MAUMERE,SELATANINDONESIA.COM – Maumere, Kabupaten Sikka punya sejarah kelam. Pada 12 Desember 1992, Maumere dan sebgian wilayah Flores dilanda gempa bumi dan tsunami. Menurut catatan Kompas.com, lebih lebih dari 1.500 orang dinyatakan meninggal, 500 orang hilang, dan ribuan bangunan rusak. Diperkirakan 18.000 rumah, 113 sekolah dan 90 tempat ibadah hancur karena gempa dan tsunami.
Kala itu gelombang setinggi 6 hingga 25 meter menyapu wilayah daratan hingga sejauh 300 meter setelah gempa berkekuatan 7,5 skala richter mengguncang wilayah tersebut.
Pemerintah Provinsi NTT dengan dukungan program SIAP SIAGA telah menyusun rencana kontigensi gempa bumi yang memicu tsunami. “Rencana kontigensi itu diuji, baik gladi meja, gladi posko maupun gladi lapangan. Kegiatan ini berlangsung sejak kemrin 15 -17 Mei 2023,” sebut Kepala BPBD Provinsi NTT, Ambrosius Kodo dari Maumere, Kabupaten Sikka, Selasa (16/5/2023).
Ambrosius mengatakan, pihaknya mengambil kabupaten Sikka sebagai lokasi kegiatan karena wilayah itu sangat rawan. “Apalagi Maumere, Kabupaten Sikka punya pengalaman tsunami di tahun 1992 yang menimbulkan banyak dampak baik itu korban jiwa maupun kerusakan-kerusakan lainnya,” sebut Ambrosius.
Disebutkan, Pemerintah Provinsi tentu menyampaikan rasa terima kasih kepada Pemerintah Kabupaten Sikka yang bekerja sama untuk kegiatan gladi simulasi gempa bumi dan tsunami bisa dilakukan di Kabupaten Sikka. “Juga kepada program SIAP SIAGA yang terus mendukung pemerintah provinsi dalam rangka membangun kesiap siagaan untuk meningkatkan ketangguhan Pemerintah NTT terhadap bencana,” jelasnya.
Ia merincikan, kegiatan tersebut diikuti oleh 7 Kabupaten yang teridentifikasi dalam kajian resiko bencana itu sangat rawan terhadap gempa bumi dan tsunami. Ketujuh Kabupaten itu diantaranya Kabupaten Sikka Ende, Nagekeo, Ngada, Manggarai Timur, Manggarai, dan Manggarai Barat. “Terima kasih Pak Bupati Sikka, Roby Idong yang telah membuka kegiatan dengan resmi. Dan, hari ini dilakukan gladi meja, dan gladi posko. Besok akan dilakukan gladi simulasi dilapangan,” katanya.
Bupati Sikka, Fransiskus Roberto Diogo yang biasa disapa Robi Idong mengatakan, gladi simulasi ini sangat penting mengingat dalam sejarah Kabupaten Sikka, kejadian tsunami biasa terjadi dalam siklus 30 tahunan. “Tsunami tahun 1992 merupakan pelajaran berharga bagi masyarakat Sikka, sehingga sebagai masyarakat yang hidup di daerah rawan bencana gempa dan tsunami, maka perlu mempersiapkan diri melalui latihan secara berkelanjutan,” katanya.
Ia menegaskan, untuk mendukung upaya-upaya penanggulangan bencana yang komperhensif, perlu adanya Rencana Kontigensi yang didukung dengan regulasi yang kuat melalui Perda dan selanjutnya disosialisasikan dan dilatihkan kepada masyarakat di daerah rawan gempa bumi dan tsunami.*/)Yusta
Editor: Laurens Leba Tukan