KUPANG,SELATANINDONESIA.COM – Bank NTT berhasil menorehkan opini “Wajar dalam Semua Hal yang Material” setelah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik Paul Hadwinata, Hidajat, Arsono, Retno, Palilingan & Rekan. Sebagai salah satu indikator dalam penilaian keuangan, dan untuk memastikan Bank NTT telah menerapkan praktek-praktek perbankan yang berlaku umum (best practices) telah ditunjuk KAP Paul Hadiwinata, Hidajat, Arsono, Retno, Palilingan & Rekan untuk melakukan pemeriksaan atas kinerja keuangan Bank NTT.
Pasca audit yang berakhir pada 31/12/2020 silam maka, bank kebanggan masyarakat NTT itu dipandang layak menggelar Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Tahunan, untuk tahun buku 2020 di Ruang Rapat Gubernur, Gedung Sasando, Senin (26/4/2021). RUPS sebagai agenda tahunan, dipimpin langsung oleh Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat selaku pemegang saham pengendali, dan dihadiri seluruh pemegang saham. Sedangkan, dari manajemen Bank NTT, hadir seluruh komisaris dan direksi.
Direktur Utama, Harry Alexander Riwu Kaho mengatakan, ada lima agenda urgen yang dibahas dalam RUPS-TB 2020 itu diantaranya, laporan pertanggungjawaban Direksi atas penyelenggaraan Perseroan Tahun Buku 2020, laporan pertanggungjawaban Dewan Komisaris atas pelaksanaan fungsi pengawasan Tahun Buku 2020, dan penetapan pembagian laba Tahun Buku 2020.
“Juga ada penyampaian laporan rencana kerja dan anggaran tahun buku 2021-2023 termasuk membahas beberapa isu terkait Tata Kelola SDM kepegawaian termasuk pelaksanaan Inbreng, penggunaan dana cadangan umum dan beberapa isu penting lainnya,” sebut Alex.
Ia mengaku bersyukur, atas perkenanan Tuhan Yang Maha Kuasa dan dukungan dari seluruh pemangku kepentingan, sehingga Bank NTT dapat melewati tahun buku 2020 dengan segala tantangannya. “Apalagi Pandemi Covid-19 telah memberikan tekanan yang berat terhadap perekonomian global, nasional maupun domestik sehingga menimbulkan pertumbuhan ekonomi yang terkontraksi 2.19% di akhir tahun 2020 dan juga ekonomi Nusa Tenggara Timur juga terkontraksi 2.27% (yoy),” sebut Alex.
Disebutkan, menjadi kebanggaan bagi seluruh jajaran Direksi dan karyawan Bank NTT untuk dapat berkontribusi dalam memberikan performa dan pelayanan yang lebih baik bagi nasabah dan seluruh pemangku kepentingan selama tahun 2020. Menurutnya, komitmen tersebut tak lepas dari prinsip manajemen dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah dan menjadi bank kepercayaan masyarakat Nusa Tenggara Timur di tengah tantangan kondisi perekonomian yang belum pulih akibat pandemi Covid-19.
Disebutkan Alex, selama tahun buku 2020 dari aspek Pencapaian Kinerja Tahun Buku 2020, secara keseluruhan tahun 2020, kinerja perbankan umum di NTT masih terjaga. Return On Asset (ROA) perbankan tercatat sebesar 3.56% meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 3.15%. “Sementara itu, tingkat efisiensi perbankan masih relative stabil dengan rasio BOPO sebesar 71.46%. Fungsi intermediasi perbankan juga masih terjaga, dimana Loan to Deposit Rasio (LDR) perbankan di NTT mencapai 115.52% atau masih di atas rasio yang ditentukan namun relative terjaga,” jelas Alex.
