Peran Strategis Bank NTT di Program Ausbildung, Kirim Anak Muda Ikut Vokasi ke Jerman

168
Dari kiri, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan NTT LInus Lusi, Dirut Bank NTT Harry Alexander Riwu Kaho dan Direktur PT. Mahakam Anargya Samagata Doddy Primanda Kadarisman usai menandatangani PKS pada Rabu (16/8/2023) di Aula El Tari Kupang. Foto: AB/KN

KUPANG,SELATANINDONESIA.COM –  PT Bank Pembangunan Daerah (Bank NTT) punya peran strategis dalam mendukung visi besar Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat dan Wagub Josef A, Nae Soi dalam  mengirim anak-anak NTT belajar dan bekerja di luar negeri lewat program vokasi dan training industri di Jerman.

Pemerintah Provinsi NTT bersama Bank NTT dan Yayasan  Global Katalyst resmi menandatangani perjanjian kerjasama (PKS) pada Rabu (16/8/2023) di Aula El Tari Kupang. Penandatanganan PKS dilaksanakan oleh Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTT Linus Lusi, Direktur Utama Bank NTT Harry Alexander Riwu Kaho dan Direktur PT. Mahakam Anargya Samagata Doddy Primanda Kadarisman.

Direktur Utama Bank NTT, Harry Alexander Riwu Kaho mengatakan, Bank NTT sudah mengambil langkah progresif untuk mendorong kemajuan generasi muda di Nusa Tenggara Timur. Menurutnya, Bank NTT tidak hanya memainkan peran sebagai lembaga keuangan, tetapi juga sebagai penggerak pembangunan daerah, terutama pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) dan potensi daerah.

Dalam upaya mendukung visi pembangunan yang dilakukan Gubernur dan Wakil Gubernur NTT, Bank NTT telah merancang strategi-strategi efektif untuk mengatasi tantangan utama yang dihadapi NTT. “Karena selama hampir 5 tahun ini, SDM telah menjadi permasalahan krusial dalam kemajuan wilayah ini,” ujar Dirut Alex Riwu Kaho.

Dijelaskan, Provinsi NTT saat ini memiliki banyak guru besar, tetapi kurangnya arahan dan dukungan berkualitas membuat potensi mereka sulit untuk berkembang. Melalui kerja – kerja Bank NTT, kata dia, pihaknya berhasil mengidentifikasi banyak potensi unggulan daerah yang bisa diolah. Namun, kendala utama adalah kurangnya pemahaman tentang teknologi dan pengetahuan yang memadai.

“Sehingga dengan model pendidikan yang ada saat ini belum mampu menjawab kebutuhan SDM untuk mengelola semua potensi yang dimiliki Provinsi NTT,” jelasnya.

Disebutkan, hadirnya Global Katalyst, memberikan peluang bagi lulusan SMA, SMK/sederajat di Provinsi Nusa Tenggara Timur untuk meningkatkan SDM mereka dengan belajar dan bekerja di Jerman. “Global Katalyst ini lembaga yang memberikan perhatian serius untuk NTT, dimana mereka menawarkan kesempatan bagi anak muda kita untuk belajar dan kerja di Jerman,” ujar Dirut Alex.

Dirut Alex mengatakan, kerjasama ini sangat menjanjikan, karena output atau lulusan program vokasi tersebut akan kembali dengan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk membangun Nusa Tenggara Timur. “Sehingga Bank NTT tidak saja menjalankan fungsi sebagai intermediasi, tetapi juga membantu pengembangan SDM di NTT,” katanya.

Wakil Gubernur NTT, Josef A. Nae Soi yang hadir saat itu mengaku kerjasama itu merupakan momen bersejarah bagi NTT, karena 3000 siswa akan dikirim ke Jerman untuk belajar dan kerja.

Menanggapi persepsi bahwa NTT adalah provinsi paling miskin, Wagub Nae Soi memotivasi para siswa untuk membuktikan ketika kembali dari Jerman harus berkontribusi membangun daerah.

Poitisi senior Prtai Golkar ini menekankan bahwa pendidikan di luar negeri seperti di Jerman memiliki peran penting untuk membangun masa depan yang lebih baik bagi generasi muda.

Ia mengambil contoh sukses Gubernur Laiskodat dan dirinya, yang berasal dari latar belakang miskin, namun kini memiliki gelar S3 setelah menempuh pendidikan di luar negeri. “Jadi bukan saya mau banggakan bahwa kami itu hebat. Kamu pasti lebih hebat dari kami. Namun prestasi ini untuk menginspirasi kalian,” jelasnya.

