PJ Gubernur NTT Diharapkan Lebih Terbuka

796
Pius Rengka

Pengantar Redaksi:

Berikut ini wawancara dengan Pius Rengka, mantan jurnalis dan kolumnis berbagai media massa terkait pembangunan di NTT di bawah  kepemimpinan politik PJ Gubernur NTT, Ayodia Kalake. Dia diminta berpendapat karena Pius Rengka sebagai jurnalis pernah mengalami langsung kepemimpinan politik Gubernur NTT, Ben Mboi, Herman Musakabe, Hendrik Fernandez, Piet Aleksander Tallo, Frans Leburaya dan Viktor B. Laiskodat. Berikut petikannya.

Tanya (T): Bagaimana Anda membaca perkembangan pembangunan di NTT selama kepemimpinan politik PJ Gubernur Ayodia Kalake?

Jawab (J): Ya sesungguhnya agak kurang fair saya mencermati kepemimpinan politik PJ Gubernur NTT yang waktu kepemimpinannya relatif singkat ini dalam perspektif konteks perubahan sosial. Masa kepemipinan politiknya tersisa 5 bulan. Tetapi, secara sertamerta, saya berkesan PJ Gubernur NTT adalah seorang administratur yang biasa-biasa saja, yaaa seperti pegawai pada umumnya. Beliau terkesan sedang berusaha menertibkan administrasi pemerintahan yang, mungkin dikonstruksi asumsi bahwa administrasi kepemerintahan sebelumnya kurang sehat. Jadi Beliau datang ke NTT dengan tujuan tunggal, buat pemerintah sehat walafiat. Apalagi, konon, dia ditugaskan khusus untuk melakukan audit terhadap pemerintahan sebelumnya. Salah satu yang menonjol selama kepemimpinan Beliau ialah keputusannya mengganti para pejabat di eselon II. Kesan saya, tak masalah dengan urusan itu. Tetapi, Beliau terbimbing asumsi audit tadi. Karenanya, Beliau menggusur semua orang yang diduganya dekat dengan Gubernur Viktor B. Laiskodat. Karena itu, nantinya Beliau, mungkin akan menggantikan para pegawai di eselon III dan IV. Tetapi kan, pegawainya ya itu-itu saja. Selain itu, saya memperhatikan Beliau membawa dua staf khusus dari Jakarta atau Bandung, tempat dari mana PJ Gubernur berasal. Dalam hal ini, saya berpendapat, Beliau mengulangi kelakuan para pejabat lain di Indonesia, atau pejabat lain dari Jakarta, yaitu pejabat yang merasa nyaman  dengan kaumnya sendiri. Beliau diperkuat oleh dua staf khusus asal NTT, yaitu ahli ilmu komunikasi Prof. Alo Liliweri dan pengamat politik Ahmad Atang. Saya kira urusan itu perlu dan baik saja. Bagi saya, yang terpenting ialah tujuan inti pembangunan terwujud yaitu perubahan signifikan terhadap mobilisasi kemakmuran rakyat tercapai. Saya kira, Beliau belum jauh melakukan apa-apa untuk tidak mengatakan tidak berbuat apa-apa terhadap tujuan pembangunan itu. Saya melihat pembangunan berjalan landai saja. Saya tidak melihat Beliau melakukan gebrakan atau menekankan makna kelanjutan dari hal-hal positif dari para Gubernur sebelumnya. Beliau malah terkesan cenderung menegasikan semua hal yang positif yang dilakukan pemerintahan sebelumnya. Sayang sekali. Misalnya, saya belum melihat aksi kepemimpinan politiknya melanjutkan program Tanam Jagung Panen Sapi (TJPS) di beberapa wilayah. Saya juga tidak melihat, Beliau melakukan akselerasi terhadap pembangunan NTT yang berbasis pariwisata. Saya belum melihat upayanya memperkuat Bank NTT sebagai Bank Devisa. Malahan Beliau cenderung memproduksi turbulensi sosial dan menjamakkan konflik kepentingan. Beliau sepertinya senang dan nyaman hanya dengan menghadiri seremonial kegiatan kepemerintahan di lingkungan wilayah kepemerintahannya, tetapi tidak ada gerakan aksi perubahan yang melanjutkan atau memperbarui keadaan. Karena itu, saya melihat PJ Gubernur sebatas administratur pada umumnya atau pegawai pemerintah pusat yang ditempatkan di posisi keliru. Jadi Beliau bukan orang yang tepat untuk posisi setingkat Pejabat Gubernur. Saya boleh saja salah duga ya.

