Menggagas Arah Baru NTT

89
Gubernur NTT, Emanuel Melkiades Laka Lena ketika berpidato di Paripurna DPRD NTT, Jumat (16/5/2025). Foto: Benny

Melki Laka Lena menyodorkan cetak biru pembangunan NTT lima tahun ke depan. DPRD menyambut dengan membentuk panitia kerja lintas fraksi.

KUPANG,SELATANINDONESIA.COM – Sinar matahari masih menyusup di sela tirai besar ruang sidang utama Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Nusa Tenggara Timur ketika Emanuel Melkiades Laka Lena memasuki ruangan. Dengan setelan jas motif tenun NTT rancangan Padu Padan dan senyum khasnya, Gubernur NTT itu melangkah mantap menuju podium. Di tangannya tergenggam dokumen yang akan menentukan arah pembangunan provinsi selama lima tahun mendatang yaitu Rancangan Peraturan Daerah tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2025–2029.

Hari itu, Jumat (16/5/2025), bukanlah sidang biasa. Rapat Paripurna ke-25 Masa Persidangan III Tahun Sidang 2024–2025 menjadi panggung penting bagi Melki Laka Lena sejak dilantik sebagai Gubernur NTT. Di hadapannya duduk Ketua DPRD NTT Emelia Julia Nomleni, didampingi tiga wakil ketua Fernando Jose Lemos Osorio Soares, Petrus Brechmans Robby Tulus, dan Christin Samiyati Pati. Turut hadir pula perwakilan Forkopimda, para kepala dinas, dan pimpinan BUMD.

Di atas podium, Melki membuka lembaran rencana besar. Visi NTT dalam lima tahun ke depan, katanya, harus berpijak pada kemandirian ekonomi lokal, integrasi pembangunan antarwilayah, dan penguatan kapasitas sumber daya manusia. Ia menyinggung tantangan perubahan iklim, ketimpangan infrastruktur antarwilayah, serta urgensi investasi berkelanjutan yang berpihak pada masyarakat adat dan lingkungan hidup.

“Ini bukan sekadar dokumen birokrasi,” ujar Melki, “tetapi arah moral pembangunan NTT.”

Sebelum pidato gubernur, DPRD telah mengesahkan perubahan Program Pembentukan Peraturan Daerah (Propemperda) Tahun 2025. Agenda itu menjadi pemanasan sebelum inti rapat: penyerahan resmi dokumen RPJMD kepada legislatif.

Tak menunggu lama, DPRD membentuk Panitia Kerja (Panja) khusus untuk membedah dokumen setebal ratusan halaman itu. Fraksi-fraksi menyodorkan nama-nama andalan mereka. Leonardus Lelo didapuk sebagai Ketua Panja, dengan Nelson Matara sebagai wakil. Panja ini lintas partai, dengan anggota dari berbagai latar belakang politik seperti Adoe Yuliana, Yohanes de Rosari, Moh. Ansor, Jan Windy, Bonifasius Burhanus, Chritian Mboeik, Inosensius Mui, Yohanes Rumat, Junaidin, Kristoforus Loko, Paulus Lobo.hingga tokoh vokal seperti Winston Rondo dan Angela Piwung.

“Ini kerja besar dan tidak bisa diselesaikan sendiri-sendiri,” kata Emelia Nomleni di akhir rapat.

Panja akan bekerja maraton dalam beberapa pekan ke depan. Tugas mereka bukan hanya menyetujui rancangan gubernur, tetapi juga menelisik seberapa realistis visi yang ditawarkan. Apakah target-target pembangunan seperti hilirisasi pertanian, integrasi transportasi antarpulau, dan revitalisasi sektor pariwisata benar-benar dapat dicapai?

Di luar gedung DPRD, atmosfer publik mulai hangat. Akademisi dan aktivis pembangunan mulai menyoroti RPJMD versi Melki Laka Lena. Banyak yang menanti bagaimana arah pembangunan ini akan menyentuh daerah-daerah pelosok seperti Alor, Adonara, Solor, Rote, Sabu, dan pelosok Sumba dan Timor.

Bagi Melki, sidang paripurna ini adalah panggung pembuka. Tapi ujian sesungguhnya ada di lapangan, bagaimana mewujudkan dokumen visi menjadi realitas yang bisa dirasakan rakyat.*/fifi/laurens leba tukan

Center Align Buttons in Bootstrap