
Drama Kursi Panas di Bank NTT Berakhir di Gedung Sasando. Yohanis Landu Praing kembali dipercayakan oleh para pemegang saham menjadi Plt. Dirut Bank NTT.
KUPANG,SELATANINDONESIA.COM – Langit Kupang belum sepenuhnya bersih dari sisa mendung Rabu pagi, (14/5/2025), ketika para pemegang saham Bank NTT mulai berdatangan ke Hotel Aston. Bukan untuk rehat pasca Musrenbang, tapi menghadiri sebuah pertemuan yang sejak awal dirancang tertutup dan terbatas. Di lantai tiga hotel itu, berlangsung konsolidasi yang lebih mirip ruang diplomasi mengunci suara, menyatukan arah, dan kononmenentukan nasib pucuk pimpinan bank pelat merah itu.
Beberapa jam berselang, barisan kendaraan berpelat merah bergeser ke Gedung Sasando, kantor Gubernur NTT. Di Aula Fernandez, digelar Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Bank NTT tahun buku 2025 dan RUPS Luar Biasa. Berlangsung sejak pukul 17.00 Wita hinga 23.51 Wita, rapat dikabarkan berlangsung sangat alot. Yohanis Landu Praing alias Umbu Praing ditetapkan kembali sebagai Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Utama Bank NTT.
Tak ada tepuk tangan meriah atau deklarasi berapi-api. Tapi di kalangan internal, terpilihnya kembali Umbu seperti mengukuhkan adagium lama “Yang asin tak mudah tawar.” Ia dinilai masih punya daya jaga stabilitas di tengah cuaca lembaga keuangan daerah yang kerap diterpa angin politik dan sorotan publik.
“Karena belum ada pejabat definitive, RUPS LB memutuskan untuk mengangkat Plt. Dirut. Plt-nya masih Pak Umbu,” ujar salah satu pemegang saham Bank NTT, Bupati Manggarai Barat Edy Endi kepada wartawan di Gedung sasando, Kantor Gubernur NTT. Ia juga menyebut masa jabatan Plt sampai ada pejabat devinitif yang dilantik.
Sumber SelatanIndonesia.com yang hadir dalam pra-RUPS menyebut, proses konsolidasi suara sudah digarap sejak jauh hari. Beberapa kepala daerah, selaku pemegang saham seri A, sempat menyuarakan alternatif. Tapi di meja lobi Hotel Aston, yang dihidangkan bukan hanya kopi, melainkan juga komitmen.
“Beberapa nama memang sempat mengapung. Tapi suara mayoritas tetap condong ke Umbu,” kata seorang kepala daerah yang meminta namanya tidak dipublikasikan.
Umbu sendiri bukan figur baru di tubuh Bank NTT. Ia sudah malang-melintang di dunia perbankan daerah dan dikenal sebagai birokrat teknokratik. Di periode sebelumnya, ia mendapat sorotan karena berani mendorong digitalisasi layanan dan berhasil meloloskan skema kerja sama Kelompok Usaha Bank (KUB) antara Bank NTT dengan Bank Jatim.
Kini, dengan restu politik yang kembali dikantongi, Umbu Praing menghadapi tantangan yang tak ringan, membuktikan bahwa ia bukan sekadar tokoh kompromi, tapi pemimpin yang bisa menyeimbangkan neraca keuangan dengan neraca kepercayaan publik.
Dan sebagaimana asin air laut yang tak pernah habis, nama Umbu tampaknya masih menjadi rasa yang paling kuat di mulut para pemegang saham Bank NTT.*/laurens leba tukan