Maranatha dan Tangan-Tangan Kasih dari Timur

32
Gubernur NTT, Emanuel Melkiades Laka Lena di momentum Rapat Senat Terbuka Luar Biasa Dalam Rangka Wisuda, Angkat Sumpah, dan Pelantikan Lulusan Profesi Ners, Sarjana Keperawatan, Ahli Madya Keperawatan, dan Ahli Madya Kebidanan STIKES Maranatha Kupang Tahun 2025, Kamis (12/6/2025). Foto: Dio

Gubernur NTT, Melki Laka Lena memanfaatkan momen wisuda STIKES Maranatha Kupang untuk menegaskan arah pembangunan kesehatan NTT yang lebih empatik dan kolaboratif.

KUPANG,SELATANINDONESIA.COM – Lantunan kidung rohani menyambut suasana khidmat di Aula Lantai III STIKES Maranatha Kupang, Kamis siang (12/6/2025). Hari itu, 256 wisudawan, para calon perawat, ners, dan bidan menyandang gelar resmi, diangkat sumpah, dan dilantik sebagai tenaga kesehatan profesional. Di baris kursi kehormatan, Gubernur Nusa Tenggara Timur Emanuel Melkiades Laka Lena berdiri dan menyalami para lulusan dengan senyum lebar, sesekali menepuk pundak orang tua yang datang dari berbagai pelosok kabupaten.

Tak sekadar hadir secara protokoler, Gubernur Melki membuka pidatonya dengan ucapan apresiasi, tetapi perlahan menjelma menjadi orasi tentang panggilan kemanusiaan dan agenda strategis pembangunan kesehatan di NTT.

“Tenaga kesehatan bukan hanya profesi, tapi panggilan hidup,” katanya di hadapan civitas akademika, tokoh Forkopimda, LLDIKTI Wilayah XV, dan para undangan sipil serta militer. “Ketika saudara-saudari hadir di tengah masyarakat, saudara tak hanya membawa stetoskop dan status, tetapi juga harapan.”

Gaya bicaranya tenang, namun substansi pesannya mengarah ke inti. Ia berbicara tentang kepekaan afektif, ketangguhan batin, dan pentingnya empati dalam merawat sesama manusia. “Kita bukan hanya menyembuhkan luka, tapi juga merawat harapan,” ujarnya.

Melki bukan pejabat yang suka mengandalkan naskah formal. Dalam banyak kesempatan, ia kerap menjadikan podium sebagai ruang penyuluhan publik. Kali ini, ia menyambungkan nilai-nilai Maranatha yang berarti “Tuhan akan datang” dengan semangat pelayanan kesehatan yang transformatif.

“Saudara-saudari adalah perpanjangan tangan kasih Tuhan,” katanya, mengundang anggukan setuju dari beberapa orang tua wisudawan di baris belakang.

Di antara 256 lulusan yang diwisuda, 163 orang menyandang gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep), 21 orang Ahli Madya Keperawatan (A.Md.Kep), 36 orang Ahli Madya Kebidanan (A.Md.Keb), dan 36 orang dilantik sebagai Profesi Ners (S.Kep.Ners). Gubernur Melki meyakini, mereka bukan hanya lulusan akademis, tetapi agen perubahan bagi sistem kesehatan di daerah yang selama ini masih dililit persoalan stunting, kemiskinan gizi, dan keterbatasan akses layanan primer.

“Kami menjadikan posyandu sebagai pusat komando layanan dasar,” ujarnya, merujuk pada Pilar Kedua dari Tujuh Pilar Pembangunan NTT yang ia dan Wakil Gubernur Johni Asadoma tetapkan sejak awal masa jabatan. Pilar itu mencakup penguatan layanan puskesmas, percepatan kepesertaan BPJS, hingga pelatihan berkelanjutan bagi tenaga medis.

Di titik ini, Melki tak hanya berbicara tentang lulusan, tapi juga tentang ekosistem kesehatan yang lebih inklusif. Ia menyebut pentingnya kolaborasi antara pemerintah, kampus, LSM, dan sektor swasta untuk menghadapi tantangan kesehatan yang kompleks di NTT. STIKES Maranatha, menurutnya, bisa menjadi pusat pengabdian berbasis riset dan inovasi pelayanan.

“Kami ingin tenaga kesehatan yang adaptif, bukan hanya kompeten di kelas, tetapi juga luwes di lapangan, yang siap masuk kampung-kampung, mendengar keluh kesah warga, dan menjadi promotor hidup sehat,” ucapnya, disambut tepuk tangan meriah.

Dalam beberapa tahun terakhir, STIKES Maranatha memang aktif mengirim mahasiswa untuk praktik lapangan ke daerah pedalaman. Gubernur berharap, semangat itu terus menyala seperti makna Maranatha yang ia ulang beberapa kali dalam pidato: harapan yang datang, tak hanya di ruang klinik, tapi di rumah-rumah sederhana yang dihuni oleh ibu hamil dan anak balita.

“Jadilah lilin harapan, bukan hanya lampu klinik,” pesan Gubernur Melki, menutup pidatonya. Pagi menjelang siang itu, di aula yang masih dipenuhi bunga dan toga, gema harapan baru menyeruak dari timur Indonesia. Dari Kupang, tangan-tangan kasih itu bersiap menjangkau jauh, menyalakan terang di tempat yang lama terabaikan.*/Radit/Laurens Leba Tukan

Center Align Buttons in Bootstrap