINDONESIA.COM – Dari pulau terdepan di selatan Indonesia, lima inovasi lahir bukan dari ruang seminar, tapi dari denyut masalah sehari-hari birokrasi dan pelayanan publik. Kelima ide segar itu kini resmi melaju ke panggung nasional, setelah didaftarkan sebagai kandidat dalam Innovation Government Award (IGA) 2025 yang diselenggarakan oleh Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia.
Kelima inovasi itu bukan sekadar konsep di atas kertas. Mereka adalah buah dari Aksi Perubahan peserta Pelatihan Kepemimpinan Administrator (PKA) Angkatan XVI Tahun 2025, yang telah diuji di lingkungan Pemerintah Kabupaten Rote Ndao. Sebut saja SOI SALAK, sistem daring untuk pengawasan temuan pemeriksaan, atau E-ASET MALOLE, sistem pencatatan aset UMKM berbasis digital yang dilahirkan dari kebutuhan para pelaku usaha kecil akan kejelasan dan keterlacakan aset.
“Saya percaya bahwa inovasi sejati datang dari keberanian mengubah kebiasaan lama,” kata Diana A. Bullu, SE, Kepala Bapelitbangda Kabupaten Rote Ndao, kepada wartawan, Senin (7/7/2025). Ia menegaskan, seluruh inovasi yang dilombakan telah diintegrasikan ke dalam dokumen RPJMD Kabupaten Rote Ndao 2025–2030. “Itu adalah komitmen kami, bukan hanya untuk menyambut penghargaan, tapi membangun kultur inovasi yang berkelanjutan.”
Selain SOI SALAK dan E-ASET MALOLE, tiga inovasi lain juga menunjukkan pendekatan khas birokrasi yang lebih lincah dan digital:
- ESA OFFICE, efisiensi sistem administrasi pemerintahan berbasis digital;
- MAI FALI, pemanfaatan analisis informasi untuk integrasi layanan pemerintahan;
- HOHOLOK, sistem pengawasan proyek lapangan yang terintegrasi dan akurat.
Masing-masing inovasi digagas oleh ASN lintas instansi, dari Inspektorat hingga Dinas PUPR. Di baliknya ada nama-nama seperti Refly Therik, Anthenety Lapudooh, Maraden Patola, Sherwin Ufi, dan Sonny Saban—para ASN yang tak hanya menjalani pelatihan, tapi juga menghadirkan solusi.
Proses pendaftaran ke sistem aplikasi IGA Kemendagri dikawal ketat oleh Bidang Litbang Bapelitbangda yang dikoordinasikan oleh Nazarillah Qadirun, SE. Ia memastikan seluruh dokumen inovasi lolos verifikasi administratif dan teknis. “Parameter IGA bukan hanya soal keunikan. Tapi juga keberlanjutan, kebermanfaatan, dan akuntabilitas. Kami yakin lima inovasi ini memenuhi semua itu,” ujarnya.
Dengan masuknya kelima inovasi dalam sistem IGA, Pemerintah Kabupaten Rote Ndao berharap dapat meningkatkan skor Indeks Inovasi Daerah 2025. Tapi lebih dari sekadar angka, Diana Bullu melihat ini sebagai simbol bahwa daerah perbatasan pun bisa menjadi laboratorium inovasi kebijakan.
“Dari sini, kami ingin kirim pesan ke seluruh Indonesia: inovasi bukan milik kota besar. Dari pelosok pun bisa lahir gagasan yang mengubah cara kerja negara,” tutup Diana.*/ Bidkom_DKISP Rote Ndao/Laurens Leba Tukan
Komentar