Pion Ratu Loli Berbagai Pengetahuan tentang Kurikulum Merdeka dengan Guru di Adonara Tengah

89
Pion Ratu Loli ketika memberikan materi tentang Kurikulum Merdeka. Foto: Ben

ADONARA,SELATANINDONESIA.COM – Pengawas Sekolah Dasar Wilayah Adonara Tengah, Kabupaten Flores Timur, belum lama ini menggelar workshop Kurikulum Merdeka untuk para guru di wilayah binaannya. Workshop Kurikulum Merdeka itu  untuk  menginsipiransi para guru  dalam melaksanakan tugas  di sekolah.

Dipimpin Yohanes Botoor, S.Pd, workshop  tersebut berlangsung selama dua hari pada awal September 2023. “Diharapkan melalui kegiatan ini dapat membantu para guru boleh menerapkan kurikulum tersebut secara tepat  dalam pembelajaran di sekolah,” sebut Yohanes.

Workshop yang  berlangsung di Gedung SD Inpres Kenotan, Kecamatan Adonara Tengah itu menghadirkan nara sumber tunggal,  Muhamad Sole Kadir, SPd, Gr atau yang akrab disapa Pion Ratu Loli.

“Mudah – mudahan melalui  pertemuan ini ada nilai baik yang kita terima atau peroleh untuk diterapkan di sekolah kita masing – masing,” sebut Pion mengawali pemaparan materinya.

Selanjutnya, para guru dibekali dengan materi Pengenalan Kurikulum Merdeka, dan perbedaannya dengan kurikulum sebelumnya. Para guru dilatih Merancang Alur Tujuan Pembelajaran, Modul Ajar Berdiferensiasi dan Pembelajaran Berdiferensiasi. Juga Merancang Asesmen dan diakhiri dengan Peer Teching untuk setiap fase atau kelas.

“Ibarat membangun sebuah rumah, kurikulum  sebagai fondasinya, alur tujuan pembelajaran sebagai dinding dan modul ajar sebagai atapnya sampai pada peer teaching. Artinya dengan 6 materi tersebut pemahaman para guru tentang Kurikulum Merdeka akan menjadi utuh,” katanya.

Disebutkan Pion, Kurikulum Merdka bertujuan untuk memenuhi kebutuhan belajar peserta didik.  Aspek utama adalah pemenuhan kebutuhan belajar peserta didik. “Karena itu para guru dalam melaksanakan pembelajaran perlu mengenal kemampuan dan minat belajar setiap peserta didik,” ujarnya.

“Ada siswa yang sulit menyusun konsep secara verbal,  tetapi mampu melakukannya  dengan  praktik, sementara lainnya cepat paham dengan  penjelasan guru,”  katanya menambahkan.

Untuk mengetahui kemampuan/potensi peserta didik, sebut Pion, guru diharapkan melakukan tes diagnostik agar dapat mengetahui kemampuan awal  setiap  peserta didik. Ia menambahkan, dari hasil tes diagnostik tersebut guru sudah bisa menempatkan siswa sesuai level kemampuan masing- masing peserta didik. Dengan cara demikian siswa yang mengalami kesulitan belajar dapat terbantu sesuai kebutuhan belajarnya.

Hadir  pada workshop tersebut 70 guru yakni guru kelas 1 dan 2, guru mata pelajaran Pendidikan Kesehatan Jasman dan Olahraga ( PJOK) serta kepala satuan pendidikan se-Kecamatan Adonara Tengah.

Kepala Dinas Pendidikan dan Olahraga Kabupaten Flores Timur, Feliks Suban Hoda dalam arahan singkatnya berpesan agar setelah mengikuti workshop, para guru segera mengimplementasikan ke kelas-kelas. “Karena masih ditemukan banyak  siswa kelas tinggi yang belum lancar membaca atau masih mengeja. Dan pada sekolah-sekolah yang siswanya kurang dari 60 orang diharapkan bekerja sama dengan semua unsur untuk meningkatkan angka partisipasi pada program wajib belajar,” sebut Kadis Feliks.*/bes

Editor: Laurens Leba Tukan

Center Align Buttons in Bootstrap