
Sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan ala Umbu Rudi Kabunang di Karera, Sumba Timur, menyentuh akar persoalan petani.
KARERA,SELATANINDONESIA.COM – Di tengah langit biru yang teduh dan hamparan savana yang mulai menguning, sekitar 150 warga dari berbagai desa di Kecamatan Karera berkumpul di tanah lapangan kompleks Kerajaan Karera, Rabu siang, 23 April 2025. Mereka datang dari Parimadita, Nagga, dan Nggongi. Desa-desa agraris di selatan Kabupaten Sumba Timur untuk mendengar langsung penjelasan dari seorang wakil rakyat yang mereka kenal dan pilih, Dr. Umbu Rudi Kabunang, anggota MPR RI/DPR RI Fraksi Golkar dari daerah pemilihan Nusa Tenggara Timur 2.
Acara itu bertajuk Sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan. Tapi bagi Umbu Rudi, keempat pilar itu bukan sekadar semboyan. “Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika bukan hanya untuk dihafal,” katanya di hadapan hadirin yang sebagian besar adalah petani dan ibu rumah tangga. “Nilai-nilai itu harus terasa dalam kehidupan sehari-hari – dari sawah hingga meja makan.”
Sejak awal, Umbu Rudi menjelaskan secara runtut bahwa Pancasila bukan sekadar dasar negara, tapi juga fondasi moral yang harus menjiwai interaksi sosial dan tata kelola pemerintahan. Ia menekankan pentingnya keadilan sosial dan peran negara dalam memperjuangkan kesejahteraan petani. “Kalau negara abai pada kebutuhan dasar petani seperti pupuk, benih, air, dan alat pertanian, maka nilai Pancasila belum hidup sepenuhnya,” katanya.
Dalam bagian lain, Umbu Rudi menyinggung pembukaan UUD 1945 yang menyebutkan bahwa kemerdekaan Indonesia diperoleh atas berkat rahmat Tuhan dan perjuangan rakyat, bukan hadiah dari bangsa asing. Ia mengaitkan semangat itu dengan keteguhan warga Sumba Timur yang terus bertahan di tengah keterbatasan. “Semangat petani kita hari ini adalah kelanjutan perjuangan itu,” ujarnya.
Sebagai bentuk negara, NKRI menurutnya menjadi pilihan strategis untuk menjaga integrasi bangsa yang majemuk. Namun, lanjutnya, bentuk negara itu hanya akan bermakna jika pemerintah pusat tidak melupakan daerah-daerah terpencil seperti Karera. “Sumba bukan pinggiran dari republik. Kita bagian dari jantung Indonesia,” tegasnya, disambut tepuk tangan.
Mengenai Bhinneka Tunggal Ika, Umbu Rudi memberi catatan penting. “Kita memang berbeda – dalam suku, bahasa, dan cara hidup. Tapi petani Jawa dan petani Sumba sama-sama butuh tanah yang subur dan harga pasar yang adil,” ujarnya. Kebinekaan, baginya, harus diikat dengan keadilan yang merata.
Lebih dari sekadar membumikan Empat Pilar, Umbu Rudi juga menyampaikan aspirasi konkret. Ia mendorong agar sektor pertanian menjadi tulang punggung ekonomi Nusa Tenggara Timur. Ia mengusulkan penguatan bantuan alat mesin pertanian (alsintan), distribusi pupuk tepat waktu, serta penguatan kelembagaan petani agar mampu menghadapi pasar secara mandiri.
“Sosialisasi ini bukan hanya tentang mengingatkan, tapi juga menghidupkan nilai-nilai kebangsaan di tengah realitas hidup masyarakat,” kata Umbu Rudi di akhir pertemuan.
Di luar, deru angin Karera menyapu ladang padi dan jagung yang menanti panen. Empat Pilar yang disampaikan siang itu mungkin tak langsung mengubah hidup para petani. Tapi bagi sebagian warga yang hadir, kata-kata Umbu Rudi adalah pengingat bahwa di republik ini, mereka tidak sendirian.*/laurens leba tukan