
Setelah bersaing memperebutkan kursi Gubernur NTT, Simon Petrus Kamlasi kini duduk satu meja dengan Melki Laka Lena merancang masa depan Nusa Tenggara Timur berbasis data dan satelit.
KUPANG,SELATANINDONESIA.COM – Satu meja, satu visi. Begitulah suasana yang tergambar di Rumah Jabatan Gubernur NTT pada Selasa malam (13/5/2025). Di ruang tamu yang selama ini menjadi tempat negosiasi politik dan diplomasi pembangunan, Melki Laka Lena, Gubernur Nusa Tenggara Timur, menyambut delegasi PIESAT Information Technology Co., Ltd, perusahaan teknologi berbasis satelit asal Tiongkok. Yang menarik, salah satu tamu yang duduk berdampingan dengan para petinggi perusahaan itu bukan orang asing di panggung politik NTT.
Namanya Simon Petrus Kamlasi. Ia adalah mantan pesaing Melki dalam Pemilihan Gubernur NTT tahun lalu. Kini, alih-alih berseberangan, Simon hadir sebagai Tenaga Ahli Lingkungan Hidup Kementerian Koordinator Bidang Pangan, menjembatani kolaborasi teknologi dan kebijakan di NTT.
“Saya dan Pak Melki punya mimpi yang sama. NTT harus naik kelas,” kata Simon saat ditemui usai pertemuan. Ia menuturkan bahwa masa kampanye adalah soal kompetisi ide, tapi pembangunan membutuhkan kolaborasi.
Dalam pertemuan itu, PIESAT memaparkan rencana strategis pemanfaatan teknologi satelit dan sistem informasi spasial untuk membantu NTT dalam pengambilan keputusan berbasis data. Fokusnya mencakup manajemen bencana, perencanaan kota, pemantauan lingkungan, hingga pembangunan infrastruktur.
Delegasi PIESAT dipimpin oleh Utami Basule selaku Kepala Perwakilan PIESAT Indonesia, didampingi Business Liaison PIESAT International Ms. Joe Choo Sook Lin dan Senior Executive Assistant Ezra Tan Koon Hook. Mereka menawarkan dukungan teknologi canggih yang sebelumnya digunakan dalam sistem perencanaan nasional Tiongkok dan kini mulai merambah kerja sama pembangunan dengan negara-negara di Asia Tenggara.
Gubernur Melki mengaku terbuka dengan inisiatif tersebut. “Teknologi bukan sekadar alat, tapi jembatan antara mimpi dan realisasi. NTT harus jadi laboratorium kemajuan di kawasan timur Indonesia,” ujarnya.
Kehadiran Simon Petrus Kamlasi dalam forum ini bukan sekadar formalitas. Ia tampak aktif dalam pembahasan teknis terkait pemantauan lingkungan dan validasi data geospasial. Beberapa pejabat Pemprov menyebut Simon menjadi sosok yang menjembatani antara pendekatan saintifik dan kebutuhan lapangan.
Kolaborasi dua tokoh yang dulunya bersaing keras di arena politik ini seakan menjadi simbol baru, bahwa masa depan NTT tak lagi dibangun di atas sekat-sekat rivalitas, melainkan dalam ruang-ruang kolaborasi, teknologi, dan data.
“Ini baru permulaan,” kata Simon. “Tugas kita bukan membuktikan siapa yang paling hebat, tapi siapa yang paling bermanfaat.”*/laurens leba tukan/radit