Sisa 19 Hari Pimpin NTT, Gubernur Laiskodat Beberkan Stunting Turun Drastis Hingga 15,7 Persen

87
Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat ketika pidato Pembangunan menyambut HUT ke 78 Kemerdekaan RI di Aula El Tari, Rabu (16/8/2023). Foto: SelatanIndonesia.com/Laurens Leba Tukan

KUPANG,SELATANINDONESIA.COM – Kepemimpinan Gubrnur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat dan Wakilnya Josef A. Nae Soi sisa 19 hari. Beragam capaian ditorehkan duet kepemimpinan Viktory-Joss, salah satunya adalah sektor Kesehatan. Menurut Gubernur Laiskodat, Peningkatan derajat kesehatan masyarakat menjadi salah satu aspek penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia NTT.

“Pembangunan kesehatan mulai sejak dari dalam kandungan ibu. Kami menyadari bahwa angka stunting di NTT masih tergolong tinggi. Persentase stunting selama lima tahun berturut-turut mulai tahun 2018 sampai dengan 2023 menunjukkan tren penurunan yang besar. Pada tahun 2018, prevalensi stunting 35,4 persen atau sebanyak 81.434 balita dan menurun tajam pada pengukuran Februari 2023, yakni 15,7 persen atau 67.518 balita,” sebut Gubernur Laiskodat dalam pidato Pembangunan menyambut HUT ke 78 Kemerdekaan RI di Aula El Tari, Rabu (16/8/2023).

Disebutkan Gubernur Laiskodat, penurunan drastic angka stunting itu membuktikan bahwa pendekatan pencegahan dan penanganan stunting secara konvergensi melalui intervensi spesifik dan intensif berjalan efektif. “Penurunan stunting secara signifikan ini tidak lepas dari kebijakan Pemerintah NTT untuk menggunakan aplikasi Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (e-PPGBM) untuk menangani stunting dengan by name, by adress dan menolak menggunakan Survey Status Gizi Indonesia (SGSI),” tegasnya.

Ia menyebut, Pemerintah Provonsi NTT telah melayangkan protes kepada Menteri kesehatan tentang penggunaan pengukuran stunting dengan metode SGSI dan Kementerian Kesehatan telah menyetujui penggunaan e-PPBGM untuk menilai perkembangan stunting di NTT sebagai pengecualiannya. “Kita juga terus berkomitmen untuk menekan angka kematian ibu dan anak melalui berbagai upaya seperti penguatan dan peningkatan kapasitas tenaga kesehatan, peningkatan fasilitas kesehatan dan evaluasi yang terus-menerus. Angka kematian Ibu selama tiga tahun terakhir menunjukan penurunan di mana pada tahun 2021, angka kematian ibu sebanyak 181 kasus dan tahun 2022 berjumlah 171 kasus. Sampai dengan bulan Juli tahun 2023 terdapat 74 kasus. Sementara itu, untuk kematian bayi sampai dengan bulan Juli tahun 2023 mencapai 449 kasus atau menurun dibandingkan dengan tahun 2022 yang mencapai 1.139,” katanya.

Gubernur Laiskodat juga menyampaikan sejumnlah capian Pembangunan sektor lain selama lima tahun memimpin NTT. Disebutkan, tahun ini merupakan tahun terakhir periode kepemimpinan Victory-Joss. “Kami memulai memimpin dengan membangun narasi baru yang menggambarkan NTT sebagai provinsi luar biasa kaya yang memberi harapan sebagai negeri terjanjikan yang dianugerahkan Tuhan. NTT bangkit dimulai dengan merevolusi cara pandang yang memerdekakan kita dari stigma keterbelakangan yang menjajah dan melemahkan,” sebutnya.

Ia membeberkan sejumlah capaian pembangunan secara makro. Tentang Tingkat pertumbuhan ekonomi NTT pada Triwulan II Tahun 2023 mencapai 4,04 persen (YoY). “Sebelumnya, di masa pandemik covid-19, pertumbuhan ekonomi sempat mengalami kontraksi dengan pertumbuhan minus 2,28. Sementara itu, PDRB per kapita kita pada tahun 2022 sebesar Rp. 21,7 juta, meningkat dibanding tahun 2018 sebesar Rp. 18,42 juta. Pertumbuhan ekonomi NTT berlangsung dalam inflasi yang dapat dikendalikan, di mana pada Juli 2023 inflasi 3,88 persen (yoy), berada di rentang sasaran inflasi 3 ± 1%,” urainya.

