Menanam Asa di Sawah Organik: Sumba Tengah Menuju Lumbung Pangan Berkelanjutan

31
Bupati Sumba Tengah, Paulus S. K. Limu dan Wakil Bupati Martinus Umbu Djoka bersama Kelompok Tani Waimaringu menanam padi hibrida unggul MH 70 di Desa Umbu Langang, Kecamatan Umbu Ratu Nggay Barat, Kabupaten Sumba Tengah, Rabu (18/6/2025). Foto: ProkopimSTeng

WAIBAKUL,SELATANINDONESIA.COM – Di lahan seluas 1,5 hektare yang menghampar hijau di bawah langit cerah Umbu Langang, suara cangkul, semangat petani, dan doa pengharapan menyatu dalam upacara kecil: launching musim tanam kedua padi (MT II) yang digagas Pemerintah Kabupaten Sumba Tengah, Rabu, (18/6/2025).

Bupati Sumba Tengah Drs. Paulus S. K. Limu, mengenakan kaos putih dan celana hitam, turun langsung ke pematang sawah bersama Wakil Bupati M. Umbu Djoka. Mereka menanam benih padi hibrida unggul MH 70 bersama anggota Kelompok Tani Waimaringu. “Ini bukan sekadar menanam padi. Ini adalah investasi masa depan kita,” ujar Bupati Paulus dengan nada penuh tekad.

Momentum ini bukan seremoni biasa. Ia menjadi penanda dimulainya intervensi 40 hektar lahan percontohan sawah organik di Kecamatan Umbu Ratu Nggay Barat, Kabupaten Sumba Tengah. Pemerintah menargetkan seluruh lahan selesai ditanami musim ini, dengan 12 kelompok tani dilibatkan dan panen direncanakan pada September 2025.

 

Di balik cangkul dan benih, ada visi besar, menjadikan Sumba Tengah sebagai penyangga ketahanan pangan nasional. Visi ini selaras dengan arah pembangunan pertanian dalam Asta Cita Presiden Prabowo. “Kita ingin Sumba Tengah menjadi simpul penting dalam peta pangan Indonesia. Kita mulai dari desa,” kata Paulus, menyiratkan optimisme pembangunan berbasis akar rumput.

Tak hanya menanam padi, pemerintah juga sedang menanam harapan baru: 1.000 hektare lahan untuk pengembangan padi organik. Lahan ini tidak hanya menyasar sawah teknis, tapi juga membuka kemungkinan besar pada padi ladang yang menjadi tradisi masyarakat Sumba. Benih-benih unggul seperti Intani 502, Sridewi, dan MH 70 disiapkan untuk menyemai masa depan.

Untuk menopang swasembada benih, dua desa dintaranya Umbu Pabal dan Umbu Jodu ditetapkan sebagai pusat penangkaran benih, masing-masing seluas lima hektare. Dua hektare tambahan dari APBD juga dialokasikan untuk benih organik, sebagai tulang punggung kemandirian petani.

Wakil Bupati Umbu Djoka menyebut proyek sawah organik ini sebagai bagian dari strategi pengentasan kemiskinan dan gizi buruk. Ia menyambungkan antara pertanian, gizi, dan masa depan anak-anak Sumba. “Kita dukung Program Makan Bergizi Gratis (MBG) dengan pangan sehat dari ladang sendiri,” ujarnya. Ia membayangkan integrasi pertanian dengan hortikultura, perikanan, dan peternakan dalam satu pola pertanian terpadu.

Tak berhenti di pangan, visi Sumba Tengah juga menjangkau sektor pariwisata. “Kita sedang membangun Sumba Tengah sebagai destinasi agrowisata. Ini bukan mimpi, tapi langkah konkret,” kata Bupati, menunjuk keberhasilan Desa Tanamodu yang sudah memproduksi beras organik berkualitas tinggi. Dengan dukungan embung dan irigasi, sistem tanam IP 200–IP 300 pun digenjot agar pertanian berlangsung sepanjang tahun.

Sawah Umbu Langang mungkin kecil, tapi ia adalah ladang mimpi yang tengah ditanam. Di sana tumbuh benih, harapan, dan tekad untuk menjadikan Sumba Tengah bukan sekadar lumbung padi, melainkan pusat transformasi pangan yang berakar pada kearifan lokal dan berorientasi global.*/ProkopimSTeng/Laurens Leba Tukan

Center Align Buttons in Bootstrap