Waspada, HIV dan AIDS di Kota Kupang Sudah 1858 Kasus

1109
Kadis Kesehatan Kota KUpang, drg. Retnowati dan Ketua KPA Kota Kupang, Yos Rera Beka. Foto: SelatanIndonesia.com/Laurens Leba Tukan

KOTAKUPANG,SELATANINDONESIA.COM – Kasus HIV dan AIDS di Kota Kupang kian meningkat tajam. Sejak tahun 2000 hingga 2022, jumlah kasus yang terjadi lantaran perilaku seks tidak nyaman itu sudah mencapai angka 1858 kasus.

Dinas Kesehatan Kota Kupang Bersama Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Kupang serta jejaringnya terus melakukan upaya pencegahan. “Kita ada kegiatan yang namanya sosialisasi untuk mendeteksi dini, pengobatan dan pengawasan minum obat. Dan sosialisasi dini diberikan melalui kelompok-kelompok masyarakat baik secara formal maupun non-formal dan dilakukan oleh Puskesmas-Puskesmas di Kota Kupang,” sebut Kepala Dinas Kesehatan Kota Kupang, drg. Retnowati di Balai Kota Kupang, Rabu (9/11/2022).

Kadinkes Retno menjelaskan, untuk kegiatan Screening HIV atau pemeriksaan yang bertujuan untuk menunjukkan jika seseorang terinfeksi HIV atau tidak, di Kota Kupang sudah ada 4 Puskesmas yang menyediakan layanan screening. Keempat Puskesmas itu dintaranya Puskesmas Sikumana, Puskesmas Osepa, Puskesmas Bakunase dan Puskesmas Pasir Panjang. “Juga ada tambahan Rumah Sakit Titus Uly (Bhayangkara) Kupang.

Ia menjelaskan, HIV dan AIDS adalah penyakit yang berlatar belakang perilaku. Sehingga, dalam pencegahannya selalu menerapkan pola ABCDE. Retno merincikan, A (Abstinace) adalah tidak berhubungan seks di luar nikah. “Ini anjurannya yang sering dilakukan untuk edukasi kesehatan reproduksi serta HIV dan AIDS mulai dari siswa siswi SMP, SMA/SMK dan mahasiswa,” sebutnya.

Sedangkan B (Be faithful) adalah saling setia pada pasangan. Retno menjelaskan, banyak pria yang suka “jajan” di luar dan tidak menggunakan kondom sehingga dapat membawa virus saat pulang ke rumah. HIV kemudian bisa menular ke istri di rumah saat berhubungan seksual. Untuk itu, setia pada pasangan atau tidak bergonta-ganti pasangan berhubungan seks juga menjadi kunci pencegahan HIV.

Retno menambahkan, C (Condom), yaitu penggunaan kondom saat berhubungan seksual. “Kalau tidak setia dan sudah tegangan tinggi, maka  Penggunaan kondom ini dinilai sangat efektif mencegah penularan HIV, karena tidak terjadi gesekan langsung antara kulit kelamin,” katanya.

Sedangkan D (Don’t use drugs) atau tidak memakai narkoba. Kasus penularan HIV juga banyak terjadi pada pengguna napza suntik secara bergantian. Dan, terakhir yaitu E (Equipment) yang artinya menggunakan peralatan steril. “Kalau mau akupuntur atau tato jangan pakai jarum orang lain, pakai jarum sendiri,” ujarnya.

Tentang pengobatan, Retno menjelaskan, ada obat Antiretroviral atau ARV. “Jadi penyakit HIV dan AIDS ini tidak bisa sembuh, tapi hanya bisa dilakukan dengan meminum obat ARV secara teratur agar memperpanjang masa hidup. Sehingga kita berharap supaya jangan sampai terkena HIV dan AIDS, karena tidak akan sembuh seumur hidup” ujarnya.

Keterbatasan Anggaran KPA

Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Kupang, Yos Rera Beka mengatakan,  KPA Kota Kupang masih mengalami kesulitan dalam menjalankan tugas dan fungsi karena keterbatasan anggaran. Ia berharapa, pada Anggaran Murni Tahun 2023 nanti, bisa diperhatikan kebutuhan KPA untuk membantu warga Kota Kupang yang terinveksi HIV dan AIDS.

Menurut Rera Beka, keterbatasan anggaran sangat berpengaruh pada pelaksanaan program KPA termasuk ketersediaan dan pendistribusian obat kepada para ODHA. Itu pasalnya, KPA Kota Kupang membantu para ODHA untuk bisa mendapatkan menggunakan keikutsertaan dalam BPJS.

“Kita di KPA diberikan anggaran Rp 400 juta tiap tahun, sehingga diharapkan pada tahun anggaran murni 2023 nanti bisa ditingkatkan. Yang usulkan adalah Rp 750 juta, tentunya juga dimengerti kemampuan keuangan daerah,” sebut rera Beka.

Tidak hanya itu, KPA Kota Kupang juga membantu memfasilitasi para ODHA untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, misalnya di RS Wira Sakti dan RSUD S. K Lerik. “Jika pemeriksaan tersebut menunjukkan hasil positif maka KPA akan melakukan pendampingan,” katanya.

Ia menambahkan, sejumlah data temuan kasus terbaru merupakan kolaborasi KPA Kota Kupang bekerjasama dengan LSM, Komunitas Peduli HIV dan AIDS serta temuan dari KPA Ketika melakukan penelusuran ke tempat hiburan dan hasil pemeriksaan ibu hamil di tingkat Puskesmas.

Rera Beka mengatakan, pihaknya terus melakukan sosialisasi kepada masyarakat dengan bekerja sama dengan pihak sekolah serta sosialisasi di tempat-tempat publik. “Kita lakukan sosialisasi dengan swadaya saja, prinsipnya edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat tetap dilakukan, agar menghindari diri dari perilaku yang berpotensi penularan HIV dan AIDS. Juga agar masyarakat bisa merubah paradigma negatif agar bisa menerima para ODHA di lingkungan masyarakat,” ujar Rera Beka.***Laurens Leba Tukan

Center Align Buttons in Bootstrap