T: Apa risiko yang mungkin ditimbulkan dari kepemimpinan politik seperti ini?

J: Pemerintahan Beliau cenderung gagal atau bahkan kolaps karena tidak menjawab semangat demokrasi politik.

T: Mengapa?

J: Ya mungkin karena Beliau sibuk dengan pikirannya sendiri. Atau  sibuk mendengar nasihat dari orang-orang yang diduganya dapat dipercayainya. Beliau mungkin dililit oleh bayang-bayang makna auditorial atau kecurigaan berlebihan, atau dengan psikologi permusuhan terhadap pemerintahan sebelumnya. Atau mungkin Beliau sedang mengidap sejenis delusi atau gangguan kepribadian. Mungkin pula Beliau berasumsi bahwa pemerintahan sebelumnya sangat buruk. Karena itu satu-satunya cara perbaikan ialah dengan cara mencari semua jenis celah keburukan itu sambil membayangkan agenda politiknya dengan batasan administrasi. Tetapi lupa tugas utama yaitu memobilisasi kemakmuran rakyat. Nah, bahaya yang mungkin muncul kemudian ialah bahwa Beliau berpotensi meninggalkan atau mewariskan kegagalan untuk NTT. Beliau mewarisi sesuatu yang buruk untuk sirkulasi administrasi politik kepemerintahan di NTT. Bahkan mungkin Beliau mewarisi sejenis dendam yang memproduksi pemerintahan kollaps. Beliau meninggalkan permusuhan khusus terhadap rakyat  NTT. Beliau mungkin diduga sebagai antitesis dari pemerintahan para gubernur sebelumnya, tetapi antitesis yang kurag sehat.

T: Jika analisis Anda benar, apa kiranya sebab utamanya?

J: Ya saya menduga Beliau kurang memahami tatakelola birokrasi pemerintahan. Mungkin saja Beliau teliti rinci untuk urusan administrasi, tetapi tidak untuk urusan politik tatakelola administrasi pemerintahan yang syarat kepentingan politik dengan orientasi perubahan sosial kemasyarakatan. Mungkin juga Beliau terbimbing psikologi audit yang dipesankan kepadanya. Sehingga agenda politiknya patut dicermati serius. Saya selalu mengikuti pemberitaan di media terpecaya. Saya menduga Beliau sedang mengidap gangguan kepribadian atau delusi.

T: Apa itu delusi atau gangguan kepribadian heeeee?

J: Pemimpin dengan gangguan delusi cenderung membuat keputusan berdasarkan keyakinan yang tidak sesuai dengan realitas. Hal itu dapat saja mengarah pada kebijakan yang tidak berkelanjutan, atau bahkan merugikan masyarakat pada umumnya. Akibatnya terjadi ketidakstabilan politik. Sedangkan pemimpin dengan gangguan kepribadian dapat menimbulkan berbagai bahaya, baik bagi kelanjutan pemerintahan maupun masyarakat yang dipimpin. Saya berharap Beliau tidak kondusif terkena penyakit jiwa jenis inilah. Ya kita berdoa saja.

T: Tadi Anda singgung soal tugas audit. Memang apa salahnya dengan audit jika audit itu diperlukan untuk penciptaan pemerintahan yang bersih dengan arah jelas?

