KUPANG,SELATANINDONESIA.COM – Persoalan utama nasib guru honorer di NTT selama ini adalah kebijakan pemerintah daerah yang belum memanfaatkan peluang dari pemerintah pusat. MELKI-JOHNI yang diusung koalisi pemerintah pusat diyakini mampu mengatasi persoalan guru honorer termasuk yang mengabdi di sekolah swasta apalagi berkolaborasi dengan anggota komisi X DPR RI yang terkenal vokal memperjuangkan sektor pendidikan, Anita Jacoba Gah.
Anggota DPR RI Fraksi Partai Demokrat, Anita Jacoba Gah, menyebut ia bersama pasangan calon gubernur dan wakil gubernur NTT nomor urut 2, Emanuel Melkiades Laka Lena dan Johni Asadoma (Melki-Johni) akan perjuangkan nasib guru honorer yang ada di Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Menurut dia, masalah utama yang dihadapi para guru adalah terletak pada kebijakan Pemerintah Daerah (Pemda) yang belum sepenuhnya memanfaatkan peluang yang sudah diberikan oleh Pemerintah Pusat (Pempus).
“Pemerintah pusat itu membuka ruang terlalu banyak. Cuma, pemerintah daerah itu yang jadi masalah. Sehingga kalau pak Melki jadi gubernur, kita bisa selesaikan. Karena soal rekrut merekrut honorer itu kan dari pemerintah daerah,” ujar Anita, Senin 28 Oktober 2024.
Menurut Anita Gah, pemerintah pusat sebenarnya telah membuka peluang besar dengan menyediakan satu juta formasi untuk guru honorer. Namun hingga kini baru sekitar 500 ribu formasi yang terisi. Sehingga dia menyoroti masalah yang muncul akibat minimnya usulan dari pemerintah daerah.
“Kenapa baru 500 ribu? Karena pemerintah daerah tidak mengusulkan. Makanya saya sangat mendukung pak Melki, karena saya punya kepentingan untuk membantu guru honorer. Sebab saya tahu betapa banyaknya guru honorer di NTT yang perlu dibantu,” jelasnya.
Anita menyebut, jika Melki Laka Lena terpilih menjadi gubernur NTT periode 2024-2029, maka komunikasi antara pemerintah provinsi dan pemerintah pusat akan lebih efektif, sehingga masalah guru honorer dapat diselesaikan dengan cepat.
“Jadi saya sangat mendukung pak Melki. Karena saya merasa bahwa ada sahabat saya di provinsi. Sehingga, ketika para guru minta tolong ke saya, saya tinggal telepon Pak Melki. NTT butuh berapa guru, tinggal kita intervensi dari pusat,” kata Anita.
Dia mengaku masalah guru honorer di Nusa Tenggara Timur akan diselesaikan dengan baik, karena ia optimis, bahwa Melki Laka Lena yang adalah mantan anggota DPR RI itu paham betul, bagaimana harus berjuang untuk masyarakat.
“Pak Melki Laka Lena ini juga tahu. Namanya mantan anggota DPR RI, dia paham bagaimana berjuang untuk rakyat,” ungkap Anita Gah.
Permasalahan Guru Swasta:
Anita Gah juga menyoroti kendala yang dihadapi guru swasta yang ingin menjadi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (P3K). Ia menyebut aturan atau kebijakan Menpan RB No.348 poin 5 yang mewajibkan pendaftaran melalui instansi pemerintah menjadi hambatan besar.
“Persoalan guru swasta kan mereka mengajar di sekolah swasta, tetapi ketika mau masuk P3K, mereka harus lamar dari sekolah negeri,” jelasnya.
Karena, kata Anita Gah, kebijakan Menpan RB No. 348 poin 5 itu berbunyi: Saat guru swasta ingin mendaftar jadi P3K, maka harus daftar melalui instansi pemerintahan. “Instansi pemerintah itu kan berarti mereka harus daftar melalui sekolah negeri kan? Jadi ketika mereka lulus, otomatis mereka mengajar di sekolah negeri juga. Hal itu membuat guru di sekolah swasta jadi berkurang,” tegasnya.
Dia berharap aturan itu direvisi, dengan memasukan opsi lain, seperti pendaftaran melalui instansi pemerintah, dan atau sekolah swasta. “Setelah itu diubah, baru persoalan guru swasta ini bisa selesai. Dan saya sangat yakin pak Melki bisa. Karena kembali lagi soal koalisi partai. Yang punya presiden kan Gerindra. Jadi justru pak Melki dan pak Johni jadi gubernur, persoalan di NTT makin mudah dipecahkan,” terangnya.
Sehingga, Anita Gah mengajak masyarakat NTT untuk memilih pemimpin yang mampu berkomunikasi dengan baik di tingkat pusat, karena di sisi lain, NTT juga masih sangat bergantung pada dana dari pemerintah pusat (Pempus).
“Jadi jangan buang waktu lagi. Saya ajak masyarakat NTT untuk menjadi pemilih yang cerdas. Karena NTT ini tidak bisa kita kerja sendiri. Kita butuh pemimpin yang punya koalisi besar dan punya hubungan baik dengan pemerintah pusat,” ungkapnya.
Selain punya hubungan baik dengan pemerintah pusat, Anita Gah menyebut Melki Laka Lena juga punya hati yang besar untuk mengurus Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). “Kalau pak Melki punya hati yang kecil, tidak mungkin dia punya koalisi yang besar. Buktinya juga kami semua anggota DPR RI ini juga mau dirangkul sama dia. Kalau kandidat yang lain tidak panggil kami, seakan kami tidak dibutuhkan. Padahal kami penentu anggaran di pusat,” jelasnya.
“Jadi menurut saya, pak Melki Laka Lena ini orang yang sangat rendah hati, dan dia tahu bahwa urus NTT ini tidak mungkin dia kerja sendiri. Makanya dia mau rangkul kami semua,” tandasnya.*/)Tim