
WAIBAKUL,SELATANINDONESIA.COM – Kabupaten Sumba Tengah menjadi salah satu Kabupaten di NTT yang jumlah kasus stunting paling rendah setelah Kabuaten Nagekeo. Tercatat, Sumba Tengah pada posisi 7,7 persen jumlah kasus stunting dan Kabupaten Nagekeo di posisi 6 persen.
Penjabat Bupati Sumba Tengah, Dr. Lery Rupidara menggelar Pertemuan Review Kinerja Tahunan Pelaksanaan Aksi Konvergensi ke-8 tingkat Kabupaten Sumba Tengah, Senin (18/12/2023). “Pertemuan ini menjadi momen penting bagi kita untuk bersama-sama mengevaluasi kinerja tahunan yang telah kita lalui. Mengidentifikasi hambatan-hambatan yang mungkin muncul, serta merumuskan strategi terbaik untuk meningkatkan hasil-hasil positif di masa mendatang,” sebut Lery Rupidara dalam sambutannya yang dibacakan Sekda Sumba Tengah Bernadus B. Gela. Turut hadir dalam kegiatan tersebut Penjabat Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Sumba Tengah, Tabitha Iriani Rupidara Kamban, S.Si.,Theol.
Disebutkan, melalui Aksi Konvergensi ke-8, semua elemen telah terlibat mulai dari pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, dunia usaha, hingga masyarakat luas, untuk bersama-sama menangani masalah stunting secara holistik.
Dikatakan Lery Rupidara, Strategi Nasional Percepatan Pencegahan Anak Kerdil periode 2018-2024 mengharuskan upaya percepatan pencegahan stunting membutuhkan keterpaduan penyelenggaraan intervensi gizi pada lokasi dan kelompok sasaran prioritas. “Ini mengacu pada tujuan dari pembangunan berkelanjutan yakni untuk menghilangkan kelaparan, mencapai ketahanan pangan, gizi yang baik serta meningkatkan pertanian berkelanjutan dan menghilangkan segala bentuk kekurangan gizi termasuk stunting pada anak-anak dan balita,” katanya.
Ia menambahkan, pelaksanaan program dan kegiatan pencegahan penurunan stunting selama satu tahun terakhir ini telah mencakup intervensi gizi spesifik dan gizi sensitif. “Kita telah fokus pada pendekatan yang terintegrasi, menggabungkan aspek pangan, kesehatan, pendidikan, dan aksesibilitas, guna memberikan dampak maksimal bagi penurunan angka stunting di tengah masyarakat kita,” katanya.
Lery Rupidara mengatakan, melalui intervensi gizi spesifik, kita telah meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai pentingnya asupan gizi yang cukup dan seimbang, terutama pada periode kritis pertumbuhan anak. Program-program edukasi dan promosi gizi yang dijalankan telah membuahkan hasil positif, dengan peningkatan kesadaran dan perilaku masyarakat dalam memberikan asupan gizi yang baik bagi balita. Sementara itu, intervensi gizi sensitif telah melibatkan berbagai pihak dalam menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak. Kerja sama dengan sektor pendidikan untuk memastikan anak-anak mendapatkan asupan gizi yang cukup di sekolah, sekaligus menciptakan pola hidup sehat melalui kegiatan fisik dan olahraga.
“Meskipun kita telah mencapai beberapa pencapaian yang membanggakan, tantangan tetapada di depan kita. Oleh karena itu, perlu adanya komitmen yang lebih kuat, kerja sama yang lebih erat, dan inovasi dalam melaksanakan program dan kegiatan pencegahan penurunan stunting,” sebutnya.
Mantan Kepala Biro Ekonomi dan Administrasi Pembangunan Setda NTT ini mengatakan, sebagai bagian dari Aksi Konvergensi, semua pihak telah berkomitmen untuk mengatasi masalah stunting, sebuah tantangan serius yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan generasi penerus bangsa. “Melalui upaya bersama dan kolaborasi lintas sektor, kita berharap dapat mencapai hasil yang signifikan dalam mengurangi angka stunting di masyarakat kita. Terobosan dalam upaya penanggulangan stunting harus terus dilakukan secara kontinyu mulai dari hulu ke hilir demi mencapai keterpaduan perencanaan, penganggaran dan penyelerasan pelaksanaan kegiatan,” ujarnya.
“Saya berharap agar reviuw kinerja tahunan yang sudah dilakukan dapat dievaluasi seluruh pelaksanaan program dan kegiatan pencegahan dalam penurunan stunting selama satu tahun terhadap intervensi gizi spesifik dan gizi senisitif yang yang tepat sasaran. Saya ingin menyampaikan apresiasi dan terima kasih setinggi-tingginya kepada seluruh tim, stakeholder, dan mitra yang telah berperan serta aktif dalam upaya mewujudkan visi kita bersama, yakni menciptakan generasi yang sehat dan cerdas,” tambahnya.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sumba Tengah, Ridho Samani mengatakan, berbagai intervensi penanganan stunting dilakukan Dinas Kesehatan Sumba Tengah dan Jejaringnya. Disebutkan, pihaknya rutin melakukan Pemberian Makanan Tambahan (PMT), pemulihan 30 Hari bagi Kasus Underweitgh sebanyak 96 Kasus. “Pemberian vitamin A dosis tinggi pada bayi balita di bulan promosi yaitu Februar dan Agustus,” katanya.
Selain itu rutin diberikan Zink jika anak diare dan pengobatan pada Balita Infeksi. “Pemberian PMBA bagi anak, Screning Triple Eliminasi bagi Ibu hamil tentang HIV, Sipilis, HBSag. Juga Pemberian Kelambu Berinsektisida bagi Ibu hamil serta Tatalaksana Kasus Gizi Buruk. Kita juga terus melakukan penguatan promosi, surveilence gizi dan tata laksana gizi penguatan Puskesmas Poned, Penguatan surveilans Kesehatan, Pelacakan kasus gizi buruk, PMT bagi balita stunting, Inovasi Teja Mau Ceting (Pengolahan Bahan Makanan Tepung jagung untuk atasi Stunting),” jelasnya.*/)SI