KUPANG,SELATANINDONESIA.COM – Mesti dibedakan dengan tegas soal koalisi dan pertemanan. Juga harus dipahami bahwa tanpa dukungan pemerintah pusat, daerah-daerah sulit melakukan akselerasi pembangunan.
Politisi senior Partai Demokrat, Anita Jacoba Gah memberikan pemahaman kepada Cagub NTT Ansy Lema dan Simon Petrus Kamlasi (SPK) soal koalisi besar 11 partai politik pengusung pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur NTT, Emanuel Melkiades Laka Lena daan Johni Asadoma.
Anita Gah menanggapi serius pernyataan cagub NTT Ansy Lema dan Simon Petrus Kamlasi (SPK) saat debat perdana Pilgub NTT belum lama ini. Ia menyebut MELKI-JOHNI didukung oleh Koalisi Indonesia Maju (KIM), di mana Partai Golkar punya 13 menteri di Kabinet Merah Putih, Partai Demokrat 5 menteri, serta partai koalisi lainnya, yang menurutnya, dukungan koalisi ini merupakan keunggulan dan anugerah untuk masyarakat NTT.
“Seharusnya masyarakat NTT jangan ragu-ragu memilih Pak Melki dan Pak Johni. Pak Melki dan Pak Johni didukung oleh koalisi besar. Dan semuanya duduk di menteri. Segala sesuatu dibicarakan di meja Presiden dengan para menteri. Kami DPR RI hanya memberi persetujuan anggaran. Jadi kalau ada paket lain yang bilang punya teman, kan cuma teman, tapi kamu tidak punya menteri,” kata Anita Jacoba Gah kepada wartawan di Kupang, Senin (28/10/2024).
Ia menegaskan, untuk membangun sebuah daerah seperti NTT, punya teman di DPR RI saja tidak cukup. Karena setiap anggota DPR RI harus berjuang untuk Dapilnya masing-masing. “Tidak mungkin mereka berjuang untuk NTT semua. Tidak mungkin. Tapi kalau kita berkoalisi dengan menteri, ketika Pak Melki datang, pasti menterinya lihat siapa nih? Oh Pak Melki. Dari mana? Golkar. Oh koalisi. Ibaratnya dalam rumah tangga, ini anak kandung, ini anak luar lah,” tegasnya.
Ia menyatakan bahwa, hubungan pertemanan dan koalisi dalam pemerintahan adalah sesuatu yang sangat berbeda jauh. “Pimpinan partai kita semuanya duduk sama-sama Presiden. Pimpinan Golkar jadi menteri, pimpinan Demokrat jadi menteri, pimpinan Gerindra jadi menteri. Saya bilang seperti anak kandung. Setiap makan duduk satu meja. Kalau orang lain kan di luar, makan di luar. Koalisi MELKI-JOHNI ini anugerah untuk masyarakat NTT,” tegas Anita Gah.
Srikandi Partai Demokrat ini menyatakan, selama 5 periode menjadi anggota DPR RI, baru kali ini dia bersemangat, dan ingin berjuang ketika Melki Laka Lena maju menjadi calon Gubernur NTT. “Selama ini saya berjuang untuk NTT, tiap kali mau bertemu Gubernur susah. Tapi kalau sekarang, saya dengan Pak Melki enak ngobrol. Yang begini susah dicari. Kalau Pak Melki jadi Gubernur maka top. Artinya NTT lebih banyak berkembang,” terangnya.
Ia kembali menegaskan bahwa NTT butuh pemimpin yang punya hati, pikiran terbuka, dan untuk membangun NTT tidak bisa sendiri. “Membangun NTT tidak bisa hanya andalkan teman, karena teman juga punya Dapil sendiri, dan harus jelas koalisinya mana. Dan saat ini hanya Paket MELKI-JOHNI yang punya koalisi. Yang lain tidak ada,” ungkap Anita Gah.
Terkait pernyataan Simon Petrus Kamlasi (SPK) yang menyatakan tidak butuh dana dari pusat, Anita Gah menegaskan bahwa pernyataan itu salah. “Dia omong begitu, karena dia tidak pernah masuk ke dunia politik. Itu salah. Siapa bilang kita tidak butuh?” terangnya.
Anita menegaskan, NTT saat ini sangat ketergantungan dengan dana pusat. Bahkan untuk membayar utang yang ditinggalkan Viktor Laiskodat pun harus dipotong lewat dana DAU oleh pemerintah pusat. Karena itu, butuh pemimpin yang bisa mengurai dan membebaskan NTT dari persoalan dana fiskal daerah. Sosok itu ada di Melki-Johni. */tim)