KUPANG,SELATANINDONESIA.COM – Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah (Dirjen PAUD Dikdasmen), Iwan Syahril, mengapresiasi ekosistem pendidikan di Provinsi NTT, karena sudah menghadirkan pembelajaran yang menyenangkan di sekolah.
Hal itu diungkapkan Iwan Syahril saat mengunjungi beberapa sekolah dan% bertemu dengan para kepala daerah di NTT pekan lalu (5-9 Mei 2024).
Kunjungan pertama Dirjen PAUD Dikdasmen ke sekolah dilakukan di SD Inpres Tarus 1, Kabupaten Kupang. Dalam kunjungan tersebut Iwan berdiskusi langsung bersama kepala sekolah, guru dan juga para murid.
Iwan mengungkapkan, ekosistem pendidikan di sekolah tersebut sangat mendukung pembelajaran untuk meningkatkan potensi, minat, serta bakat anak-anak.
Hal serupa juga diungkapkannya saat mengunjungi dan bertatap muka langsung dengan ekosistem sekolah di SMP Negeri Nuba Arat di Kabupaten Sikka.
“Saya melihat, ada banyak hal menarik yang terjadi di kedua sekolah ini. Bagaimana transformasi pembelajaran terjadi melalui gerakan Merdeka Belajar,” ujar Iwan, Rabu (15/5/2024).
Menurut dia, kepemimpinan kepala sekolah sebagai agen perubahan benar-benar terasa. Mindset guru terbuka, dan mau belajar melalui komunitas yang dibangun.
“Jadi ada iklim saling mendukung sebagai warga di sekolah. Juga yang paling utama, melihat kebahagiaan anak-anak saat belajar,” ungkapnya.
Selain mengunjungai sejumlah sekolah, Iwan juga sempat bertatap muka dengan pemangku kepentingan pendidikan tingkat Provinsi NTT, Kota Kupang, Kabupaten Kupang, dan Kabupaten Sikka.
Dia berbincang secara intens dengan para guru penggerak, komunitas belajar, kepala sekolah dan pengawas dari 22 kabupaten/kota di NTT.
Dalam berbagai pertemuan itu, Iwan menyampaikan masalah utama pendidikan di Indonesia, yaitu krisis pembelajaran dan kehilangan pembelaratan.
Sehingga, dia mengimbau, agar ekosistem pendidikan harus kerja gotong-royong untuk menyelesaikan persoalan mendasar pembelajaran yang sangat penting ini.
“Target utama transformasi pendidikan Indonesia bukan hanya ditujukan untuk guru atau kepala sekolah, melainkan adalah murid,” terangnya.
Dia menegaskan, perlu memastikan agar anak-anak berada dalam lingkungan pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna.
“Karena tantangan kita hari ini dan ke depan adalah kemampuan untuk bisa menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan. Kita harus menyiapkan anak-anak kita memiliki kesenangan belajar,” jelasnya.
Selain itu, para siswa harus punya karakter dan keimanan yang baik, kemampuan berpikir kritis, kolaboratif, mandiri, kreatif, dan berwawasan global.
Dialog bersama Guru Penggerak
Berdialog dengan para guru penggerak menjadi salah satu target utama kunjungan Iwan Syahril ke Provinsi NTT. Ia menjelaskan bahwa dialog ini penting karena Guru Penggerak menjadi motor penggerak untuk mengorkestrasi transformasi pendidikan yang ada di daerah.
Program Guru Penggerak, kata Iwan, digagas untuk menghadirkan pemimpin pembelajaran yang mendorong tumbuh kembang murid secara holistik, aktif dan proaktif.
Hal itu dilakukan untuk mengembangkan pendidik lainnya untuk mengimplementasikan pembelajaran yang berpusat kepada murid, serta menjadi teladan dan agen transformasi ekosistem pendidikan untuk mewujudkan profil Pelajar Pancasila.