J: Begini. Di diksi “Audit” itu di dalamnya ada pengandaian. Dia mengandaikan ada sesuatu yang buruk atau kurang sehat. Bolehlah itu. Karenanya, dia perlu melakukan serial koreksi. Lalu, saya bertanya apa hasil koreksi signifikan yang dikerjakannya? Apa koreksi terhadap keberlanjutan terhadap program pembangunan NTT yang telah dikerjakan para gubernur selama ini? Apa kiranya upayanya untuk mempertahankan, misalnya, terhadap pembangunan pariwisata sebagai prime mover pembangunan di NTT? Apa upaya konkrit untuk memperkuat dan melanjutkan perbaikan infrastruktur jalan Provinsi di NTT, apa dan bagaimana pula upaya positif mempertahankan Bank NTT sebagai Bank Devisa? Bagaimana kelanjutan proyek garam industri yang sudah dirintis Gubernur sebelumnya? Saya lihat Beliau tertutup sekali. Kurang bergaulkah atau bagaimana. Beliau lebih condong menyendiri. Konon katanya, Beliau jarang menerima tamu masyarakat. Intinya Beliau pemimin tertutup. Bahkan, informasi yang diperoleh, koordinasi dengan para anak buahnya agak lemah.  Beliau tertutup akses dengan media massa. Wartawan sulit mengakses informasi darinya secara langsung. Padahal keterbukaan informasi publik itu keniscayaan hukum.

T: Memang apa masalahnya jika dia tidak mau menerima para wartawan?

J: Nah, saya perlu tegaskan secara normatif ya. Salah satu ciri rejim sehat itu adalah membangun tradisi keterbukaan informasi publik.  Informasi publik terakses dengan perubahan pembangunan sesuai ketentuan Undang-undang Keterbukaan Publik. Saya membaca di beberapa media terpercaya, termasuk media Anda ini, Pak PJ Gubernur menghindari jumpa para wartawan. Beliau cenderung menjauh dari para wartawan. Beliau, menghindari wawancara. Saya berpikir Beliau mungkin sedang mengidap sesuatu. Sebagai mantan wartawan saya heran. Mengapa Beliau tertutup? Apa yang ditutupi? Mengapa Beliau menjauhkan diri dari para jurnalis? Style demokrasi kan tidak perlu diubah dengan spirit aliran kebatinan  heeeeee.

T: Ya menurut Anda apa?

J: Anda tahu pemerintah yang sehat itu adalah pemerintah yang terbuka. Anda tahu dalam sistem pemerintahan tertutup, malaikat cenderung berubah menjadi setan. Sedangkan dalam pemeritahan terbuka, setan pun dapat berubah menjadi malaikat. Karenanya Beliau perlu membuka diri dan mengakses semua lembaga demokrasi termasuk pers. Beliau patut membuka diri pada publik karena publik itulah yang hendak dilayaninya. Publik itulah tuannya yang sesungguhnya. Publik perlu terlibat sejak ide, proses dan evaluasi terhadap pembangunan. Publik ingin tahu apa yang sedang dikerjakannya, dan ke arah mana pembangunan di daerah ini sedang dibawa. Pelayanan informasi publik termanisvestasi melalui saluran informasi publik.  Beliau membangun akses seluas-luasnya dengan para jurnalis seperti kalian ini. Saya membaca cukup banyak informasi tentang situasi masyarakat dan kondisi internal birokrasi sekarang ini. Tetapi kan saya tidak boleh menghakimi siapa pun, kecuali saya menduga ada sesuatu yang perlu dijelaskan dengan terang. Nah, sesuatu yang perlu dijelaskan terjawab jika pemerintah terbuka. Beliau membuka akses terhadap informasi publik. Rakyat memberi masukan, mengajukan keluhan dan tuntutan agar keluhan dan tuntutan rakyat itu dikonversi menjadi kebijakan publik yang sensitif terhadap kepentingan rakyat.

