Kita Tak Bisa Lagi Hanya Duduk di Kantor

138
Gubernur NTT, Emanuel Melkiades Laka Lena ketika berbicara dalam Apel bersama ASN di halaman Gedung Sasando Kantor Gubernur Nusa Tenggara Timur, Senin (23/6/2025) Foto: BiroAdpim

Gubernur NTT Melki Laka Lena mengajak seluruh ASN keluar dari zona nyaman, bekerja lintas sektor, dan mengejar target pendapatan daerah di tengah tekanan fiskal.

KUPANG,SELATANINDONESIA.COM – Pagi itu, matahari belum sepenuhnya tinggi di langit Kupang, namun halaman Gedung Sasando Kantor Gubernur Nusa Tenggara Timur sudah dipenuhi deretan seragam korps cokelat muda. Senin (23/6/2025), menjadi momen yang berbeda dari apel-apel sebelumnya. Kali ini, Gubernur NTT Emanuel Melkiades Laka Lena turun langsung memimpin apel bersama ribuan aparatur sipil negara (ASN) lingkup Pemerintah Provinsi NTT.

Dengan suara tegas namun bersahaja, Gubernur Melki membuka arahannya dengan pesan yang menggugah: “Jangan hanya berpikir duduk di kantor. Kita ingin membangun pusat-pusat pertumbuhan ekonomi di seluruh NTT, dan ASN harus menjadi bagian penting dari gerakan ini.”

Pernyataan itu seolah memukul gong perubahan. Tak ada lagi ruang bagi pola kerja birokrasi yang statis dan sektoral. Dalam pidato yang berdurasi hampir dua puluh menit itu, Gubernur Melki menekankan bahwa tantangan fiskal yang sedang dihadapi NTT menuntut semua ASN keluar dari zona nyaman. “Seluruh OPD tanpa kecuali wajib merumuskan ulang strategi pencapaian PAD-nya mulai tahun depan,” ujarnya.

Pesan ini tak datang dari ruang kosong. Sejak awal tahun, NTT telah menerima tambahan 1.380 calon pegawai negeri sipil (CPNS). Menyusul pada bulan Juli akan bergabung sekitar 5.000 pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja (PPPK), dan disusul gelombang kedua pada Oktober. Jika ditotal, ada lebih dari 11.000 PPPK baru yang akan memperkuat jajaran birokrasi provinsi.

Bagi Gubernur Melki, ini adalah berkah, namun juga tantangan yang tidak bisa dianggap enteng. Sebelum penambahan ini saja, belanja pegawai telah menyentuh angka 38 persen dari APBD. Tambahan 11.000 orang akan mendorong angka itu mendekati 56 persen. “Ini tidak sehat untuk APBD kita,” kata Melki, sembari menekankan perlunya langkah agresif meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD).

Targetnya tidak tanggung-tanggung: dari Rp1,4 triliun menjadi Rp2,8 triliun dalam waktu satu tahun. Kenaikan dua kali lipat ini bukan sekadar angka, ini adalah pertaruhan besar untuk menjaga kesehatan fiskal daerah dan memastikan bahwa birokrasi tidak menjadi beban yang tidak produktif.

Di hadapan ASN yang berdiri tegap, Gubernur Melki menyerukan pentingnya kerja kolektif dan lintas sektor. Ia menyebut sejumlah titik ekonomi baru yang akan menjadi motor pertumbuhan: pengembangan garam di Rote Ndao, budidaya rumput laut di Sabu Raijua, dan berbagai sektor primer seperti pertanian, perikanan, kehutanan, hingga lingkungan hidup di seluruh kabupaten/kota.

Tak semua ASN mungkin siap dengan seruan perubahan itu. Namun bagi Melki, inilah saatnya birokrasi dibawa turun gunung. Tak bisa lagi hanya bekerja dalam rutinitas laporan dan rapat-rapat internal. “Kita harus bekerja bersama, saling menopang, dan saling mendukung dalam situasi yang tidak mudah ini,” ujarnya.

Semangat itu, menurut Gubernur Melki, bukan hanya soal meningkatkan PAD. Ini soal mengubah wajah pemerintahan, dari lembaga yang pasif menjadi mesin pembangunan yang aktif dan bergerak. Dari struktur yang lambat menjadi jejaring kerja yang lincah dan responsif.

Bagi sebagian ASN muda, ini mungkin tantangan sekaligus peluang. Namun bagi birokrat lama, perintah ini bisa berarti pergeseran budaya kerja yang radikal. Apalagi ketika struktur birokrasi sudah terlampau nyaman dalam irama harian yang lamban.

Namun seperti pagi itu yang akhirnya cerah setelah mendung semalam, seruan perubahan ini terasa sebagai panggilan zaman. Bahwa menjadi ASN di era sekarang bukan lagi tentang jabatan, tapi tentang pengabdian yang riil. Bukan lagi tentang siapa yang duduk di atas, tapi siapa yang siap bergerak ke bawah ke ladang, ke pantai, ke pasar, ke titik-titik pertumbuhan baru yang sedang dibangun di pelosok NTT.

“Kalau kita tidak berubah, rakyat akan melihat APBD kita hanya habis untuk menggaji pegawai,” ujar Gubernur Melki, kali ini dengan nada reflektif. Dan tak seorang pun di halaman kantor gubernur pagi itu yang bisa membantahnya.*/Igo/Laurens Leba Tukan

Center Align Buttons in Bootstrap