“Para Guru Penggerak bertugas untuk menggerakkan komunitas belajar bagi rekan guru di sekolah dan di wilayahnya,” jelas Iwan.
Mereka, kata dia, juga dipersiapkan untuk menjadi Pengajar Praktik bagi rekan guru lain terkait pengembangan pembelajaran di sekolah.
Selain itu, mereka diharapkan untuk menjadi pemimpin pembelajaran yang mendorong well-being ekosistem pendidikan di sekolah.
“Termasuk dengan membuka ruang diskusi positif dan ruang kolaborasi antara guru dan pemangku kepentingan di dalam dan luar sekolah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran,” terang Iwan.
Guru penggerak yang juga kepala sekolah di Amfoang, Desry Mbate mengungkapkan pengalaman saat mengikuti proses menjadi guru penggerak.
Menurutnya materi yang dipelajari di guru penggerak sangat berguna bagi proses tumbuh menjadi guru yang baik. Memahami kemampuan anak, pembelajaran yang terdiferensiasi, coaching, sampai pada kemampuan sosial emosional.
“Saya punya niat menjadi guru penggerak untuk bisa memberi dampak. Sekarang saya sudah diangkat menjadi kepala sekolah dari guru penggerak,” jelasnya.
Dia mengaku sudah mendekati banyak kawan-kawan guru di Amfoang terutama guru SD dan PAUD untuk ikut menjadi guru penggerak.
“Daerah kami yang sangat jauh dari kota, tetapi semangat belajar harus tetap tinggi. Kami berharap anak-anak kami di Amfoang lebih maju dan punya banyak kecerdasan,” ungkapnya.
“Tidak hanya di kemampuan kognitif, tetapi sangat penting memiliki kemampuan sosial emosial yang baik. Ini modal untuk hidup mereka kelak,” jelas Desry menangkan.
Hal senada disampaikan Maria Magdalena Tea, Guru Penggerak yang saat ini menjadi pengawas sekolah dari Kabupaten Ende saat Diskusi Terbatas di Kupang bersama Guru Penggerak dari 22 Kabupaten/Kota dan Provinsi yang sudah diangkat menjadi Kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah. Maria mengungkapkan, ia mengikuti Program Guru Penggerak angkatan pertama, dan merasakan bahwa materi yang ia dapat sangat bermaanfaat saat menjadi pengawas sekolah
“Saya merasa tugas menjadi Pengawas dahulu dan sekarang sangat berbeda. Dulu tugas utama pengawas, adalah mengawasi. Sekarang lebih ke pendampingan. Peran ini saya dapatkan dari program Guru Penggerak,” terang Maria.
Menurutnya pembelajaran yang diterimanya saat mengikuti pendidikan Guru Penggerak telah membuatnya merasa dekat dengan kepala sekolah. Ia menyadari bahwa perannya bukan sekedar untuk mengawasi saja, tetapi lebih sebagai pendamping dan mitra.
“Saya mendampingi 32 sekolah. Memang ini cukup banyak. Tetapi saya berusaha untuk benar-benar melakukan analisa kebutuhan, metode yang tepat, dan melakukan penilaian kinerja yang baik, sehingga tugas saya menjadi pengawas bisa berdampak pada sekolah yang saya dampingi. Kita harus bangun ekosistem yang baik untuk saling mendukung dan saling membutuhkan,” cerita Maria.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTT, Ambrosius Kodo, dalam diskusi terbatas dengan Dirjen PAUD Dikdasmen mengungkapkan rasa terima kasih atas kunjungan tersebut karena dapat menyamakan persepsi tentang berbagai isu pendidikan di NTT.
“Saya berterima kasih untuk kunjungan Pak Dirjen. Ini kesempatan untuk kita menyamakan persepsi secara langsung bersama-sama. Saya menyampaikan berbagai persoalan tentang berbagai masalah pendidikan yang ada di Provinsi NTT.” ungkap Ambrosius. */Laurens Leba Tukan