WAINGAPU,SELATANINDONESIA.COM – Siapa sangka, ternyata calon Gubernr NTT, Emanuel Melkiades Laka Lena punya darah Sumba. Tepatnya dari Uma Patunggul, Kampung Payeti, Kelurahan Prailiu, Kecamatan Kambera, Kabupaten Sumba Timur.
Melki Laka Lena adalah turunan Payeti, Sumba Timur. Moyang perempuan dari ibundanya berasal dari Kampung Payeti. Namanya Rambu Hara Ana Awa yang menikah dengan seorang pria bersal dari Ende yang melahirkan sorang putra bernama Toku Wangga Jawarai.
Lantaran pertalian hubungan darah itu, keluarga besar Payeti beserta rumpun keluarga terkait mengundang Melki Laka Lena hadir dalam sebuah seremoni adat yang digelar Rabu (30/10/2024) di Uma Patunggul, Kampung Payeti.
Eduard Kondalahia yang akrab disapa Umbu Hia, perwakilan keluarga Payeti berceritra tentang hubungan pertalian darah Melki Laka Lena dengan keluarga Payeti. Kisahnya, pada awal tahun 1900 an, ketika itu rumah besar Payeti masih di Karinding, sekarang di belakang Kantor Sinode GKS Waingapu. Di situ ditempati kakek buyut bernama Umbu Nai Kuri yang punya saudari bernama Rambu Hara Ana Awa. Sebenarnya Rambu Hara Ana Awa, oleh para saudaranya sudah dijodohkan dengan seorang pria dari Kabihu Pamakat di Wangga.
Namun Rambu Hara Ana Awa bertemu dan mengenal seorang pemuda dari Ende. Hubungan cinta dengan pemuda Ende itu tidak disetujui oleh saudaranya dan anggota keluarga lain. Kendati demikian, Rambu Hara Ana Awa tetap bersihkeras dengan kekuatan cintanya terhadap pemuda Ende tersebut. Akhirnya, para sudaranya merelakan Rambu Hara Ana Awa untuk menikah dengan pria Ende. Bahkan Rambu Hara Ana Awa juga membawa serta dua orang perempuan untuk melayaninya di Ende.
Rambu Hara Ana Awa ini sampai di Ende melahirkan seorang putra bernama Wangga Jawarai. Sampai di situ ceritranya. Lantaran komunikasi yang tidak lancar, sehingga menjadi putus hubungan dengan keluarga di Ende.
“Sampailah sekitar dua tahun lalu, mamanya Pak Melki Laka Lena datang ke sini dan berceritra tentang moyang kita Rambu Hara Ana Awa. Kami sangat terharuh dengan kehadiran Pak Melki Laka Lena bersama isteri malam ini untuk menemukan kembali pertalian darah antara kita. Kami semua keluarga Payeti dan rumpun keluarga lainnya menerima dengan tulus kedatangan Pak Melki dan isteri. Banyak keluarga yang hadir terutama yang berkaitan langsung dengan Payeti. Kami mengaharapkan agar jika ada suka cita maupun duka cita di keluarga Payeti akan kami sampaikan ke Pak Melki dan juga sebaliknya,” sebut Umbu Hia
Melki Laka Lena yang hadri malam itu bersama sang isteri Asty Laka Lena tampak sangat terharuh dengan momentum pertemuan tersebut. Melki dan Asty disambut hangat dengan seremonial adat dan tarian.
“Saya sangat terharuh dengan kisah yang disampaikan Pak Umbu Hia, bahkan ketika mama saya datang dan diwarnai dengan tangisan bahagia,” katanya
Disebutkan Melki Laka Lena, kisah tentang Payeti ini sudah diketahuinya pada tahun 2013 silam ketika ia maju menjadi calon Wakil Gubernur berpasangan dengan Ibrahim Agustinus Medah. “Ketika itu kami berkampanye di Kelurahan Wangga dan kebetulan mama saya punya bapa itu namanya Petrus Wangga. Saat itu dipesankan oleh om saya atau saudara dari mama saya bahwa ketika kampanye di Sumba Timur harus cari keluarga kita di Payeti. Beliau menunjukan berbagai macam perhiasan yang merupakan barang antik yang dibawa dari Sumba Timur, bertanda bahwa moyang kita saat itu datang dari Sumba Timur, dan ada kisah yang harus dicari tahu,” ujar Melki Laka Lena.