Hal ini diikuti dengan persentase kemiskinan yang menurun dari 21,35 persen tahun 2018 menjadi 19,96 persen pada Maret 2023 atau menurun 1,39 persen. Dijelaskna, seiring dengan itu, tingkat pemerataan pembangunan yang diukur dari indeks gini yakni 0,355 di tahun 2019 menjadi 0,325 pada periode Maret 2023 dan lebih rendah dari rata-rata nasional 0,388. Selain itu, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) juga mengalami peningkatan sebesar 1,51 poin yakni 64,39 pada tahun 2018 menjadi 65,90 di tahun 2022. Kenaikan itu disebabkan oleh kenaikan usia harapan hidup dari 66,38 tahun 2018 menjadi 67,47 tahun 2022; harapan lama sekolah juga meningkat lebih baik pada tahun 2022 yakni 7,70 dibanding 7,30 di tahun 2018. Demikian pula angka pengeluaran per kapita naik menjadi Rp 7,87 juta pada tahun 2022 dibanding tahun 2018 sebesar Rp 7,56 juta,” jelasnya.

Gubernur Laiskodat menyampaikan beberapa cuplikan pencapaian misi sesuai dengan jenis urusan wajib pelayanan dasar, urusan wajib non-pelayanan dasar serta urusan pilihan yang menjadi domain kewenangan Provinsi NTT. Pada Bidang Pendidikan dan Olahraga ia mengurai, dalam rangka meningkatkan akses masyarakat terhadap Pendidikan menengah dan pendidikan luar biasa, Pemerintah Provinsi NTT sejak 2019 sampai dengan periode Juli 2023 telah menerbitkan ijin operasional pendirian sekolah baru untuk tingkat SMA sebanyak 75 sekolah, SMK 58 sekolah dan SLB 17 sekolah.

“Perbaikan akses Pendidikan telah meningkatkan Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM) penduduk usia 16-18 atau setara tingkat SMA/SMK/MA. Pada tahun 2019, APK NTT sebesar 93,08 persen dan meningkat menjadi 102,53 persen tahun 2023. Demikian pula, APM naik dari 58,89 persen di tahun 2018 menjadi 70,26 persen yang melampaui rata-rata APM nasional 68,87 persen,” sebutnya.

Pada bidang olah raga, sejak tahun 2019 sampai dengan tahun 2023, para atlet asal NTT terus mencatatkan prestasi yang menggembirakan pada berbagai ajang olahraga, baik pada taraf nasional maupun internasional. Pada PON XX Papua, kontingen NTT mendulang 24 medali dan menduduki peringkat ke-19 dari 34 provinsi dengan prestasi 5 medali emas, 10 medali perak dan 9 medali perunggu.

“Pada kompetisi internasional, sebanyak 6 (enam) orang atlet asal NTT memperkuat Indonesia dalam ajang multi event Sea Games ke-32 Tahun 2023 di Kamboja dengan raihan prestasi 2 emas, 2 perak dan 2 perunggu. Selain itu, sebanyak 2 orang atlet disabilitas asal NTT berpartisipasi dalam kontingen Indonesia di Asean Para Games ke-12 di Kamboja dengan mempersembahkan 2 medali emas dan 3 medali perak,” katanya. “Khabar gembira bagi seluruh warga NTT bahwa setelah melalui perjuangan yang keras, Provinsi NTT telah ditetapkan sebagai tuan rumah bersama dengan Provinsi NTB dalam penyelenggaraan PON XXII Tahun 2028. Penentuan tersebut ditetapkan melalui Musyawarah Olahraga Nasional Luar Biasa (Musornaslub) KONI Pusat pada 13 September 2022,” katanya.

Untuk Bidang pariwisata, Gubernur Laiskodat mengatakan, dalam RPJMD 2018-2023, sektor pariwisata ditetapkan sebagai penggerak utama (prime mover) pembangunan dengan membangun tujuh Kawasan pariwisata estate, yakni di Pantai Liman di Kabupaten Kupang, Fatumnasi di Kabupaten TTS, Wolwal di Kabupaten Alor, Koanara di Kabupaten Ende, Praimadita di Kabupaten Sumba Timur, Mulut Seribu di Kabupaten Rote Ndao dan Lamalera di Kabupaten Lembata.

