
LARANTUKA,SELATANINDONESIA.COM – Area perswahan di Desa Konga, Kecamatan Titehena, Kabupaten Flores Timur kini dalam ancaman serius. Hamparan sawah yang menjadi salah satu lumbung penghasil padi di Kabupaten Flores Timur itu mesti segera diselamatkan.
Alih fungsi lahan secara brutal sedang terjadi di sana. Lahan persawahan di arah Barat Kota Larantuka itu perlahan mulai digerus dan dijadikan lahan industri. Kini telah dibangun sebuah minimarket “liar” di area persawahan itu. Bahkan, hutan bakau yang selama ini ditanam dan dirawat masyarakat di tiga desa sekitarnya mulai dibabat. Disebut “liar” karena hingga saat ini, bangunan itu belum mengantongi Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) dari Pemda Flores Timur.
Kepala Desa Konga, Aloysius Sinyo Kung sedang dalam kegalauan. Ia mendesak Pemerintah Kabupaten Flores Timur agar bersikap tegas terhadap ancaman alih fungsi lahan persawahan menjadi industri. “Kami minta agar Pemda Flotim segera turun tangan menyelematkan area persawahan ini. Saat ini sudah menjadi salah satu kawasan industri baru antara lain budidaya peternakan ayam petelur dan pembangunan minimarket di kawasan persawahan,” sebut Kades Sinyo Kung kepada SelatanIndonesia.com, Sabtu (14/10/2023).
Ia menjelaskan, lahan yang kini menjadi kawasan industry ayam petelur dan minimarket itu masuk dalam peta kawasan pertanian persawahan Konga. Menurutnya, dengan pembangunan kawasan industri tersebut mengakibatkan ratusan pohon bakau di kawasan itu ikut ditebang. Padahal, hutan bakau ini ditanam dan dirawat oleh masyarakat dari 3 desa pendukung persawahan Konga yaitu Desa Konga, Desa Kobasoma dan Desa Desa Lewo Laga.
“Tujuan kami menanam dan menjaga hutan bakau itu untuk menjaga habitat laut dan mengurangi dampak abrasi di kawasan persawahan Konga. Kalau begini maka dampak lainnya dari pembangunan minimarket di kawasan dalam kawasan persawahan Konga tentunya akan berdampak pada pengurangan lahan persawahan dan sekaligus memotivasi masyarakat untuk kedepannya akan membuka permukiman baru di kawasan ini,” katanya.
Disebutkan Kades Sinyo Kung, pihaknya juga sudah mengkaji bahwa sesuai aturan, dalam Kawasan persawahan itu tidak boleh ada bangunan fisik permanen. “Kami berharap adanya sikap tegas dari pemerintah Kabupaten Flores Timur sehingga aktivitas perluasan lahan industri di kawasan persawahan dapat ditinjau kembali dan bila perlu dihentikan segala bentuk aktivitasnya sehingga tidak mengganggu sekaligus mengurangi lahan pertanian di kawasan persawahan Konga,” katanya.
Minimarket Liar
Plt. Kepala Dinas PU Kabupaten Flores Timur, Apolonia Corebima yang dihubungi SelatanIndonesia.com, Sabtu (14/10/2023) mengatakan, bangunan minimarket di desa Lewolaga di kompleks persawahan Konga tersebut belum ada IMB (Ijin Mendirikan Bangunan). “Terkait Pembangunan minimarket di areal sawah Konga, sampai saat ini Dinas PUPR belum pernah menerima Permohonan Rekomendasi Kelayakan Ruang,” sebut Nia Corebima.
Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Flores Timur, Badarudin mengatakan, pihaknya juga baru beberapa hari lalu mengetahui tentang keberadaan Minimarket yang berada di Desa Lewolaga, arah ke Konga itu. “Minimarket itu milik Aji Abdullah. Sampai hari ini, bangunan minimarket itu belum mengantongi IMB,” sebut Badarudin.
Ia menambahkan, sesuai arahan Penjabat Bupati Flores Timur Doris Alexander Rihi, direncanakan pada Senin (16/10/2023) mendatang, akan dilaksanakan Rapat Koordinasi yang melibatkan OPD terkait untuk membahas keberadaan minimarket tersebut. “Hasilnya akan kita laporkan ke Bapak Penjabat Bupati untuk disikapi lebih lanjut,” tulis Badarudin dalam pesan tertulisnya kepada SelatanIndonesia.com, sabtu (14/10/2023).***Laurens Leba Tukan