Menjembatani Ilmu dan Pembangunan dari Waikabubak. Pemkab Sumba Barat dan Universitas Kristen Artha Wacana Kupang Sepakati Kerja Sama Tri Dharma
WAIKABUBAK,SELATANINDONESIA..COM – Di ruang rapat yang tak terlalu luas di Kantor Bupati Sumba Barat, Rabu siang (2/7/2025), secarik kertas ditandatangani dua pemimpin dari dua dunia berbeda, birokrasi dan akademik. Di satu sisi, Bupati Sumba Barat Yohanis Dade, S.H., mewakili pemerintah daerah yang berupaya mempercepat laju pembangunan manusia di wilayahnya. Di sisi lain, Prof. Dr. Ir. Godlief Fredrik Neonufa, M.T., Rektor Universitas Kristen Artha Wacana Kupang (UKAW), membawa semangat kampus untuk menjangkau pinggiran.
Keduanya menandatangani nota kesepahaman tentang implementasi Tri Dharma Perguruan Tinggi: pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Bukan sekadar formalitas birokrasi. Di balik penandatanganan itu, tersimpan harapan besar untuk menjembatani jurang pengetahuan dan pelayanan publik di salah satu daerah tertinggal di Nusa Tenggara Timur.
“Kami tidak bisa bangun Sumba Barat sendirian. Ilmu pengetahuan dan dunia kampus harus jadi mitra strategis pemerintah,” kata Bupati Dade dalam sambutannya. Ia menyebut kerja sama ini sebagai langkah konkret mendorong SDM unggul dan pembangunan berkelanjutan di daerah yang masih menghadapi tantangan pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur.
Rektor UKAW menyambut optimisme itu dengan tekad serupa. “Kami ingin hadir bukan hanya lewat seminar dan buku, tapi lewat aksi nyata di lapangan. Penelitian harus menjawab kebutuhan sosial dan budaya masyarakat Sumba,” ujar Prof. Godlief. Ia juga menyinggung pentingnya membuka akses pendidikan tinggi bagi anak-anak muda Sumba Barat melalui beasiswa, pelatihan, dan penguatan kapasitas lokal.
Di hadapan para pejabat daerah dan civitas akademika yang hadir, kesepakatan ini menjadi lebih dari sekadar dokumen. Ia menjelma menjadi manifesto kolaborasi lintas sektor, ketika pemerintah daerah dan perguruan tinggi saling menyambung visi: membentuk generasi baru yang bukan hanya cerdas secara akademik, tapi juga peka terhadap realitas sosial.
Penandatanganan ini juga menjadi pembuka jalan bagi berbagai program sinergi: dari riset bersama, pengiriman dosen dan mahasiswa ke desa-desa, hingga pembentukan pusat studi lokal yang menyoroti persoalan khas Sumba seperti pangan lokal, budaya Marapu, hingga tata kelola sumber daya alam.
Di akhir acara, Bupati Yohanis Dade menyisipkan satu pesan singkat yang menggambarkan semangat hari itu: “Kami ingin pendidikan tinggi tidak hanya tinggal di Kupang atau kota besar. Kami ingin ia berjalan bersama rakyat, di sawah, di desa, di sekolah-sekolah pelosok.”
Hari itu, di Waikabubak, ilmu dan pemerintahan resmi bergandengan tangan. Dan Sumba Barat membuka babak baru dalam mengejar ketertinggalan.*/ProkopimSB/Laurens Leba Tukan
Komentar