Hal itu, menurutnya, menyebabkan pertumbuhan DPK terkontraksi dengan kebijakan pemerintah karena kondisi dampak pandemi Covid-19 dibanding pertumbuhan kredit. “Di sisi penghimpunan Dana pihak Ketiga (DPK) di NTT tumbuh sebesar 1.99% (yoy). Ada yang membanggakan bahwa pertumbuhan tabungan pada tahun 2020 tercatat sebesar 9.95%, meningkat dibandingkan dengan tahun 2019 yang tumbuh sebesar 5.83% (yoy). Hal ini disebabkan di tengah pandemi Covid-19 lebih banyak masyarakat yang lebih memilih untuk menabung,” ujarnya.
Alex menambahkan, tentang rasio kredit bermasalah Non Performing Loans (NPL) hingga akhir 2020 tetap rendah sebesar 2.53% (NPL gross) dan 1.18% (NPL net). “Bahkan ada yang patut dibanggakan bahwa secara umum, penilaian tingkat kesehatan bank dan profil risiko Bank hingga akhir 2020 masih berada pada komposit 3 (cukup sehat) yang mencerminkan kondisi Bank NTT secara umum masih cukup sehat. Untuk tingkat kesehatan bank yang menjadi prioritas untuk diperhatikan adalah Profil Risiko, Good Corporate Governance (GCG) dan rentabilitas,” jelas Alex.
Masih dalam agenda memperbaiki tingkat kesehatan Bank menjadi sehat, Alex mengatakan, Bank NTT sejak 30 November 2020 telah mencanangkan program strategis yakni Go TKB 2 atau pencapaian Tingkat Kesehatan Bank menjadi Sehat mulai bulan penilaian Juni 2021. “Sementara mengenai prospek usaha tahun 2021, pemulihan dampak Covid-19 menjadi kunci pemulihan ekonomi nasional dan regional tahun 2021. Selain itu meningkatkan daya saing ekonomi dengan mendorong peningkatan kapasitas inovasi dan adaptasi teknologi maka pertumbuhan ekonomi Indonesia diproyeksikan kembali menguat di tahun 2021 dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi nasional 4.5% – 5.5%,” sebutnya.
Selain peningkatan bisnis Bank NTT di tahun 2021, Alex mengatakan, secara berkelanjutan Bank NTT akan melakukan beberapa program strategis diantaranya melanjutkan komitmen pemenuhan Modal Inti Minimum (MIM) Bank NTT di tahun 2021 menjadi minimum Rp 2 triliun. “Juga, melanjutkan peningkatan SDM dan corporate culture, melanjutkan perbaikan kualitas kredit dan target penurunan ratio NPL melakukan revitalisasi jaringan jaringan kantor dengan mengimplementasikan smart branch, melanjutkan proses persiapan menjadi bank devisa dan pencapaian Go TKB 2 atau Tingkat Kesehatan Bank menjadi sehat,” katanya.
Alex mengatakan, tentang spirit memajukan Bank NTT, maka Dewan Komisaris diminta oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk lebih meningkatkan fungsi pengawasan dan dalam rangka pencapaian Tingkat Kesehatan Bank 2, sehingga Dewan Komisaris pun diminta untuk menjadi observer dalam penyaluran kredit.
“Sedangkan Komite Remunerasi (KRN) pun diminta aktif dan ikut serta dalam assesment maupun re-assesment di level pejabat eksekutif Kepala Divisi serta Kepala Cabang. Bahkan oleh Pemegang Saham Pengendali (PSP) diminta langsung mengawasi beberapa Kantor Cabang termasuk Cabang Surabaya yang memiliki Non Performing Loan (NPL) tinggi,” katanya.
Tidak hanya itu, pengurus pun diminta terus melakukan perbaikan-perbaikan di internal Bank NTT termasuk tidak melakukan pembiaran terhadap karyawan-karyawan yang melakukan pelanggaran. “Pelangaran itu semisal tidak mengindahkan prinsip kehati-hatian sehingga timbul temuan audit OJK maupun internal (SKAI), dan Pengurus juga harus tetap fokus mengejar Tingkat Kesehatan Bank 2 sesuai target di Juni 2021, sehingga target Bank Devisa di akhir 2022 bisa tercapai,” ujar Alex.***Laurens Leba Tukan