
Wagub Johni Asadoma: “Anak-anak Sehat dan Cerdas Bukan Pilihan, Tapi Keputusan Bangsa”
KUPANG,SELATANINDONESIA.COM – Di bawah langit mendung Kota Kupang, Aula Satya Haprabu milik Satuan Brimob Polda NTT pagi itu tak sekadar menjadi tempat distribusi makanan bergizi. Ia menjelma menjadi ruang kecil harapan besar bangsa. Wakil Gubernur Nusa Tenggara Timur, Johni Asadoma, berdiri di tengah para ibu hamil, balita, dan ibu menyusui untuk menyerukan pesan penting: gizi dan pendidikan adalah dua sisi mata uang dalam menyiapkan generasi unggul Indonesia.
Sebanyak 44 paket Program Makan Bergizi Gratis (MBG) diserahkan secara simbolis dalam kegiatan kolaboratif antara Posyandu Kemala/PD NTT XXXI/01 PC Bhayangkari Satbrimobda NTT dan Pemerintah Provinsi NTT. Namun bagi Johni Asadoma, distribusi makanan hanyalah pintu masuk dari lompatan besar pembangunan SDM.
“Gizi dan pendidikan itu menyatu. Kalau anak sehat, dia belajar lebih baik. Kalau gizinya buruk, masa depan dia juga ikut buruk. Ini bukan cuma tanggung jawab pemerintah, tapi keputusan kolektif bangsa,” ujarnya tegas.
Wagub Johni tidak sendiri. Di sisi lain panggung, hadir Letjen TNI (Purn.) Dr. Anton Nugroho, Rektor Universitas Pertahanan RI, yang membawa kabar penting: pembangunan Kampus Unhan di Kabupaten Belu dan program Sarjana Penggerak Pembangunan Indonesia (SPPU) sebagai bagian dari lompatan menuju Indonesia Emas 2045.
“Melalui program ini, kami ingin siapkan SDM yang tak hanya cerdas, tapi juga mampu membangun dari dapur ke kebijakan,” ujar Anton. Dapur yang dimaksud bukan metafora: setiap dapur SPPG (Satuan Pelayanan Pangan Gizi) akan menjadi titik penyedia makanan sehat untuk PAUD hingga SMA, serta para ibu dalam masa kehamilan dan menyusui.
Komandan Detasemen Gegana, Kompol Dennis Leihitu, dalam sambutannya menegaskan, “Brimob bukan cuma soal keamanan. Kami hadir untuk mendukung kehidupan.”
Sebagai mitra teknis, Kepala Badan Gizi Regional NTT, Oswaldus Ngani, menyampaikan bahwa hingga kini telah terbentuk 32 SPPG dari target ambisius: 800 dapur gizi di seluruh provinsi. “Saat ini, 100 ribu warga sudah merasakan manfaatnya. Ini awal yang baik,” ujarnya optimis.
Di balik data dan pidato resmi, berdiri sosok-sosok Perempuan, ibu muda dengan balita dalam gendongan, anak-anak dengan tangan mungil menggenggam telur rebus. Mereka adalah wajah dari kebijakan yang tak boleh berhenti di meja konferensi.
Program MBG di NTT bukan sekadar proyek. Ia menjadi tonggak penting dalam membangun logika baru pembangunan di wilayah timur Indonesia, bahwa ketahanan gizi adalah infrastruktur pertama sebuah bangsa, dan pendidikan adalah rel yang mengarahkannya ke masa depan.
“Ini bukan soal bantuan,” ujar Wagub Johni Asadoma menutup sambutannya. “Ini soal menyiapkan anak-anak kita agar tidak menjadi penonton dalam kemajuan bangsa sendiri.”*/Farah/Laurens Leba Tukan