Koperasi Merah Putih Berkibar di NTT

1300
Gubernur NTT Emanuel Melkiades Laka Lena menyambut Menteri Koperasi RI Budi Arie ketika melakukan kunjungan di Kupang, NTT, Senin (14/4/2025). Foto: Dio

Dari Penfui ke Baumata, Menteri Koperasi Budi Arie meluncurkan gerakan besar mengubah wajah desa lewat koperasi. Tak sekadar simpan pinjam, tapi pusat ekonomi rakyat.

KUPANG,SELATANINDONBESIA.COM – Langit Kupang mendung tipis ketika pesawat yang membawa Menteri Koperasi dan UKM Republik Indonesia, Budi Arie Setiadi, mendarat mulus di Bandara El Tari, Senin pagi, (14/4/2025). Di pintu kedatangan, Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT), Emanuel Melkiades Laka Lena, menyambut hangat dengan pengalungan kain adat Timor. Itu adalah simbol awal dari kunjungan yang sarat makna: membakar semangat ekonomi rakyat melalui koperasi.

Bersama sang istri, Dina Budi Arie, dan jajaran pejabat Kementerian, Budi Arie memulai rangkaian agenda padat bernapaskan gerakan besar, Koperasi Desa Merah Putih. Penfui Timur dan Baumata, dua desa di Kabupaten Kupang, menjadi panggung awal untuk menyulut obor perubahan.

“Gerakan Koperasi Merah Putih ini bukan sekadar program, ini revolusi ekonomi desa,” ujar Budi Arie, dengan nada penuh tekad.

Gerakan ini lahir dari Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2025 yang menargetkan terbentuknya 80.000 koperasi di desa dan kelurahan seluruh Indonesia. Di NTT, dua KopDes Merah Putih yang dikunjungi Menteri menjadi prototipe koperasi masa depan, lebih dari sekadar simpan pinjam.

Koperasi sebagai Ekosistem Desa

KopDes Merah Putih, menurut Budi Arie, dirancang menjadi pusat aktivitas ekonomi desa: mulai dari gerai sembako, cold storage untuk pertanian dan perikanan, apotek, hingga klinik desa. “Kita ingin koperasi ini punya wajah modern tapi akarnya tetap rakyat,” ucapnya.

Tak hanya fasilitas, Menteri juga menekankan pentingnya partisipasi perempuan dan anak muda dalam struktur koperasi. “Jangan hanya bapak-bapak. Perempuan dan pemuda harus jadi penggerak utama,” tegasnya saat berdialog dengan warga.

Gubernur NTT Melki Laka Lena, yang sejak awal menyambut ide ini dengan antusias, menyatakan NTT siap menjadi barisan depan gerakan. “Kami ingin NTT jadi lokomotif perubahan,” ujar Melki. Bahkan Bupati Kupang, Yosef Lede, menyodorkan wilayahnya sebagai pilot project nasional.

TLM: Dari Simpan Pinjam ke Superkoperasi

Setelah meninjau dua KopDes, rombongan bergeser ke Kecamatan Taebenu untuk sebuah prosesi penting: ground breaking gedung baru Koperasi Simpan Pinjam Tanaoba Lais Manekat (KSP TLM). Koperasi ini bukan pendatang baru. Dengan anggota lebih dari dua ribu dan aset yang terus tumbuh, TLM dianggap sebagai model ideal koperasi produktif.

Menteri Budi tak ragu menyebut KSP TLM sebagai inspirasi nasional. “Koperasi ini harus jadi mentor bagi KopDes lainnya,” katanya. Ia menekankan pentingnya nilai-nilai Bung Hatta dalam koperasi: kejujuran, gotong royong, dan kekeluargaan.

Dalam pidatonya, Gubernur Melki menyebut KSP TLM sebagai “penggerak mimpi masyarakat NTT”. Dengan lebih dari 2.700 koperasi aktif di NTT dan total anggota melampaui 1,3 juta orang, ia melihat koperasi sebagai urat nadi ekonomi lokal yang potensial, asal dikelola dengan sehat dan profesional.

 RAT yang Dirayakan Seperti Festival

Malam harinya, GOR Oepoi Kupang riuh oleh semangat. Tak kurang dari 2.000 anggota KSP TLM Indonesia hadir, baik secara langsung maupun daring, mengikuti Rapat Anggota Tahunan (RAT) ke-14 Tahun Buku 2024 yang mengangkat tema: “Koperasi Solusi, Anggota Berseri, Alam Lestari.”

RAT ini jauh dari seremoni membosankan. Ada penandatanganan MoU tiga pihak, pembagian bibit pohon kepada anggota sebagai simbol koperasi hijau, hingga pemukulan gong oleh Menteri sebagai tanda penutupan yang meriah.

Budi Arie dalam pidato penutupnya menyampaikan kekaguman. “Kalau mau lihat koperasi yang membagikan sisa hasil usaha besar, datanglah ke NTT,” katanya disambut tepuk tangan bergemuruh.

Menuju Indonesia Koperatif

Gerakan Koperasi Merah Putih adalah bagian dari mimpi besar. “Indonesia Maju harus ditopang ekonomi koperatif,” tegas Budi. Ia ingin desa tidak lagi bergantung pada pusat kota, apalagi pada negara lain, terutama dalam urusan pangan.

Di akhir hari, di tanah kering Timor yang tengah memulai musim tanam, sebuah benih baru telah ditanam: benih semangat kolektif, lewat koperasi. “Ini bukan akhir kunjungan,” kata Gubernur Melki, “tapi awal perjalanan panjang perubahan ekonomi dari desa.”*/)meldo/fara/llt

 

Center Align Buttons in Bootstrap