“Provinsi NTT melalui Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif terus mendorong pengembangan ekonomi kreatif, di mana pada tahun 2022 telah memfasilitasi pendaftaran 101 hak kekayaan intelektual (HKI) produk-produk ekonomi kreatif di Kementerian Hukum dan HAM. Pembenahan destinasi-destinasi telah membuahkan hasil dengan perolehan penghargaan dan pengakuan dalam berbagai ajang pemilihan destinasi favorit baik pada tingkat nasional maupun internasional. Sejak tahun 2019 sampai 2022 berbagai destinasi pariwisata yang diikutsertakan dalam Ajang Pesona Indonesia Award (API Award) selalu mendapatkan juara dalam berbagai kategori. Sektor pariwisata telah menunjukkan pemulihan di mana pada tahun 2022, tercatat 1.189.149 wisatawan baik wisatawan asing maupun wisatawan nusantara yang berkunjung ke NTT dengan rata-rata lama kunjungan 2,02 hari,” jelasnya.

Disebutkan, puncak pembangunan pariwisata NTT adalah penetapan Labuan Bajo sebagai salah satu destinasi super prioritas nasional. Dan satu hal yang membanggakan sebagai torehan sejarah bagi NTT, di mana Pemerintah Pusat menetapkan Labuan Bajo sebagai tuan rumah penyelenggaraan Konperensi Tingkat Tinggi ke-42 ASEAN 2023 dari tanggal 9 hingga 11 Mei 2023. “Kepercayaan ini telah kita laksanakan dengan sukses. Terima kasih kepada pemerintah dan masyarakat Manggarai Barat serta TNI/Polri yang mendukung kesuksesan ini,” sebut Gubernur Laiskodat.

Politisi NasDem ini menjelaskan soal Bidang Pertanian di NTT yang menjadi motor penggerak ekonomi daerah dengan sumbangan terbesar dalam pembentukan PDRB NTT. Disebiutkan, sejak tahun 2019, Pemerintah Provinsi NTT mengembangkan pertanian terintegrasi jagung-ternak yang popular dengan sebutan Tanam Jagung Panen Sapi (TJPS). Program ini merupakan suatu bentuk kolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan yang bertujuan bukan semata untuk memenuhi kebutuhan ekonomi rumah tangga tetapi juga untuk mengisi kebutuhan supply chain atau rantai pasok kebutuhan lokal maupun nasional.

“Program TJPS tahun 2019-2021 dilaksanakan dengan “Pola Reguler’, yaitu pemerintah provinsi menyiapkan sarana produksi bagi petani/kelompok tani penerima manfaat. Sementara itu, mulai tahun 2022-2023 TJPS dilaksanakan dengan “Pola Kemitraan”, tanpa APBD, di mana petani secara mandiri membiayai usaha taninya melalui dukungan ekosistem keuangan. Sejak program ini dilaksanakan, terjadi peningkatan luas lahan penanaman jagung. Pada tahun 2019, luas lahan tanam jagung mencakup 2.400 hektar dengan luas panen 2.017,53 hektar serta total produksi mencapai 9.538,9 ton. Sementara itu, pada tahun 2022 luas lahan tanam meningkat menjadi 101.356,05 hektar dengan luas panen 95.403 hektar dan kapasitas produksi 297.657 ton. Pada tahun 2023 ini, ditargetkan luas area tanam sebesar 300.000 hektar di seluruh NTT,” sebutnya.

Gubernur Laiskodat mengatakan, pada tahun 2022 untuk pertama kalinya dalam sejarah, Provinsi NTT melakukan ekspor jagung curah ke Surabaya sebanyak 1.000 ton dari Kabupaten Sumba Barat Daya. “Program TJPS ini juga meningkatkan jumlah ternak ikutan dari tahun 2019 sampai dengan 2022 sebanyak 24.089 ekor ayam, 4.435 ekor kambing, 5.831 ekor babi dan 1.218 ekor sapi,” jelasnya.

Selain Program TJPS, Pemerintah juga tetap berkomitmen mengembangkan tanaman marungga atau kelor untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat dan peningkatan kesejahteraan rakyat. Sejak tahun 2019 hingga kini, Pemerintah Provinsi NTT telah melaksanakan pengembangan kelor di 22 kabupeten/kota dengan jumlah tegakan kelor sebanyak 8.279.285 pohon. “Industri kecil berbahan dasar kelor terus berkembang di seluruh NTT dalam berbagai produk oleh UMKM untuk memenuhi kebutuhan daerah maupun diekspor ke luar negeri,” katanya.