T: Ini tema lain sedikit ya. Bagaimana pandangan Anda terkait problem di Bank NTT yang terkait dengan ketertutupan infomasi Pak PJ Gubernur NTT?

J: Pertama, memangnya Bank NTT itu ada problem? Saya bukan ahli atau diduga ahli perbankan. Saya hanya tahu Bank NTT itu Bank Devisa. Perubahan dari bank biasa menjadi bank devisa itu, saya kira sangat penting dan membanggakan. Bahkan prestasi. Saya membaca di media massa, Pak PJ Gubernur pernah berusaha sekuat tenaga untuk menggantikan manajemen di Bank itu karena dikaitkan dengan langkah Gubernur Viktor B. Laiskodat terhadap bank itu. Tentu PJ Gubernur punya alasan kuat. Tetapi, kan sebagai orang awam, saya menilai upaya Pak PJ Gubernur gagal karena para pemegang saham tetap mempertahankan status qua manajemen Bank NTT melalui prosedur yang sah yaitu melalui RUPS. Lalu apa? Bagi saya yang awam dunia perbankan, saya pikir para pemegang saham tentu saja bukan orang sakit jiwa yang tiba-tiba menilai manajemen Bank itu sehat, karena itulah mereka mempertahankan manajemen Bank NTT. Opsi politik pergantian yang diupayakan PJ Gubernur dan mungkin diimani sejumlah pihak terdekat dengan Beliau, gagal. Kedua, dari perspektif keterbukaan informasi publik. Saya pikir Pak PJ Gubernur perlu menjelaskan rinci kepada publik apa masalah yang dibayangkannya dan apa pula kendalanya. Saya mengusulkan agar Pak PJ Gubernur  memanggil manajemen Bank NTT. Manajemen Bank NTT menjelaskan rinci postur situasi dan kondisi di bank itu. Tentu saja, ada aturan legal yang perlu dan harus dipatuhi semua pihak. Jika tidak ada dialog, bagaimana mungkin ada penyelesaian. Saya kira,  nasihat komunikasi publik yang mungkin disumbangkan oleh sahabat karib saya Prof. Alo Liliweri itu sangat perlu dan penting. Saya kira Prof. Alo sebagai ahli ilmu komunikasi tahu betul teknik komunikasi publik terkait sedikit kisruh di Bank itu. Saya percaya sahabat baikku itu. Ketiga, membuat pilihan opsi politik terbaik. Opsi terbaik dan maksimal ialah menjaga kinerja Bank NTT agar terus berkembang baik dan optimal. Ini bank harus menjadi bank devisa yang kian kukuh. Tentu saja ada banyak cara. Jika pun toh Pak PJ Gubernur mau menggantikan manajemen Bank NTT, ya silakan sejauh hal itu perlu dilakukan dengan prosedur yang tepat dan legal. Saya  pernah mendengar informasi bahwa Pak PJ Gubernur mendatangkan akuntan publik sahabatnya untuk memeriksa situasi Bank NTT. Tetapi, rupanya syarat audit yang dilakukan akuntan publik tersebut kurang memenuhi grade syarat sesuai aturan mainnya. Karena itu, saya sarankan Pak PJ Gubernur mengkonsolidasikan pilihannya dengan mengundang pihak profesional terkait seperti OJK, BI dan lembaga terkait lain yang relevan, sambil terus menjaga tegaknya aturan main. Tetapi, upaya itu pasti tergores jika Beliau terbimbing oleh iktikad tidak baik. Saya khawatir gejala ini hanya menegaskan dugaan bahwa Pak PJ Gubernur sedang sakit. Keempat, jika secara apriori manajemen bank harus diganti, maka opsi itu pasti mengundang spekulasi. Antara lain, ada agenda tersembunyi yang sedang dikerjakan rombongan Pak PJ Gubernur untuk kepentingan mereka sendiri.

T: Agenda apa misalnya yang Anda dapat bayangkan?

