Dari Wae Ces Menuju Lumbung Pangan

48
Gubernur NTT Emanuel Melkiades Laka Lena didampingi Bupati Manggarai Hery Nabit meninjau Bendungan Wae Ces, Ruteng, Kabupaten Manggarai, Sabtu (12/4/2025). Foto: Edy Naga

Di tengah ancaman alih fungsi lahan dan ketimpangan irigasi, Gubernur NTT Melki Laka Lena menyusun strategi menjadikan Manggarai sebagai motor pangan Nusa Tenggara Timur, dan mungkin Indonesia Timur.

RUTENG,SELATANINDONESIA.COM – Langit masih berembun ketika Gubernur Nusa Tenggara Timur, Melki Laka Lena, melangkah menyusuri tepi Bendung Wae Ces di Ruteng, Kabupaten Manggarai. Dengan mengenakan jaket lapangan dan didampingi Bupati Manggarai, Herybertus G. L. Nabit, Melki meninjau langsung denyut kehidupan yang menghidupi ribuan hektare sawah di jantung Manggarai.

“Ini bukan sekadar irigasi, ini soal masa depan pangan NTT,” ujar Melki dalam kunjungan kerja tersebut, Sabtu (12/4/2025) pagi.

Bendung Wae Ces, yang kini mengairi sekitar 2.000 hektare lahan sawah, menjadi pusat perhatian dalam rencana besar Gubernur Melki. Ia ingin mengangkat Manggarai sebagai lumbung padi strategis di Timur Indonesia. Wilayah ini memiliki sekitar 18.825 ribu hektare lahan sawah eksisting, dengan produksi mencapai 83.516 ton padi pada tahun 2024. Namun, angka itu masih bisa didongkrak, asal pasokan air mencukupi dan lahan baru terus dicetak.

Irigasi, Traktor, dan Cetak Sawah Baru

Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pekerjaan Umum NTT, Benny Nahak, mengatakan pengembangan sistem irigasi Wae Ces terbagi dalam empat sektor yang meliputi Wae Ces 1 hingga 4. Wilayah Satarmese, Lembor, dan Waemantar juga turut menerima limpahan air dari sistem ini.

Pemerintah melalui Kementrian Pertanian  menggelontorkan anggaran senilai Rp. 11 miliar demi mendongkrak produksi  petani. Dana itu mencakup distribusi benih unggul padi dan jagung, bantuan pompa air 45 unit dan traktor roda dua 10 unit, optimalisasi lahan kering non rawa  seluas  28.723 Ha.

“Ini bukan hanya tentang alat, tapi tentang percepatan produksi dan perluasan lahan secara berkelanjutan,” kata Joaz Umbu Wanda, Plt Kepala Dinas Pertanian NTT.

Tak tanggung-tanggung, pemerintah mengalokasikan  28.723 Ha untuk optimalisasi lahan kering  di seluruh NTT. Dari jumlah tersebut, Manggarai mendapatkan alokasi 1.994  hektare sebagai pengganti lahan yang telah beralih fungsi..

Perang Melawan Alih Fungsi dan Stunting

Ancaman alih fungsi lahan mengintai di balik semangat swasembada pangan ini. Dari total 18 ribu hektare lahan pertanian di wilayah Manggarai Raya, hampir 1.000 hektare telah berpindah fungsi, sebagian menjadi pemukiman atau kawasan komersial.

Namun, ada harapan, sekitar 309 hektare lahan berhasil dikelola kembali oleh masyarakat. “Kami sedang lakukan pendekatan berbasis komunitas agar warga ikut serta mempertahankan lahan produktif,” ujar Gubernur Melki.

Tak hanya soal pangan, kunjungan kerja ini juga membawa agenda strategis lain yaitu pengentasan kemiskinan ekstrem dan percepatan penanganan stunting. Gubernur memastikan bahwa kelompok tani akan didampingi melalui pelatihan, penyuluhan, hingga pemberdayaan ekonomi berbasis pertanian terpadu.

Menuju Lumbung Pangan Timur

Dalam lanskap pembangunan NTT, Manggarai menjadi pionir baru. Dengan optimisme yang tak dibuat-buat, Gubernur Melki membayangkan provinsinya sebagai episentrum pangan di timur Indonesia sekaligus menggeser citra lama NTT yang kering dan tertinggal.

“Ini awal dari peradaban baru. Manggarai punya semua modal untuk menjadi lumbung pangan yaitu lahan, air, dan semangat masyarakatnya,” ujar Gubernur Melki menutup kunjungan.

Wae Ces kini tak sekadar bendung. Ia telah menjadi simbol tekad dan pertaruhan besar sebuah daerah untuk memberi makan bangsanya.*/)js/llt

Center Align Buttons in Bootstrap