Para sektor Peternakan, Gubernur Laiskodat mengatakan, Pembangunan peternakan dilaksanakan dengan klasterisasi wilayah pengembangan ternak berdasarkan komoditas unggulan untuk mendorong peningkatan populasi dan produktivitas ternak besar serta pengendalian dan pemberantasan penyakit hewan secara terpadu dan berkesinambungan secara tepat waktu dan tepat sasaran.

“Pemerintah Provinsi NTT berkolaborasi dengan pemerintah pusat melalui Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan dalam pengembangan pembibitan ternak sapi, kambing, domba, babi, ayam dan itik pada tahun 2021–2022. Peningkatan produktivitas ternak juga dilakukan melalui penerapan teknologi inseminasi buatan (IB), dimana dari tahun 2018-2023 dihasilkan 23.203 ekor bibit sapi. Kesadaran peternak untuk melakukan IB ini terus meningkat di mana pada tahun 2019, realisasi IB sebesar 84,33 persen dan di tahun 2022 mencapai 113,20 persen. Pada tahun 2021–2023 dialokasikan 1.221 semen beku bibit sapi wagyu untuk dilakukan IB pada ternak sapi dengan jumlah anak lahir pada tahun 2021 sebanyak 87 ekor dan tahun 2022 sebanyak 63 ekor yang tersebar di Instalasi Lili, Kabupaten Kupang dan Kabupaten TTS. NTT sebagai daerah penghasil ternak nasional pada tahun 2018 melakukan ekspor sapi ke luar daerah mencapai 67.454 ekor dan meningkat menjadi 74.880 ekor pada tahun 2022. Selanjutnya, ekspor ternak kerbau pada tahun 2018 sebanyak 3.857 ekor dan tahun 2022 naik menjadi 4.030 ekor,” sebutnya.

Gubernur Laiskodat menambahkan, dalam rangka menjaga dan melindungi kualitas Kesehatan hewan ternak di NTT, pemerintah melakukan upaya-upaya preventif maupun kuratif. Disebutkan, Dari tahun 2018 sampai dengan 2023, telah dilakukan pemberian vaksin antrhax, brucellosis, hog cholera, rabies dan septicaemia epizootica (SE) penanggulangan dan pengendalian penyakit hewan menular strategis serta Penyuntikan serum konvalesen pada ternak babi sebagai salah satu upaya pencegahan penularan virus Asian Swine Fever (ASF). Pemerintah Provinsi dalam kemitraan dengan PRISMA dan AIHSP telah menyediakan tiga (3) alat deteksi virus ASF Loop Mediated Isothermal Amplification (LAMP) yang masing- masing ditempatkan di pulau Timor, Flores dan Sumba sejak Februari 2023.

“Berbagai upaya pemerintah tersebut telah membawa dampak positif bagi pertumbuhan ekonomi. Konstribusi PDRB sub sektor peternakan tahun 2018 adalah sebesar Rp 9.161,64 miliar atau 9,26 persen dari PDRB NTT dan meningkat menjadi Rp 12.507,29 miliar atau 10,54 persen pada tahun 2022. Sementara itu, rata-rata Nilai Tukar Petani Peternakan (NTPT) mengalami kenaikan dari 107,14 tahun 2018 menjadi 108,30 di tahun 2022 sehingga melebihi rata-rata NTPT nasional 106,09. Keenam, Bidang Kelautan dan Perikanan,” ujarnya.

Hasil produksi perikanan tangkap pada periode 2019 sampai 2023 sedikit fluktuatif karena adanya pandemi covid-19 tahun 2020 dan badai siklon tropis seroja pada tahun 2021. Total hasil perikanan tangkap NTT pada tahun 2019 sebesar 131.550,94 ton, tahun 2020 naik menjadi 162.004,14 ton, tahun 2021 sedikit menurun 136.624 ton. Pada tahun 2022 naik lagi menjadi 139.050 ton dengan jenis ikan yang ditangkap, yaitu cakalang, kakap, kembung, layang, rajungan, tenggiri, teri, tongkol, tuna dan udang.

“Selain perikanan tangkap, hasil perikanan budidaya mengalami pertumbuhan positif di mana pada tahun 2019 dihasilkan sebanyak 9.898,77 ton dan tahun 2022 naik menjadi 12.162 ton. Sejak tahun 2018, telah dikembangkan budidaya kakap putih dan kerapu di Kawasan Mulut Seribu, Rote Ndao dan di Wae Kelambu, Kabupaten Ngada. Pada tahun 2021 dikembangkan percontohan budidaya kerapu di Oenasila, Kecamatan Semau, Kabupaten Kupang di mana sampai dengan tanggal 9 Juni 2023 telah dilakukan 21 kali panen dengan total hasil panen keseluruhan mencapai 14.038 ekor dengan berat keseluruhan mencapai 15.693,98 kilo gram atau 15 ton lebih,” urainya.

