JAKARTA,SEKATANINDONESIA.COM – Tangis haru meledak di atas panggung utama ketika Istini, Kepala UPTD SDN Papela, menyampaikan pidato kemenangan di ajang nasional AIA Healthiest Schools 2025, Jumat (30/5/2015). Suaranya bergetar. Tangan gemetar. “Aduh, segemeteran ini… kami dari kampung yang terpencil sampai Jakarta ini luar biasa,” ujarnya, menahan air mata. Di belakangnya, bendera Rote Ndao berkibar—dari pulau kecil paling selatan Indonesia, sebuah sekolah dasar negeri mengukir prestasi nasional dan bersiap melangkah ke panggung internasional.
UPTD SDN Papela, sekolah dasar dari Desa Papela, Kecamatan Rote Timur, Kabupaten Rote Ndao, Provinsi NTT, berhasil menjadi Juara 1 Nasional kategori Sekolah Dasar dalam program AIA Healthiest Schools 2025, mengalahkan lebih dari 3.000 sekolah dari seluruh Indonesia. Kemenangan ini membuat mereka berhak mewakili Indonesia pada ajang regional di Da Nang, Vietnam, Juli 2025.
Ecolitera: Menanam Literasi, Memanen Kesadaran
Proyek unggulan SDN Papela bertajuk “Ecolitera” menjadi pembeda. Ia lahir bukan dari ruang seminar atau proposal ahli, melainkan dari keresahan lokal, tumpukan sampah yang menggunung dan rendahnya minat baca siswa. Dari keresahan itu tumbuh gagasan sederhana namun berdampak yaitu menyatukan ekologi dan literasi dalam satu gerakan sekolah sehat.
Program Ecolitera terdiri dari empat komponen utama: Ecope, Literasi Kemasan, Pengolahan Ekoenzim, dan Kebun Belajar Sekolah. Lewat Ecope, para siswa didorong menukar sampah yang mereka kumpulkan dengan alat tulis di sekolah. Sampah plastik, yang sebelumnya tak dilirik, kini menjadi sumber pembelajaran harian. Anak-anak membaca teks pada kemasan, belajar kata-kata, membahas kandungan produk, hingga mendiskusikan isu lingkungan.
Tak hanya itu. Sisa makanan dikumpulkan, lalu diolah menjadi ekoenzim—zat alami untuk membersihkan lingkungan, berkat pendampingan dari Dinas Pertanian Kabupaten Rote Ndao. Ekoenzim ini dimanfaatkan untuk merawat kebun belajar yang menjadi laboratorium mini hidup sehat di sekolah.
Gotong Royong Komunitas Sekolah
Bagi Istini, kemenangan ini bukan soal siapa yang pintar atau siapa yang bekerja paling keras. “Ini kemenangan gotong royong. Milik seluruh warga sekolah, guru, murid, orangtua, dan warga Papela,” katanya. Ia menyebut keberhasilan ini tidak akan terjadi tanpa kolaborasi lintas sektor: dari dukungan Dinas Pendidikan dan Pertanian Rote Ndao, hingga jaringan komunitas guru Bantu Guru Belajar Lagi (BGBL) yang menjangkau daerah 3T.
“Program seperti ini membuat kami di pelosok merasa dihargai. Bahwa sekolah kecil juga punya masa depan besar,” ujarnya, menahan haru.
AIA Healthiest Schools, program yang digagas AIA Indonesia, tahun ini menilai 408 proyek inovatif berbasis empat pilar: gizi, aktivitas fisik, kesehatan mental, dan lingkungan sehat. SDN Papela menjadi bintang utama dalam kategori Sekolah Dasar berkat pendekatannya yang menyeluruh dan partisipatif.
Sebagai Juara Nasional, SDN Papela menerima hibah senilai 15.000 USD setara dengan Rp 225 juta dalam bentuk fasilitas penunjang sekolah. Namun lebih dari itu, sekolah ini kini mengemban misi sebagai duta Indonesia untuk mewakili semangat pendidikan sehat dan berkelanjutan di tingkat regional Asia.
Dari Ujung Selatan, Harapan Itu Datang
Kemenangan SDN Papela bukan sekadar berita juara. Ia adalah sinyal harapan dari pinggiran, bahwa pendidikan yang membumi bisa tumbuh kuat bila ditopang oleh kolaborasi, kreativitas, dan kepedulian. Di tengah keterbatasan infrastruktur dan akses informasi, semangat guru-guru seperti Istini menjadi api yang menerangi jalan anak-anak negeri.
“Mari terus berkarya supaya bumi kita menjadi lebih sehat dan lebih baik lagi ke depannya,” ucap Istini menutup pidatonya. Suaranya masih gemetar, tapi pesan dari Pulau Rote telah sampai jauh—ke Jakarta, dan sebentar lagi ke Vietnam. */rri.co/Laurens Leba Tukan



Komentar