
KUPANG,SELATANINDONESIA.COM – Seorang sarjana terlihat berbeda dengan orang yang bukan sarjana. Dengan begitu, respon sosial juga akan menjadi berbeda. Itu pasalnya, seorang sarjana harus bisa menciptakan pekerjaan, bukan menunggu kapan bekerja di kantor.
Wakil Gubernur NTT, Johni Asadoma mengatakan itu ketika memberikan motivasi kepada ratusan peserta calon penerima beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) di Kota Kupang, Jumat (7/2/2025). Kegiatan itu bertema “Peluang dan Tantangan Beasiswa untuk Pembangunan NTT” yang diselenggarakan, Mata Garuda NTT.
Disebutkan Wagub Johni Asadoma, berbagai kantor pemerintahan, ketika hendak mempromosikan seseorang, salah satu indikator penilaian adalah latar belakang pendidikan.
Mantan Kadivhubinter Mabes Polri itu menjelaskan, seseorang sarjana, harusnya juga berpikir untuk tidak saja bekerja di sektor pemerintahan. Para usahawan terkemuka, kata dia, tidak memiliki pendidikan yang baik. Namun kunci utamanya adalah ketekunan.
Disebutkan, sebagai seorang manusia sudah memiliki bakat alam, dan tinggal melakukan pengembangan diri. Baginya, seorang sarapan akan jadi pembeda dari orang bukan sarjana. “Seorang sarjana terlihat berbeda dengan orang yang bukan sarjana,” kata mantan Kapolda NTT itu.
Dengan begitu, respon sosial juga akan menjadi berbeda. Berbagai kantor pemerintahan, ketika hendak mempromosikan seseorang, salah satu indikator penilaian adalah latar belakang pendidikan..
Mantan Kadivhubinter Mabes Polri itu menjelaskan, seseorang sarjana, harusnya juga berpikir untuk tidak saja bekerja di sektor pemerintahan. Para usahawan terkemuka, kata dia, tidak memiliki pendidikan yang baik. Namun kunci utamanya adalah ketekunan.
Dikatakan Johni Asadoma, seseorang memiliki ilmu pengetahuan yang baik, maka seseorang itu bisa mendapat kehormatan. Johni Asadoma mengatakan, anggaran yang disiapkan negara untuk program beasiswa adalah mengarahkan peserta ke kampus ternama.
Negara ingin memastikan pendidikan di Indonesia sebagai fondasi utama membangun bangsa. Seseorang yang belajar, kata dia, maka secara tidak langsung itu sedang mempersiapkan untuk membangun negara.
Selain LPDP, terdapat program pembiayaan beasiswa yang bersumber dari beberapa kalangan seperti di LSM hingga negara lain maupun dari keluarga sendiri. “Hanya dengan pendidikan yang baik, maka kita memiliki masa depan yang baik,” kata dia.
Mantan petinju nasional itu meminta para peserta menyiapkan diri dengan sebaik-baiknya. Terutama hal paling mendasar adalah mengenai bahasa internasional yang akan menjadi sarana komunikasi utama ketika berada di luar negeri.
Ia berharap peserta bisa terus berusaha, disamping berdoa. Johni Asadoma ingin agar anak-anak muda NTT berkontribusi dalam segala pembangunan yang ada. “Saya pingin generasi muda saya menjadi manusia unggul yang akan membangun NTT, dan bangsa,” kata dia.
Ketua Mata Garuda NTT Lodia Semaya Amnifu menjelaskan berbagai hal-hal teknis mengenai program beasiswa LPDP. Lodia mengarahkan mengenai alur pendaftaran dan lainnya.
Lodia berkata, komponen beasiswa LPDP yakni dana pendidikan dan pendukung. Khususnya penyandang disabilitas, juga diberikan biaya pendukung bagi pendamping.
Menurut dia, kewajiban berkontribusi adalah 2 M+1. Tahun 2025 adalah dua kali masa studi. Dia menyebut lulusan LPDP juga diberi kesempatan untuk magang dan riset di luar negeri selama maksimal dua tahun.
Dalam kerangka menuju Indonesia emas, kata dia, harus ada asas pemerataan dan keadilan. Hal itu diperlihatkan LPDP dengan beberapa pilihan untuk mendaftar beasiswa.
Disamping, beasiswa afirmasi dalam mendukung pertumbuhan wilayah yang mengalami kesenjangan. Itu sangat menguntungkan bagi NTT, khususnya.
Biasanya syarat beasiswa lebih rendah dari IPK maupun bahasa Inggris maupun usia pendaftar. Maksimum usia pendaftar S2 adalah 47 tahun dan S3 50 tahun. “NTT berpeluang besar mengikuti beasiswa afirmasi, seluruh kabupaten/kota bisa mengikuti beasiswa LPDP jalur afirmasi,” kata Lodia.
Kepala Bagian Umum Kanwil DJPb NTT Donny Handaryadi mengatakan, Direktorat DJPb NTT sangat mendukung kegiatan Mata Garuda dalam penyelenggaraan agenda untuk membagikan pengalaman beasiswa LPDP.
Dari APBN 20 persen dikhususkan untuk dana pendidikan. Sejak tahun 2010 itu telah dilakukan. Namun, ada dana abadi yang diberikan negara lewat badan layanan umum di DJPb untuk mengelola itu.
Tahun 2012, LPDP ditetapkan sebagai badan layanan umum. LPDP bisa mengelola keuangan, dan dana abadi dari LPDP digunakan untuk beasiswa dan penelitian. “Sehingga harus dimanfaatkan betul oleh peserta,” kata dia.
Donny mengatakan, dunia pendidikan menjadi bagian penting dalam kemajuan bangsa. Sehingga perlu dimanfaatkan dengan baik beasiswa LPDP oleh semua orang.
Dia berharap kegiatan ini bisa berguna dan memberi dampak kepada peserta. Para narasumber, kata dia, bisa membagikan tips mendapat beasiswa dan menyelesaikan studi LPDP.*/)llt