24 UMKM Binaan Dapur Kelor Butuh Sentuhan untuk Dapat Standar Halal

105
Direktur PT. Moringa Wira Nusa sekaligus Founder Dapur Kelor, Ir. H Dedi Krisnadi (kedua dari kanan) ketika memberikan keterangan kepada wartwan di Kupang, Senin (5/9/2022). Foto: SelatanIndonesia.com/RenoMatrekano

KUPANG,SELATANINDONESIA.COM – Sebanyak 24 pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang mengandalkan kelor sebagai bahan utama, dibina oleh Dapur Kelor Kupang. Mereka sedang mengharapkan sentuhan pemerintah baik Provinsi NTT serta Kota dan Kabupaten agar memfasilitasi lolos halal. Hal itu penting agar semua produk UMKM hasil olahan daun kelor bisa masuk ke pasar-pasar modern.

“Harapan kita ada fasilitasi dari Pemerintah agar teman-teman UMKM bisa menjual produk ke pasar modern seperti Hypermart, Alfamart, dan Hypersotre dan berbagai mini market lainnya yang sekarang menjamur di NTT. Nah, ini butuh produk yang memenuhi standar halal,” sebut Direktur PT. Moringa Wira Nusa sekaligus Founder Dapur Kelor, Ir. H Dedi Krisnadi kepada wartwan di Kupang, Senin (5/9/2022).

Krisnadi mengatakan, selama ini Dekranasda NTT sudah sangat maksimal membantu dan memfasilitasi para pelaku UMKM yang menggunakan bahan baku kelor dalam mengembangkan usaha. “Kita juga harapkan agar Dekranasda di Kota dan Kabupaten se NTT punya model kerja dan pendampingan seperti Dekranasda Provinsi NTT. Bisa menampung semua olahan peorduk local. Kalau semua 22 Kabupaten dan Kota bisa seperti Dekranasda NTT maka sangat menghidupkan UMKM kita. Ini salah satu jembatan untuk bisa menjul keluar produk UMKM kita,” katanya.

Ia menyebutkan, kendala lain yang dihadapi para pelaku UMKM yang mengandalkan bahan baku kelor adalah peralatan produksi. Juga para pelaku usaha bisa mendapat ijin dari Badan Pengawas Obat dan Makanana (BPOM). “Kami sudah ada 24 UMKM binaan dari Dapur Kelor untuk membantu UMKM sehingga bisa naik kelas dan sampai mendapat ijin edar,” ujarnya.

Kesempatan yang sama, Oa Hayon sapaan akrab Reinaldis Hayon salah satu pelaku UMKM kelor bersama suaminya yang mantan Anggota DPD RI Wilem Wau Openg merintis usaha pengolahan daun kelor sejak tahun 2019. Mereka mengolah daun kelor menjadi serbuk kelor di Rumah Produksi Watuwara, Kabupaten Flores Timur.

Oa Hayon kepada SelatanIndonesia.com di Dapur Kelor Kupang, Senin (5/9/2022) mengatakan, daun kelor segar itu dibelinya dari petani dengan harga Rp 5000/Kg. “Kami punya Rumah Produksi sendiri di Watowara yang awalnya kami punya mesin satu unit. Setelah berjalan baik, kami didukung oleh Ketua Dekranasda NTT Bunda Julie Sutrisno Laiskodat dengan membantu kami satu unit mesin pengring dan mesin siler untuk keamanan pangan. Jadi itu yang kami pakai selama ini untuk mengolah daun kelor,” sebut Oa Hayon.

Rumah Produksi itu dibangun dengan dukungan Direct Program DAP Bali Komjen Australia yang mendukungnya dengan bahan-bahan non lokal. Sedangkan kelompok petani kelor Watowara mendukung dengan menyediakan bahan lokal seperti kayu, batu dan pasir. “Setelah Rumah Produksi berdiri, kami didukung oleh Dapur Kelor untuk teknis pengolahannya,” ujar Oa Hayon.*/)RenoMatrekano

Editor: Laurens Leba Tukan

Center Align Buttons in Bootstrap