WAIBAKUL,SELATANINDONESIA.COM — Langit Waibakul masih berselimut mendung pagi itu, Senin (30/6/2025). Namun, halaman Kantor Bupati Sumba Tengah di Makatul, tetap dipenuhi deretan rapi pegawai negeri, tenaga kontrak, dan pimpinan perangkat daerah. Suasana hening menyambut langkah tegas M. Umbu Djoka, S.Hut., M.Si., Wakil Bupati Sumba Tengah, yang pagi itu memimpin apel kekuatan, ritual penting di lingkup pemerintahan daerah yang baru saja menapaki usia ke-18 tahun.
Dengan seragam dinas lengkap dan suara lantang namun teduh, Umbu Djoka berdiri tegak di hadapan barisan. Ia tidak hanya memimpin apel secara formal. Dalam pidatonya, ia menyisipkan rasa syukur, apresiasi, sekaligus pesan moral bagi para aparatur pemerintah yang hadir. “Kehadiran kalian semua bukan hanya menggugurkan kewajiban, tapi cermin kesetiaan kepada tanggung jawab,” katanya.
Di tengah berbagai tantangan birokrasi dan keterbatasan daerah, kesetiaan hadir di apel pagi bukanlah soal kedisiplinan administratif semata. Bagi Umbu Djoka, itu adalah bagian dari mental pelayanan publik yang seharusnya menyala dari dalam hati. Apel itu menjadi ruang spiritual pemerintahan, tempat dedikasi diteguhkan.
Ia pun tak lupa menyampaikan penghargaan khusus kepada Tim Percepatan Penurunan Stunting, yang menurutnya telah bekerja melebihi panggilan tugas. Di Sumba Tengah, daerah yang masih bergulat dengan ketimpangan gizi dan infrastruktur dasar. Perjuangan melawan stunting bukan sekadar program nasional, tapi misi kemanusiaan lokal.
“Pengabdian kalian lahir bukan karena kekurangan, tapi karena keterpanggilan,” ujar Umbu Djoka, suaranya lirih namun tegas.
Dalam pidato yang berlangsung sekitar 20 menit itu, Wakil Bupati juga membagikan hasil kunjungan kerjanya ke Jakarta. Ia baru saja menyambangi Sekretariat Negara dan Kementerian PUPR, membawa aspirasi masyarakat tentang kebutuhan embung, jalan penghubung, dan infrastruktur strategis lainnya. Ia paham betul: tanpa air, tidak ada pangan. Tanpa jalan, tidak ada akses. Dan tanpa infrastruktur, pembangunan hanya tinggal janji.
Lalu, dengan nada semangat, ia menyampaikan pengalamannya mengikuti Musyawarah Nasional HKTI (Himpunan Kerukunan Tani Indonesia), tempat ia kini tercatat sebagai pengurus tingkat kabupaten. Menurutnya, HKTI bukan hanya organisasi tani, melainkan bagian penting dalam perjuangan ketahanan pangan, distribusi pupuk, dan penguatan kedaulatan petani lokal.
“Sumba Tengah punya potensi pertanian yang luas. Tapi potensi saja tidak cukup. Harus ada gerakan kolektif, harus ada semangat gotong-royong,” katanya. “Kita harus menanam gagasan, menuai kesejahteraan.”
Di ujung pidatonya, Umbu Djoka mengajak semua elemen pemerintahan dan masyarakat untuk meninggalkan sekat-sekat perbedaan. “Kita sudah 18 tahun berdiri sebagai kabupaten. Ini usia menuju kedewasaan. Sudah saatnya kita bersatu membangun, bukan saling menyalahkan,” katanya, disambut tepuk tangan dari barisan ASN dan tenaga kontrak.
Pagi itu, apel bukan sekadar rutinitas birokrasi. Ia menjadi ruang kecil yang menyimpan harapan besar. Dan Umbu Djoka berdiri di tengahnya, sebagai pemimpin yang memilih hadir, mendengarkan, dan bergerak bersama rakyatnya.*/ProkopimSTeng/Laurens Leba Tukan
Komentar