
WAINGAPU,SELATANINDONESIA.COM – Rabu pagi (16/4/2025) yang cerah di Gedung Nasional Umbu Tipuk Marisi, Waingapu, seolah menandai semangat baru di ujung timur Pulau Sumba. Kursi-kursi di ruang utama nyaris penuh saat Bupati Sumba Timur, Umbu Lili Pekuwali, ST., MT., melangkah menuju podium. Wajahnya serius. Tangannya menggenggam naskah sambutan, tetapi kalimat-kalimat yang meluncur darinya jauh dari sekadar formalitas.
Forum Perangkat Daerah (FPD) 2025 ini bukan acara seremonial biasa. Di hadapan para kepala dinas, camat, lurah, dan anggota DPRD, Bupati Umbu Lili menyampaikan pesan yang tegas dan menggelitik nurani: “Jangan sekadar kerja berdasarkan anggaran. Kita butuh terobosan, kita butuh inovasi.” Kalimat itu sontak menjadi benang merah dalam forum yang bertujuan menyusun Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Sumba Timur untuk tahun anggaran 2026.
Memulai dari Titik Nol
Tahun 2026 akan menjadi tahun pertama pelaksanaan RPJMD di periode kepemimpinan Umbu Lili dan Yonathan Hani. Forum ini, kata dia, harus menjadi ruang menyelaraskan arah pembangunan dengan visi besar “HUMBA”: Harmonis, Unggul, Mandiri, Berbudaya, dan Adil. Sebuah visi yang menuntut kerja nyata, bukan janji-janji manis.
“Tahun depan kita mulai dari nol. Semua harus punya peta jalan yang jelas, berbasis data yang valid, serta menjawab kebutuhan riil masyarakat,” kata Bupati, dengan intonasi tajam namun tenang.

Anggaran Seret, Ide Harus Deras
Masalah utama yang menghantui pemerintah daerah adalah fiskal yang sempit. Dana transfer dari pusat sebagian besar bersifat specific grant, alias sudah dikunci untuk tujuan tertentu. Ruang gerak nyaris tak ada. Sementara kebutuhan mendesak menumpuk.
“Bayangkan, 27 persen warga kita masih hidup dalam kemiskinan. Dari jumlah itu, lebih dari 13 ribu adalah miskin ekstrem,” ungkap Bupati. Data lain ikut menyayat: stunting 14,9 persen (setara 3.303 balita), kematian ibu 6 kasus, kematian bayi 93 kasus. Angka-angka yang tak sekadar statistik, tetapi wajah-wajah nyata di balik nama HUMBA.
Dalam kondisi seperti ini, lanjut Umbu Lili, kreativitas birokrasi menjadi taruhan. Pemerintah daerah harus piawai menyusun program strategis yang bisa menarik pendanaan dari APBD provinsi, APBN, hingga CSR perusahaan.
“Bekerja itu bukan menunggu. Kita harus jemput bola,” ujarnya, yang disambut anggukan kepala dari para pejabat yang hadir.
Mengurai Program Prioritas
Empat program prioritas cepat menjadi jangkar diskusi: Humba Sejahtera, Humba Mandiri, Humba Mengabdi, dan Humba Cerdas. Masing-masing diarahkan untuk menjawab persoalan dasar pembangunan: kesejahteraan, kemandirian ekonomi, pelayanan publik yang adil, dan peningkatan kualitas SDM.
Kepala Bappeda dalam paparannya menyebut bahwa penyusunan RKPD tahun ini akan berbasis pada hasil Musrenbang kecamatan, pokok-pokok pikiran DPRD, dan target RPJMD yang telah ditetapkan. “Tahun ini tidak boleh ada copy-paste. Setiap program harus relevan dan berdampak langsung,” ujarnya.
Forum yang Bukan Basa-Basi
Di akhir sambutannya, Bupati kembali menegaskan bahwa Forum Perangkat Daerah tidak boleh menjadi formalitas tahunan. “Ini forum perumusan masa depan,” katanya. Ia mengajak seluruh kepala perangkat daerah untuk bekerja cermat, mengukur dampak, dan memastikan bahwa program yang disusun benar-benar menyentuh kebutuhan rakyat.
Hadir dalam forum tersebut Ketua dan anggota DPRD Kabupaten Sumba Timur, Sekretaris Daerah, para Asisten Setda, Kepala Bappeda, pimpinan OPD, para camat dan lurah se-Kabupaten Sumba Timur. Semua duduk menyimak, mencatat, dan semoga menyusun strategi yang tak lagi biasa-biasa saja.
Tugas Berat di Depan Mata
Sumba Timur kini berdiri di persimpangan. Di satu sisi, potensi besar terbentang: pariwisata, pertanian, peternakan dan kekayaan budaya yang bisa menjadi modal sosial. Di sisi lain, tantangan struktural terus menekan yaitu kemiskinan, stunting, gizi buruk, dan keterbatasan infrastruktur.
Maka, jika Forum ini hanya berakhir di notulen dan daftar hadir, maka harapan yang dibangun hari ini akan runtuh oleh kenyataan tahun depan. Tapi jika benar dijadikan tonggak, bukan tak mungkin dari tempat yang jauh ini, lahir praktik tata kelola pemerintahan yang bisa jadi contoh.
Sumba Timur butuh lebih dari sekadar rencana. Ia butuh nyali. Butuh niat. Butuh kerja nyata. Dan mungkin, dimulai dari forum ini.*/)prokopimST/llt