Dapur Perubahan Prabowo: Ketika Gizi, Ekonomi, dan Harapan Masak Bersama di Manggarai

66
Gubernur NTT, Melki Laka Lena, ketika meninjau langsung fasilitas Makan Bergizi Gratis (MBG) di Ruteng, Kabupaten Manggarai pada Jumat (11/4/2025). Foto: Edy Naga

RUTENG,SELATANINDONESIA.COM – Asap tipis mengepul dari dapur besar di Desa Carep, Manggarai, pagi itu. Bukan sekadar aroma tumisan bumbu yang menyeruak, tapi juga wangi perubahan yang sedang dimasak perlahan. Di sinilah, program ambisius Presiden Prabowo Subianto, Makan Bergizi Gratis (MBG), menemukan wujud konkret. Dapur pemenuhan gizi yang kini disebut-sebut sebagai salah satu yang terbaik di seluruh Nusa Tenggara Timur.

Gubernur NTT, Melki Laka Lena, yang meninjau langsung fasilitas itu pada Jumat (11/4/2025), tak ragu melontarkan pujian. “Dari semua dapur yang saya lihat selama keliling NTT, ini salah satu yang paling rapi, bersih, dan layak. Ini bukan cuma dapur, tapi pusat kehidupan baru,” katanya.

Program MBG adalah proyek mercusuar pemerintahan Prabowo. Dirancang untuk menekan angka stunting dan memperbaiki kualitas hidup anak-anak Indonesia sejak dini. Program ini menyediakan makanan bergizi gratis setiap hari untuk anak-anak SD hingga SMA, juga untuk ibu hamil, menyusui, dan balita PAUD. Di NTT, program ini diterjemahkan melalui SPPG – Satuan Pemenuhan Pelayanan Gizi – yang pembangunannya kini mulai bergulir.

“Target kita 87 dapur, tapi kebutuhan sebenarnya bisa tembus 900. Saat ini baru ada 17 yang berjalan. Kami pacu agar semua kabupaten bergerak cepat,” ujar Melki, yang juga menyebut anggaran nasional program ini mencapai Rp9 triliun.

Namun, di balik data dan angka, denyut kehidupan nyata terlihat di Carep. Sekitar 50 warga lokal bekerja di dapur ini, dengan penghasilan di atas upah minimum regional. Dari tukang masak, pencuci alat, pengantar makanan, hingga pengelola logistik, semua bagian rantai produksi ini digerakkan masyarakat sekitar. Para petani dan pedagang lokal pun ikut kebagian rezeki sebagai pemasok bahan makanan harian.

“Jadi ini bukan cuma soal gizi, ini soal ekonomi rakyat. Uang berputar di desa, bukan di kota. Ini dapur yang membakar semangat ekonomi lokal,” kata Gubernur Melki.

Tak hanya itu, program ini juga menjadi wahana pemberdayaan bagi lulusan SPPI (Satuan Penggerak Pembangunan Indonesia), semacam korps pembangunan yang dididik secara intensif di pusat-pusat pelatihan nasional seperti Magelang, Hambalang, dan Bandung. Mereka menjadi motor penggerak sistem pangan sehat di daerah-daerah.

Presiden Prabowo sendiri, dalam berbagai pidatonya, menekankan pentingnya swasembada gizi sebagai prasyarat menuju generasi unggul Indonesia Emas 2045. Dan itu, katanya, dimulai dari piring makan anak sekolah.

Di Manggarai, semangat itu menemukan bentuk. Dengan menu harian yang berbasis pangan lokal – beras dari sawah desa, telur ayam kampung, ikan dari kolam warga, sayuran dari kebun sekolah – dapur ini juga jadi alat kendali inflasi. “Kalau bahan-bahan dari lokal, harga lebih stabil. Kita kurangi ketergantungan dari luar,” ujar Melki.

Di ujung kunjungannya, Gubernur Melki menyampaikan apresiasi kepada Badan Pangan Nasional, STPI, TNI, Polri, dan seluruh pihak yang membantu. “Ini kerja bersama. Kita kawal agar ini bukan sekadar proyek, tapi benar-benar warisan bagi masa depan anak-anak kita,” tutupnya.

Sementara itu, dari balik uap panci yang mendidih, seorang ibu tampak tersenyum sambil mengaduk sayur. “Anak-anak sekarang makan enak tiap hari,” katanya pelan, “Kami juga ikut kenyang… harapan pun ikut tumbuh.”*/)js/llt

Center Align Buttons in Bootstrap