Di Pulau Tenun dan Laut Biru: Johni Asadoma Buka Festival Funo Mofa Alor

73
Wakil Gubernur NTT Johni Asadoma dan Bupati Alor Iskandar Langkamau serta Wakil Bupati Alor Rocki Winarno ketika pembukaan acara Festival Funo Mofa di Pulau Ternate, Kabupaten Alor, Sabtu (21/6/2025). Foto: Librik

Wagub Johni Asadoma Membuka Festival Funo Mofa dan Meresmikan Kampung Warna-warni di Pulau Ternate, Alor

ALOR,SELATANINDONESIA.COM – Sabtu siang itu (21/6/2025), langit biru menggantung tenang di atas perairan Alor. Perahu motor yang membawa rombongan Wakil Gubernur Nusa Tenggara Timur, Johni Asadoma, merapat pelan ke dermaga kayu di Kampung Uma Pura, Desa Ternate. Sambutan hangat masyarakat setempat terasa tak hanya dalam sorak-sorai, tapi juga dalam ritual adat yang khidmat. Selendang dikalungkan, sarung adat dikenakan, dan doa-doa lama kembali dilantunkan.

Di sinilah, di pulau kecil yang terik dan harum oleh bau laut, Festival Funo Mofa dimulai. Festival budaya ini menjadi panggung bagi masyarakat Pulau Ternate untuk menampilkan salah satu warisan tertua mereka, tenun ikat. Tak sekadar kain, tetapi jejak sejarah, imajinasi, dan kebijaksanaan leluhur yang diwariskan dari generasi ke generasi.

“Tenun ikat bukan sekadar karya seni. Ini adalah kecerdasan intelektual para nenek moyang kita yang mesti kita rawat dan teruskan,” ujar Wagub Johni dalam sambutannya. Ia berdiri di atas panggung sederhana, berlatar pantai dan rumah-rumah yang kini disulap menjadi Kampung Warna-warni, inisiatif terbaru dari masyarakat lokal yang resmi diluncurkan olehnya hari itu juga.

Festival ini menampilkan proses tenun dengan pewarna alami, ditampilkan langsung oleh para penenun tua dan anak-anak muda. Tangan-tangan kecil itu mulai belajar membaca pola benang, mengenali makna warna, dan memahami bahwa tiap helai kain membawa cerita.

Wagub Johni tidak hanya hadir sebagai pejabat negara. Ia berjalan pelan menyusuri lorong kampung yang kini berwarna cerah, menyapa warga, melihat hasil tenun di stan UMKM, bahkan membeli beberapa lembar kain. “Inilah ekonomi berbasis budaya yang nyata. Saat warga merawat identitas, ekonomi pun tumbuh,” katanya sambil tersenyum, kain tenun tergulung di tangannya.

Tak jauh dari situ, Bupati Alor, Iskandar Lakamau didampingi Wabup Roky Winaryo, menyambut pernyataan sang wakil gubernur. “Setiap helai benang yang dirajut ibu-ibu kita adalah identitas. Tenun ini adalah cara kita bicara kepada dunia bahwa kita ada, dan punya sesuatu yang berharga,” ujarnya.

Lebih dari sekadar festival budaya, Funo Mofa adalah cermin pertemuan nilai antara pemerintah dan rakyat, antara masa lalu dan masa kini, antara ekonomi dan warisan.

Wagub Johni juga mengingatkan tentang pentingnya merawat laut dan alam sekitar. Ia menyinggung pertemuannya dengan wisatawan asing di Pulau Pura dua hari sebelumnya yang memuji keindahan Alor. “Kalau kita jaga budaya dan alam, kita tidak hanya memberi anak cucu warisan, tapi juga membuka masa depan pariwisata yang cerah,” ucapnya.

Di penghujung acara, anak-anak Pulau Ternate kembali duduk di bawah pohon besar, melanjutkan pelajaran menenun. Dari jari-jari mungil mereka, benang kembali menari, menyulam mimpi yang tak pernah usang agar budaya ini tetap hidup, di pulau kecil yang jauh dari pusat, tetapi tak pernah jauh dari makna.*/Librik/Laurens Leba Tukan

Center Align Buttons in Bootstrap