
Mereka datang dari laut, ladang, dan kota untuk mengibarkan Sang Saka Merah Putih di Istana Negara
KUPANG,SELATANINDONESIA.COM – Dari kaki bukit di Sumba hingga dermaga tua di Alor, mereka datang dengan satu Impian yaitu mengibarkan Merah Putih di Istana Negara. Sebanyak 46 pelajar dari 22 kabupaten dan kota di Nusa Tenggara Timur kini bersaing ketat dalam seleksi calon Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) nasional tahun 2025.
Di aula Kantor Badan Kesbangpol NTT, Kamis (15/5/2025) siang itu, derap kaki para pelajar berpadu dengan degup jantung mereka. Semua memakai seragam putih-abu, berdiri tegak seperti sedang menantang langit. Sebagian anak petani. Ada anak nelayan. Ada pula putra-putri buruh bangunan dan pekerja harian lepas serta anak wartawan. “Ini membuktikan, bukan hanya anak pejabat yang bisa ikut. Semua punya kesempatan,” ujar Kepala Kesbangpol NTT, Regina Manbait.
Regina menyebut seleksi dilakukan secara berjenjang. Di tingkat kabupaten/kota, satu pasang terbaik disaring lalu dikirim ke provinsi. Tahun ini, Kota Kupang mendapat kuota terbanyak delapan orang karena ada daerah yang tak mengirim perwakilan, seperti Lembata.
“Prosesnya sekarang transparan, pakai aplikasi. Tidak bisa main-main,” katanya. Sistem Paskibraka Transparan memungkinkan pemantauan sejak awal, mulai dari nilai postur, parade, hingga wawasan kebangsaan.
Bukan Sekadar Baris-Berbaris
Seleksi di tingkat provinsi tak lagi soal baris-berbaris semata. “Ada psikotes, tes kesehatan, bahkan wawancara ideologi kebangsaan,” ujar Devi Vijayanti Oktavia dari Tim Rekrutmen Pusat. Ia menambahkan, tahun ini terjadi lonjakan peserta yang lolos Tes Wawasan Kebangsaan. Dari enam orang tahun lalu, menjadi enam belas.
Para peserta yang lolos berasal dari daerah beragam, perempuan dari Flores Timur, Alor, Sumba Timur, Kota Kupang, hingga Ende. Laki-laki dari Malaka, TTU, Sikka, Sabu Raijua, dan Manggarai Timur dan Kota Kupang. “Mereka adalah cerminan wajah Indonesia Timur hari ini,” kata Devi.
Menurutnya, dari 46 peserta, hanya tiga pasang atau enam orang yang akan menjalani pemeriksaan kesehatan lanjutan untuk seleksi pusat. Dua pasang akan kembali dan bertugas di tingkat provinsi. Hanya satu pasang yang akan berangkat ke Jakarta sebagai wakil NTT.
Mimpi Di Tengah Keterbatasan
Bagi para pelajar dari pelosok, perjalanan ke Kupang saja adalah perjuangan. Seorang peserta dari daratan Flores, misalnya, menumpang kapal barang semalaman untuk bisa ikut seleksi. “Anak-anak ini datang dengan semangat, bukan fasilitas,” ujar seorang pelatih.
Dokter Imelda Siyanto yang memeriksa peserta mengaku salut pada kesadaran mereka akan kesehatan. “Anak-anak sekarang bahkan sudah tambal gigi sebelum datang,” ujarnya.
Regina Manbait berharap wakil NTT tahun ini mendapat sorotan lebih. “Kita ingin mereka bukan sekadar hadir, tapi menjadi pembawa baki atau komandan pasukan. Sudah lama kamera televisi tak singgah ke anak-anak kita,” katanya.
Di tengah ketatnya seleksi dan cita-cita yang menggantung tinggi, anak-anak NTT ini terus berdiri tegak. Dari ladang, laut, dan lorong kota, mereka menatap Istana. Mungkin salah satu dari mereka akan menggenggam baki bendera pada 17 Agustus mendatang di Istana Negara.*/laurens leba tukan