SOE,SELATANINDONESIA.COM – Ketua DPRD Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) Ir. Emilia Nomleni menilai Pemerintah Kabupaten TTS lamban menangani korban banjir di beberapa desa di TTS, terutama di Toinunuh di Desa Bena, dan Toineke serta beberapa lainnya yang dihantam banjir bandang.
“Ini tidak bermaksud untuk saling menyalahkan, tetapi ketika saya melihat sendiri, penanganan pasca bencana banjir harusnya lebih cepat. Penangananya tidak lagi fokus pada pemberian bantuan bahan makanan tetapi fokus pada bangunan rumah. Apalagi warga terdampak sudah diperbolehkan pulang ke rumah mereka. Mereka mau tidur dimana,” sebut Emi Nomleni ketika menemui para korban di lokasi bencana banjir Toinunuh, Desa Bena, Kecamatan Amnuban Selatan, Kabupaten TTS, Sabtu (17/4/2021).
Menurut Mama Emi, sapaan akrab Emilia Nomleni, bahan makanan seperti sembako memang masih sangat dibutuhkan untuk 3-5 bulan kedepan. Tetapi pemerintah mesti bergerak cepat untuk memulihkan kondisi pasca bencana yang dialami warga. Tidak harus menunggu berlama-lama. “Pemerintah, saya yakin sangat mengerti apa yang mesti dilakukan, karena punya sumber daya yang cukup baik anggaran maupun hal teknis lainnya, sehingga tidak harus berlama-lama,” tegas Mama Emi.
Ketua DPD PDI Perjuangan NTT ini juga menyentil agar pemerintah juga konsen untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat terutama warga terdampak banjir. “Pemerintah juga harus konsen dengan pemberdayaan ekonomi masyarakat terutama warga terdampak banjir. Ya, saya juga termasuk didalamnya dan kita akan bersama-sama,” ujar dia.
Politisi senior dari Kabupaten TTS ini mengatakan, untuk penanganan jangka panjang maka, mengatasi terjadinya bencana di Toinunu, Mama Emi menyebutkan, pihaknya sudah mengusulkan
melalui Pokok-Pokok Pikiran (POKIR) agar perlu dilakukan normalisasi kali dan pembangunan brojong.
“Sebelum terjadinya bencana, saya sudah masukan di Pokir untuk dilakukan normalisasi kali dengan pembangunan brojong. Dan itu akan saya kawal agar direalisasikan,” ucapnya tanpa menyebutkan berapa volume untuk normalisasi kali dan bronjong. **Paul Papa Resi
Editor: Laurens Leba Tukan