
WAIBAKUL,SELATANINDONESIA.COM – Di balik lengang pagi Waibakul yang diselingi suara kokok ayam, ruang kerja Bupati Sumba Tengah berubah jadi titik pertemuan dua arus kepentingan, keuangan negara dan denyut ekonomi desa. Japarmen Manalu, Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Provinsi Nusa Tenggara Timur, datang membawa misi besar, membangun literasi keuangan dari hulu ke hilir, dari desa ke pusat.
Didampingi jajaran OJK, Japarmen bertemu Bupati Sumba Tengah Drs. Paulus S. K. Limu dan Wakil Bupati Martinus Umbu Djoka. Audiensi ini menjadi bagian dari tur kerja OJK ke seluruh daratan Sumba. “Kami ingin memastikan bahwa desa-desa di Sumba punya bekal pengetahuan untuk mengelola keuangan secara transparan dan akuntabel,” kata Japarmen, dalam pertemuan, Rabu (19/6/2025).
Namun, misi OJK di Sumba Tengah bukan sekadar seremonial. Japarmen menjelaskan bahwa lembaganya telah membentuk Tim Pengawas Pengelolaan Keuangan Desa (TPPKD). Tapi, diakui, keberadaan tim itu masih belum maksimal. “Kami butuh penguatan kapasitas, pelatihan berjenjang, dan yang paling penting, keterlibatan masyarakat,” ujarnya.
Untuk menjembatani itu, OJK menggandeng Universitas Kristen Wira Wacana (Unkriswina) Sumba. Sepuluh desa jadi sasaran awal pelatihan, mulai dari Kabela Wuntu sampai Mara Desa Timur. Selain tim resmi, OJK juga merekrut masyarakat lokal sebagai agen edukasi keuangan. Mereka dilatih langsung untuk turun ke lapangan, menjelaskan hak, risiko, dan jebakan keuangan di tengah kampung.
“Jangan mudah tergiur investasi dengan iming-iming bunga tinggi,” tegas Japarmen. Ia menyebut praktik investasi bodong masih marak di wilayah-wilayah pinggiran. “Laporkan saja ke OJK, jangan takut,” ujarnya.
Bupati Paulus Limu menyambut baik kehadiran OJK. Baginya, pembangunan ekonomi daerah tak bisa lepas dari sistem keuangan yang sehat. Apalagi, Sumba Tengah sedang bersiap menata ulang seluruh sistem layanan publiknya lewat digitalisasi. “Tahun 2026, semua dana, mulai dari BOS hingga BOK, akan dikelola lewat aplikasi digital,” kata Bupati Paulus. Ia menyebut program Siskeudes sudah mulai diujicobakan di sejumlah desa.
Tak hanya itu, sang bupati juga membidik sektor pertanian dan peternakan untuk ditopang oleh sistem keuangan yang kuat. Ia mengusulkan pendirian pabrik pakan ternak babi untuk mendorong minat beternak warga. “Kalau ada kepastian pasar, masyarakat pasti tertarik. Ini akan mendorong penyerapan Kredit Usaha Rakyat (KUR) secara lebih merata,” ujarnya.
Sumba Tengah, kata Paulus, menyimpan potensi besar dari sektor primer. Surplus beras organik mencapai 5.600 ton. Bahkan sebagian dikirim ke Kabupaten TTU dan Belu. Produk seperti padi ladang, ikan teri, dan komoditas lokal lainnya tengah disiapkan untuk mendapat branding unggulan daerah. Tapi problem klasik belum hilang, harga gabah di tingkat petani terus merosot. Paulus berharap OJK bisa menjadi jembatan ke Bulog dalam membahas intervensi harga.
Japarmen mencatat semua usulan itu dengan saksama. Ia menyebut Sumba Tengah sebagai “model laboratorium” sinergi sektor keuangan dan kebijakan daerah. “Kami siap mendukung pertumbuhan ekonomi inklusif dan berkelanjutan. Dari Sumba, untuk Indonesia Timur,” tuturnya.
Hari itu, di sebuah kabupaten yang dulu disebut tertinggal, benih perubahan ditanam lewat percakapan. Bukan soal besar kecilnya anggaran, tapi bagaimana uang dikelola, dan siapa yang dilibatkan.*/ProkopimSTeng/Laurens Leba Tukan