Prostitusi Gelap di Lembata Kian Marak, Warga Dihimbau Waspadai HIV

1839
Kegiatan diskusi dan sosialisasi tentang HIV dan AIDS untuk masyarakat di RW 09, Tujuh Maret, Kelurahan Lewoleba Tengah, Kecamatan Nubatukan, Kabupaten Lembata, Senin (25/2/2020). Foto: SelatanIndonesia.com/Teddi Lagamaking

LEMBATA,SELATANINDONESIA.COM – Praktek prostitusi terselubung di Kabupaten Lembata kian marak, bakan dilakukan oleh kalangan pelajar dan kaum milenial. Masyarakat diharapkan untuk waspada dan tetap menghindari perilaku seks yang menyimpang.

Menurut dr. Alma Carvalo, yang kesehariannya bekerja pada RSU Lewoleba bagian VCT (Voluntary Counseling and  Testing), praktek haram tersebut diketahui sudah berjalan sejak lama, bahkan diduga kuat hal tersebut terorganisir dengan rapi. Dihubungi SelatanIndonesia.com, Rabu (26/2/2020), dr. Alma mengatakan, ada oknum-oknum tertentu yang berprofesi sebagai ojek online yang bertugas mengantar pesanan ketika ada permintaan dari pelanggan. “Kami melihat ada beberapa titik di dalam kota Lewoleba yang menjadi lokasi transaksi dari kegiatan maksiat tersebut,” katanya.

Fenomena itu memantik para pegiat dan pemerhati masalah sosial kota Lewoleba menggelar diskusi dan sosialisasi tentang bahaya HIV dan AIDS. Salah satu kelompok yang menggelar diskusi itu adalah Perempuan Fenomenal Lembata. Kelompk yang diketuai oleh Nefri Eken itu pada Senin, (25/02/2020) menggelar diskusi dan sosialisasi untuk masyarakat di RW 09, Tujuh Maret, Kelurahan Lewoleba Tengah, Kecamatan Nubatukan. Terpantau media ini,kegiatan tersebut mendapat respon yang positif dari masyarakat. Hadir dalam kegiatan tersebut Ketua RW, warga lingkungan sekitar, dr. Alma Carvalo dan teamnya.

Ketua Perempuan Fenomenal Lembata Nefri Eken kepada wartawan mengatakan, sosialisasi yang dilakukan itu bertujuan agar masyarakat sebisa mungkin memberikan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) kepada sesama warga masyarakat lain tentang problem dan bahaya HIV dan AIDS yang sedang menggejala di Lembata.

“Kegiatan yang terjadi di RW 09 Tujuh Maret ini menjadi dasar pijak bagi komunitas kami untuk terus melakukan pengembangan dalam bentuk sosialisasi kepada semua warga di tempat lain di kabupaten Lembata,” ujarnya.

Ia juga mengharapkan pemerintah daerah melalui Komisi Penanggulangan AIDS Daerah Kabupaten Lembata untuk lebih giat lagi dalam penanggulangan HIV dan AIDS yang setiap waktu menjadi momok menakutkan bagi seluruh masyarakat Lembata.

Untuk diketahui, data Dinas Kesehatan Kabupaten Lembata dari tahun 2008 hingga 2018 tercatat sebanyak 361 warga yang terinveksi HIV dan AIDS. Dari data tersebut, ada 135 orang dinyatakan meninggal dunia, sebanyak 201 orang masih hidup dan 11 orang dinyatakan telah pindah domisili keluar wilayah Lembata.

Dinas Kesehatan Lembata juga merilis sejak Januari hingga Oktober 2019, tercatat ada 33 kasus baru HIV dan AIDS yang tersebar di 7 kecamatan dari 9 kecamatan yang ada, yakni Kecamatan Nubatukan 21 Kasus, Kecamatan Ile Ape 3 Kasus, Kecamatan Buyasuri 3 Kasus, Kecamatan Lebatukan 2 Kasus, Kecamatan Ile Ape Timur 2 Kasus, Kecamatan Omesuri 1 Kasus dan Kecamatan Nagawutung 1 Kasus.

Dari data tersebut, menunjukkan ODHA di Lembata didominasi Ibu Rumah Tangga (56 orang), disusul Petani (29 orang), Swasta (15 orang), Pekerja Seks Komersial (11 orang), Mahasiswa (6 orang), ASN (6 orang), Tenaga Kontrak/KSO (5 orang), dan Pelajar (3 orang) * Teddi Lagamaking

Editor: Laurens Leba Tukan

Center Align Buttons in Bootstrap