Disebutkan, hasil panenan ini sebagian besar diekspor ke luar negeri seperti ke Hongkong. Pemerintah juga telah merintis budidaya lobster jenis mutiara di Mulut Seribu, di mana telah dilakukan tiga kali panen yakni pada 14 Januari dengan hasil panen 109 kg, pada 8 Mei sebanyak 37,7 Kg dan pada 7 Juni 2023 dilakukan panen sebanyak 204 kg. Khsusus untuk hasil panen kedua disuplay untuk kebutuhan makanan pada perhelatan KTT ASEAN 2023 di Labuan Bajo pada 9-11 Mei yang lalu.

Selain itu, kata dia, rumput laut di NTT sebagai komoditi unggulan terus dikembangkan secara intensif dan ekstensif, mengingat potensi pengembangan rumput laut seluas 52 ribu hektar dan baru dimanfaatkan 11 ribu hektar atau sekitar 20 persen. Dalam rentang waktu 2019-2023, produksi tertinggi rumput laut terjadi pada tahun 2020 sebesar 2.158.886 ton basah, sedangkan di tahun 2021 sedikit menurun akibat terjangan badai siklon tropis seroja yakni sebesar 1.359.560 ton basah dan tahun 2022 sebesar 1.389.675 ton basah.

“Pada tahun 2019, kita mencatatkan sejarah untuk pertama kalinya NTT mengekspor rumput laut kering sebanyak 25 ton dalam ATC (Alkali Treated Cottonii) langsung ke Argentina. Dalam rangka hilirisasi agar nilai tambah rumput laut meningkat, telah terbit Peraturan Gubernur Nomor 39 Tahun 2022 tentang Tata Niaga Komoditas Hasil Perikanan di Provinsi NTT, yang telah direvisi dengan Peraturan Gubernur Nomor 106 tahun 2022 yang melarang rumput laut dari NTT diekspor keluar daerah,” sebutnya.

Gubernur Laiskodat menambahkan, cuaca, kualitas air laut dan lahan di NTT juga sangat mendukung produksi garam berkualitas tinggi dengan kadar NaCl mencapai 96 persen. Total luas lahan garam di seluruh NTT adalah sekitar 25 ribu hektar di mana yang baru dimanfaatkan 15 ribu hektar atau sekitar 60 persen. Pemanfaatan lahan untuk garam ini dilakukan oleh masyarakat untuk garam rakyat serta investor untuk garam industri. Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat (Pugar) yang tersebar di seluruh NTT dengan total produksi 5.912,11 Ton. Sedangkan untuk garam industri tersebar di beberapa Kabupaten yakni Kabupaten Kupang dengan total produksi sebanyak 35.000 ton, Kabupaten Nagekeo sebanyak 5.000 ton, Kabupaten Sabu Raijua sejumlah 326 Ton.

Ia juga membeberkan soal Infrastruktur NTT. Disebutkan, Pembangunan infrastruktur merupakan salah satu prioritas Pembangunan NTT, karena buruknya infrastruktur telah menghambat konektivitas antara daerah produksi dan pasar maupun dalam kelancaran transportasi barang, jasa dan manusia.

Gubernur Laiskodat menjelaskan, pada tahun 2019, dari total panjang jalan Provinsi 2.650 kilometer, kondisi jalan yang belum mantap (rusak berat dan rusak ringan) sepanjang 906 kilometer. Total pembangunan jalan provinsi yang dilakukan Pemerintah NTT dari tahun 2019 sampai 2022 adalah sepanjang 947,16 km atau melebihi target awal yang ditetapkan yakni 906,5 km. Pada tahun 2023, kita akan focus untuk menuntaskan jalan sepanjang 247,45 km.

“Atas berbagai upaya tersebut, pada tahun 2021 Pemerintah Pusat melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat menetapkan Provinsi NTT sebagai Provinsi Ketiga terbaik pada Bidang Kebinamargaan dalam penyelenggaraan jalan untuk Kategori Pemerintah Daerah. Untuk prestasi tersebut kita mendapatkan dua unit excavator senilai kurang lebih Rp 3 miliar,” katanya. Saat itu Gubernur Laiskodat juga membeberkan capaian di sektor Ivestasi, Perdagangan, Industri, dan Energi.***Laurens Leba Tukan

Center Align Buttons in Bootstrap