
Di tengah segala keterbatasan, anak-anak dari lima penjuru Sumba Timur berlari mengejar mimpi. Dari Waingapu, semangat baru atletik Indonesia menyala.
WAINGAPU,SELATANINDONESIA.COM – Sabtu sore (21/6/2025). Langit di atas Lapangan Pahlawan belum sepenuhnya temaram ketika deretan anak-anak berbaju nomor dada berbaris rapi. Beberapa masih tampak kelelahan setelah lomba terakhir, namun wajah mereka berbinar. Di hadapan mereka berdiri Bupati Sumba Timur, Umbu Lili Pekuwali, dan Wakil Bupati Yonathan Hani. Di tangan mereka, spanduk bertuliskan Puncak Acara Humba Berlari 2025 berkibar perlahan diterpa angin sore.
Dengan suara mantap namun bersahaja, Umbu Lili menutup secara resmi rangkaian kegiatan Humba Berlari gelaran lomba lari anak-anak dari lima wilayah di Sumba Timur yang menjadi ruang temu, ajang pembinaan, sekaligus lumbung harapan baru bagi dunia atletik daerah. “Walaupun dengan banyak keterbatasan, kegiatan ini bisa sukses diselenggarakan. Animo anak-anak sangat menggembirakan,” ujarnya di hadapan peserta dan panitia.
Namun di balik sambutan formal itu, tersimpan rasa haru. Sebab, kegiatan yang berlangsung dengan minim fasilitas dan nyaris tanpa sponsor besar ini justru memunculkan semangat gotong royong yang luar biasa. Dua nama mencuat sebagai motor utama: Coach Agung Gantar dan Coach Serafi Anelies Unani. Keduanya pelatih nasional, datang jauh-jauh ke Waingapu bukan karena undangan resmi lembaga, melainkan atas panggilan nurani. Mereka membiayai sendiri perjalanan dan penginapan mereka, demi satu hal, melihat bakat-bakat muda Sumba berlari.
“Saya sangat berterima kasih kepada Coach Agung dan Coach Serafi. Mereka datang bukan hanya sebagai pelatih, tapi sebagai pembina dan inspirator bagi anak-anak kami,” kata Bupati Umbu Lili.
Serafi Anelies Unani, pelatih nasional yang juga seorang advokat, terlihat sibuk sejak pagi memantau teknis pelaksanaan lomba. Usai acara, ia tak langsung pulang. Di malam harinya, ia menyampaikan laporan kegiatan kepada Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PB PASI), Luhut Binsar Panjaitan. Responsnya positif.
“Beliau sangat mengapresiasi. Menurut Pak Luhut, kegiatan seperti ini harus jadi contoh bagi daerah lain. Tidak harus menunggu fasilitas lengkap. Kesederhanaan justru sering memunculkan kemurnian semangat dan bakat,” kata Serafi kepada wartawan.
Ia berjanji kembali tahun depan. Bahkan lebih dari itu, ia menitipkan anak-anak peserta kepada para pelatih lokal dan pemerintah daerah. “Saya titip mereka. Tahun depan saya akan datang lagi. Harapan saya, kita akan lebih baik dari hari ini,” ucapnya.
Di lapangan yang mulai sepi, jejak sepatu kecil-kecil para pelari muda masih tertinggal di tanah. Tak banyak yang tahu siapa mereka kini. Tapi barangkali, di antara mereka akan lahir pelari Sumba yang suatu hari berdiri di podium nasional atau bahkan internasional. Bukan mustahil. Sebab di Waingapu, mimpi itu sudah mulai berlari.*/ProtokolST/MediaHumba/Laurens Leba Tukan