Menanam Harapan di Ladang Kering Manuwolu

52
Bupati Sumba Tengah, Paulus S. K. Limu ketika bersama warga melakukan panen padi di Desa Manuwolu, Kecamatan Mamboro, Kabupaten Sumba Tengah, Jumat (25/4/2025). Foto: ProkopimSTeng

Bupati Sumba Tengah Paulus S.K. Limu mengajak petani Manuwolu mengubah cara berpikir. Dari sawah kering, ia ingin tumbuh kemandirian pangan.

WAIBAKUL,SELATANINDONESIA.COM – Paulus S. K. Limu tidak hanya datang membawa sepatu bot ke Desa Manuwolu, Jumat (25/4/2025). Ia membawa semangat baru. Di tengah hamparan padi menguning di Kecamatan Mamboro, Bupati Sumba Tengah itu tak sekadar ikut panen, melainkan menanam gagasan besar ubah cara pikir, ubah cara bertani.

“Petani harus berani tinggalkan cara lama. Kalau kita ingin hasil berbeda, mulainya dari pikiran,” ujar Paulus, Jumat siang itu, di bawah terik matahari yang tak pelit cahaya.

Panen kali ini, padi varietas Inpari 32, tergolong berhasil. Berdasarkan metode ubinan oleh penyuluh, hasil panen mencapai 5,6 ton per hektare. Tapi bagi Paulus, angka itu belum cukup. Ia ingin lebih. Lebih inovasi, lebih kerja cerdas.

Ia mendorong petani untuk beralih ke benih unggul seperti Intani 602 dan Sridewi. Varietas terakhir ini, kata dia, mampu menghasilkan hingga 70 anakan dalam satu bulir. “Kalau petani mau belajar, hasilnya bisa luar biasa,” ucapnya.

Untuk mendorong kemandirian pangan, ia langsung menginstruksikan 20 persen Dana Desa dialokasikan untuk pengadaan benih unggul. Tapi benih saja tidak cukup. Penyuluh diminta turun lebih intens, mendampingi petani dari tanam hingga panen, memastikan standar operasional pertanian berjalan di lapangan.

Membangun dari Lumbung

Selain urusan padi, Bupati Paulus menyodorkan satu agenda besar yang ambisius yaitu membentuk Koperasi Merah Putih di setiap desa. Total 70 ribu koperasi desa akan digagas secara nasional, dan Manuwolu diminta jadi percontohan di Sumba Tengah.

“Kalau ekonomi desa bergerak, tidak ada lagi alasan untuk miskin,” kata Bupati Paulus, yang mengklaim koperasi ini sebagai ujung tombak ekonomi kerakyatan.

Ia tak berhenti di situ. Bupati Paulus juga meluncurkan program Makan Bergizi Gratis (MBG)—satu dapur, melayani 3.500 anak, dengan syarat bahan pangan dan tenaga kerja berasal dari desa itu sendiri. Logikanya sederhana, uang tidak boleh keluar desa.

“Uang harus berputar di antara kita, dari sawah ke dapur, dari dapur ke pasar,” katanya. Ia juga memperkenalkan pemeriksaan kesehatan gratis bagi anak-anak, ibu hamil, hingga warga yang berulang tahun.

Sekolah Rakyat dan Rumah Sakit Impian

Paulus mengimpikan Sekolah Rakyat berdiri di atas lahan 5 hektare, khusus bagi anak-anak dari keluarga miskin ekstrem. Di bidang kesehatan, Rumah Sakit Pratama sedang diperjuangkan di atas lahan 7 hingga 8 hektare telah disiapkan. “Kami bangun bukan hanya infrastruktur, tapi masa depan,” ujarnya.

Di penghujung kunjungannya, Paulus menengok ladang yang telah dibabat panen. Di sana, ia kembali menyisipkan pesan, “Kalau petani bergerak, desa hidup. Kalau desa hidup, negara kuat,” ujarnya. */)ProkopimSTeng/llt

Center Align Buttons in Bootstrap