Letusan tertinggi sejak erupsi pertama pada 2024 kembali mengguncang Flores Timur. Ignas Uran kecewa: “Kalau mati, siapa yang disalahkan?”
LARANTUKA,SELATANINDONESIA.COM – Gunung Lewotobi Laki-laki di Kabupaten Flores Timur kembali menggeliat. Pukul 17.35 WITA, Selasa (17/6/2025), suara gemuruh terdengar dari Wulanggitang. Kolom abu setinggi 10 ribu meter menembus langit. Awan kelabu menebar ke segala penjuru: utara, timur laut, timur, tenggara, hingga ke barat laut. Gunung yang sejak September tahun lalu terus menunjukkan aktivitasnya itu kembali menumpahkan amarahnya.
Letusan kali ini, menurut Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Flores Timur, adalah yang tertinggi sejak letusan awal pada 3 September 2024.
Sore itu, Wakil Bupati Flores Timur, Ignas Uran, buru-buru menuju Nobo dan Boru. Ia didampingi Sekda Petrus Pedo Maran dan Kalak BPBD Frederikus M. Moat Aeng. Di sana, pemandangan yang mengejutkan menantinya, ratusan warga masih bertahan di wilayah yang telah lama dinyatakan sebagai Kawasan Rawan Bencana (KRB). Mereka berasal dari Desa Nobo, Klatanlo, Hokeng Jaya, Kampung Baru Podor, hingga Nawokote.
“Ini sudah keterlaluan,” ujar Ignas dengan wajah gusar. “Kalau mati, siapa yang disalahkan? Pemerintah sudah siapkan pos lapangan, sudah ada hunian sementara. Tapi kalian lebih pilih bertaruh nyawa di bawah kaki gunung,” ujarnya lantang kepada warga yang ditemuinya.
Wabup Ignas tak sekadar marah. Ia menginstruksikan Camat dan para kepala desa untuk mendata dan memberikan sanksi kepada warga yang membangkang. Ia juga meminta petugas lapangan memfasilitasi evakuasi bagi warga yang mengalami kesulitan logistik atau transportasi.
Menurut data BPBD hingga Senin, 16 Juni 2025, total pengungsi akibat erupsi Gunung Lewotobi mencapai 4.007 jiwa. Mereka tersebar di berbagai pos lapangan seperti Konga, Bokang, Kobasoma, dan Lewolaga, serta mengungsi secara mandiri di wilayah lain termasuk Titehena, Larantuka, dan bahkan Pulau Adonara serta Solor.
Sejak letusan perdana sembilan bulan lalu, korban jiwa sudah mencapai sepuluh orang.
Keesokan paginya, Rabu (18/06), Bupati Flores Timur Antonius Doni Dihen menggelar rapat virtual dengan Gubernur NTT, Emanuel Melkiades Laka Lena. Di waktu yang hampir bersamaan, Wakil Bupati Ignas Uran juga terhubung lewat zoom dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Fokus mereka: penanganan darurat pasca-erupsi dan pembaruan strategi mitigasi.
Sementara itu, Gunung Lewotobi Laki-laki masih berdiri murka. Di lereng-lerengnya, masih ada manusia-manusia keras kepala yang menantang maut dengan keyakinan buta. Mereka tetap tinggal, entah karena tak percaya pemerintah, atau karena percaya Tuhan akan jaga rumah mereka dari abu dan lahar. Tapi gunung tak peduli siapa yang percaya.*/ProkopimFlotim/BT/Laurens Leba Tukan



Komentar