J: Heeee pikiran saya dari perspektif tarung politik kepentingan ya. Yaaa sejenis agenda sirkulasi elit di bank itu. Maaf ya, saya hanya mengandaikan arah pikiran Pak PJ Gubernur berasumsi akal sehat, bukan akal sakit ya. Pak PJ Gubernur mungkin sangat berhasrat menggantikan Aparatus Manajemen Bank NTT dengan pihak-pihak yang aksesibel dengan kepentingannya. Misalnya, Beliau sangat ingin menggantikan para Komisaris dan Dirut serta para Direktur di bank itu dengan orang-orangnya Pak PJ Gubernur. Jadi, mimpi All the PJ Governor persons. Mungkin juga ada beberapa orang dekat Beliau yang sangat bernafsu untuk menjadi Komisaris Utama, Komisaris Independen dan Dirut di Bank NTT. Mereka ini berkomplot memompa informasi sesat dan mungkin juga nasihat akal bulus. Nah, keputusan Pak PJ Gubernur nantinya akan bias kepentingan, bahkan tujuan mulia melindungi Bank NTT tidak tercapai.

T: Tetapi kan tidak salah juga toh. Siapa kiranya yang Anda duga?

J: Heeeeee saya tidak mengucapkan nama orang-orangnya. Tetapi saya rasa dan saya duga ada. Itu memang urusan Pak PJ Gubernur, tetapi saya juga berkepentingan dengan kejelasan informasi itu. Kita lihat saja. Tetapi, saya sudah membayangkan kemungkinan orang-orangnya. Dan, saya tidak mau mengucap heeeeeee.

T: Apakah Anda menduga ada orang di Birokrat dan staf khusus PJ Gubernur?

J: Heeeeeeee siapa misalnya? Bisa saja begitu. Saya tidak mau menjawablah. Tetapi saya koq dapat menduga. Catatan saya adalah ini, dunia tidak sebagaimana tampaknya ya. Konstelasi politik pusat hari ini dapat dicakar ke arah mana nantinya kepemimpinan politik di NTT. Saya kira Pak PJ Gubernur patut menghitung urusan itu meski saya tahu relasi Pak PJ Gubernur dengan beberapa politisi di Jakarta. Beliau dekat dengan beberapa politisi di Senayan karena sejarah awal masa kerjanya.

T: Ok, apakah ada saran Anda terkait situasi relasi politik PJ Gubernur dengan Bank NTT?

J: Lho, itu pertanyaan memancing keliaran rationalitas saya. Saya tidak liar. Bank NTT itu kan banknya rakyat NTT, Banknya pemerintah Provinsi. Bank para bupati dan walikota seluruh NTT. Banknya para jurnalis juga kan. Tanya mereka.

T: Anda pasti punya perspektif terkait hal ini?

J: Menurut saya hanya orang sakit jiwa saja yang memusuhi dirinya sendiri, memusuhi anak buahnya. Bank NTT itu kan Banknya Gubenur. Kecuali benar sinyalemen bahwa PJ Gubernur  NTT itu orang sakit jiwa. Dia pasti memusuhi dirinya sendiri dengan cara terus-menerus mencari buruknya Bank NTT, bukan mencari dan menemukan solusi terbaik bagi pengembangan dan popularitas Bank NTT sebagai bank sehat. Makanya, saya sarankan para jurnalis bertanya hal itu kepada PJ Gubernur NTT. Beliau kan harus berkomunikasi intens dengan pihak manajemen untuk mencari dan menemukan solusi terbaik untuk kepentingan Bank NTT. Jika ditemukan manajemen buruk, ya perbai*ki saja. Intinya intens komunikasi. Saya harap begitu. Saya kira, PJ Gubernurnya sehat jiwa, sehat rohani dan sehat pikiran. Saya kira begitu ya. Kecuali jika sebaliknya.***Laurens Leba Tukan

Center Align Buttons in Bootstrap