Wagub Nae Soi memberikan nasihat bahwa sekolah, kerja, dan kursus di luar negeri memerlukan komitmen dan disiplin yang tinggi. “Jadi jangan hanya bermain yang tidak ada manfaatnya, sekolah di sana juga harus bangun tepat waktu karena disiplinnya tinggi, kerjanya juga sangat teliti,” katanya.

Dia juga mengingatkan siswa untuk tidak cepat merindukan kampung halaman dan tetap fokus pada tujuan mereka selama di Jerman. “Kalau sudah berangkat ke Jerman harus fokus. Jangan sedikit – sedkit sudah rindu pulang ke kampung halaman,” ujar Wagub Nae Soi.

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan NTT Linus Lusi mengatakan, Provinsi NTT memiliki kekayaan alam yang luar biasa. Maka sektor pendidikan vokasi dan akademik perlu diperkuat, untuk membangun kekayaan alam berpola kemitraan.

Dalam rangka pengembangan SDM anak-anak NTT, maka pemerintah Provinsi NTT menjalin kerjasama dengan Global Katalyst untuk melaksanakan program vokasi dan training industri di Jerman. Disebutkan, saat ini sudah ada 150 orang calon peserta yang sedang menjalani kursus Bahasa Jerman sebagai persiapan untuk ke Jerman.

“Materi yang dilatih adalah bahasa Jerman. Kedua, pendidikan vokasi dan budaya kerja industri Jerman. Maksud dan tujuannya adalah membangun kapasitas dan SDM dari usia milenial,” ujarnya.

Kadis Linus Lusi menambahkan, jumlah peserta yang ditargetkan untuk periode pertama ini adalah 3000 peserta, dengan waktu kerjasama selama 4 tahun, dan diperpanjang melalui tahapan evaluasi.

Perwakilan Global Katalyst yakni Direktur PT. Mahakam Anargya Samagata Doddy Primanda Kadarisman mengatakan, Jerman merupakan negara industri nomor satu yang memiliki sistem pendidikan vikasi unggul di dunia.

Di Jerman, sistem pendidikan 100 persen disubsidi oleh pemerintah, sehingga kuliah vokasi dan pelatihan industri tersedia secara gratis. “Program ausbilding adalah program kuliah vokasi di mana 30 persen fokus pada kuliah di kampus dan 70 persen pada pelatihan industri,” jelasnya.

Menurut dia, dalam program ini, kuliah vokasi dilakukan secara gratis, dan para peserta pelatihan industri menerima bayaran antara Rp18 hingga Rp30 juta setiap bulan. “Ini adalah program yang sangat unggul dan hingga saat ini hanya ada di Jerman. Beberapa negara telah mencoba mengikuti program serupa, namun belum berhasil. Program ini telah ada sejak Perang Dunia Pertama,” ungkapnya.

Dijelaskan, Jerman menjadi barometer pendidikan vokasi dunia, karena memberikan kesempatan bagi generasi muda untuk mendapatkan pendidikan terbaik dengan biaya yang sangat terjangkau. “Awalnya itu memang ada biaya sekitar Rp52 juta untuk keperluan mulai kursus, pengurusan berkas, keberangkatan ke Jerman, hingga biaya hidup bulan pertama di Jerman,” jelansya.

Meski demikian, kata dia, pihaknya sedang mengupayakan agar di tahun 2025 nanti semua biaya mulai tiket pesawat dan visa akan ditanggung oleh industri Jerman. “Negosiasi sedang berlangsung dengan tujuan agar tahun 2025 nanti, semua biaya akan ditanggung oleh Jerman. Ini akan membantu persiapan adik-adik untuk bergabung dalam program ini dengan biaya yang sangat terbatas,” jelansya.

Dia menekankan, setiap tahun ada dana sebesar 800 miliar yang dialokasikan untuk program yang mereka bawa ke Indonesia. Salah satu tujuan utama adalah membantu mereka yang memiliki keterbatasan finansial untuk tetap mengikuti program pendidikan vokasi. “Dana itu akan dipinjamkan dengan pengaturan cicilan yang bisa dilakukan secara bertahap tanpa bunga, setelah peserta mendapatkan pekerjaan,” tandasnya.*/)AB/Laurens Leba Tukan

Center Align Buttons in Bootstrap