Ia mengaku salah karena kesibukannya di dunia politik sehingga agenda untuk melakukan pertemuan bersama keluarga besar Payeti terus tertunda. “Gara-gara sibuk dengan politik akhirnya agenda untuk bertemu tidak bisa terlaksana. Saya minta maaf, dan kesalahan terebsar ada pada saya,” ujarnya. Dan kisah tentang Nenek Rambu Hara Ana Awa ini pernah diceritrakan oleh mama saya,” ujarnya.
Disebutkan Melki Laka Lena, momentum pertemuan itu dipastikan ada pro dan kontra serta beragam tanggapan di publik. “Maksud kita memang baik, tetapi tidak semua orang akan menangkap dengan baik. Semoga kita semua yang hadir ini, sama-sama tahu tentang niat tulus keluarag Payeti dan kami bahwa benar-benar silahturahmi antar kita bersaudara ini betul tersambung dengan kokoh,” katanya.
Melki Laka Lena bangga dan tersanjung karena keluarga Payeti sudah menerimanya dengan sangat baik, sebagai bagian dari keluarga Payeti yang ternyata kisahnya sangat mengharuhkan. “Ini momentum pertama buat saya, dan bisa menemukan kembali bagian hidup dari keluarga yang terputus,” katanya
Dikatakanya, dalam politik, sering kali seorang politisi itu diangkat oleh berbagai kelompook keluarga dan suku, itu sering terjadi. Tetapi menemukan kembali akar darahnya itu tidak semua orang mendapatkan. “Saya bersyukur karena bukan diangkat sebagai anak, atau ditokohkan sebagai keluarga, tetapi ini memang menemukan kembali jalur darah yang selama ini terputus. Saya bisa kembai lagi ke tempat dimana moyang kami berasal,” sebutnya.
Melki Laka Lena berharap, semoga dengan acara malam ini, bukan hanya sekedar urusan politik yang sedang ramai, tetapi lebih dari itu, semua yang terjadi ini merupakan kehendak Tuhan dan retsu leluhur. “Semoga ini bermanfaat bagi Sumba Timur, Ende dan NTT yang kita bisa buat Bersama,” katanya.
Dia mengakui bahwa di tengah momentum politik saat ini, pasti beragam tanggapan di publik akan bermunculan. Tetapi baginya, itu bukan terlalau penting.
“Yang paling penting adalah dari peristiwa ini, kami bisa kembali beretmu dengan keluaraga dan sepeti halnya, pesan keluaragg yang muncul yaitu harta yang paling berharga adalah keluarga. Jabatan apapaun kita, yang pikul peti mati kita adalah keluarga. Yang paku peti mati kita juga dalah keluarga. Yang temani keluarga kita saat duka juga pastinya keluarga. Teman dan kawan itu datang dan pergi,. Jabatan itu membuat orang akan dekat dengan dengan yang bersangkutan, tetapi yang menemi saat suka duka dan terpuruk itu yang pasti adalah kelurga. Dan saya menemukan hari ini keluarag saya dan itu jauh lebih penting dari pada urusaan politik atau apapaun,” jelas Melki Laka Lena.
Dalam momentum itu, Melki Laka Lena membawa seekor kuda jantan sebagai tanda penghormatan. Selanjutnya, keluarga Payeti membalas dengan memberikan sekjumlah lembar sarung dan seekor babi. Acara tersebut dihadiri ratusan keluarga Payeti yang datang dari berbagai wilayah di Pulau Sumba. Turut hadir para tokoh Sumba Timur diantaranya Umbu Ngguli Hunga (Ayahanda Dr. Umbu Rudi Kabunang), Arnold Huki Lalatana, Umbu Lili Pekuwali, Libby Sinlaeloe, Stevanus Come Rihi, Oktobius Wiritana Ringu, Herman Hilungara, Soleman Tarandima dan para pimpinan partai koalisi pengusung MELKI-JOHNI tingkat kabupaten Sumba Timur. */)Laurens Leba Tukan